JAKARTA, GRESNEWS.COM - Tuntas sudah masa bakti para anggota DPR periode 2009-2014. Penutupan masa sidang paripurna ke-12, menjadi tanda berakhirnya masa jabatan mereka. Para anggota dewan pun mengklain selama masa lima tahun mereka berdinas, telah menghasilkan banyak UU yang pro rakyat.

Dalam pidato penutupnya, Ketua DPR Marzuki Alie menyatakan DPR telah bekerjasama secara maksimal dengan berbagai lembaga negara. "Semua itu dilakukan seluruh jajaran parlemen guna menciptakan tata kelola kehidupan bernegara yang demokratis," kata Marzuki di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (30/6).

Capaian yang telah dihasilkan menurutnya mungkin tidak dapat dilihat secara kuantitatif berupa berapa banyak undang-undang yang dihasilkan. Tetapi dilihat dari segi kualitas produk undang-undang yang pro rakyat seperti UU BPJS, UU Pemberdayaan Petani, UU Bantuan Hukum, UU Penanganan Kemiskinan.

Bahkan di akhir paripurna pun mereka masih sempat mengesahkan beberapa RUU. Namun ia juga tak menampik masih banyak koreksi bahkan kritik masyarakat melalui media massa yang harus jadi pembelajaran di kepemimpinan selanjutnya. "Kritikan datang khususnya yang berkaitan dengan kinerja, penerapan etika, perilaku anggota dan kedisiplinan dalam menjalankan tugas-tugas kedewanan," ucapnya dalam pidato penutupan.

Selama lima tahun, Marzuki menganggap seluruh anggota dewan telah bekerjasama dengan baik. Adanya benturan-benturan kecil, karena perbedaan pendapat di dalam melihat sesuatu masalah maupun dalam proses penyelesaiannya, baik antar anggota dewan, antar fraksi maupun antara pimpinan dewan dengan anggota dewan dipandang sebagai hal biasa.

"Semua ini merupakan dinamika demokrasi. Namun satu hal yang sangat mengemuka adalah tekad yang sama di antara anggota dewan untuk bekerja dengan sebaik-baiknya dalam mengemban amanah sebagai wakil rakyat," serunya.

Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso juga mengklaim prestasi serupa. Dia mengatakan, kemajuan yang diraih anggota dewan periode ini khususnya juga dirasakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang pada akhirnya dapat mengikuti berbagai sidang dan agenda di DPR. "Keterbukaan ini baru terjadi di masa periode ini, sungguh suatu kemajuan bukan?" ucap Priyo Budi Santoso seusai sidang.

Meski mengaku berprestasi, namun berdasarkan rapor lembaga negara yang dirilis Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) beberapa waktu lalu, kinerja DPR sebenarnya dinilai masih buruk alias merah. Direktur Eksekutif Formappi Sebastian Salang mengatakan, hanya 0,8 persen dari total 519 anggota DPR yang mendapat nilai sangat baik.

Adapun yang memperoleh nilai baik hanya 5,6 persen atau 29 orang. Sedangkan yang mendapat nilai cukup hanya berjumlah 9,8 persen. "Yang buruk itu ada 22,5 persen atau 117 anggota, sisanya sangat buruk, ini secara keseluruhan," ungkap Sebastian beberapa waktu lalu.

Sebastian melanjutkan, anggota DPR yang perempuan tidak ada sama sekali yang mendapat nilai sangat baik, mayoritas sangat buruk. "Kita kelompokkan menjadi beberapa kateogri, pertama sangat baik, lalu predikat baik, dan seterusnya," jelasnya.

Formappi dalam merilis rapor kinerja anggota Dewan ini mengklaim bisa mempertanggungjawabkan. Sumber data yang digunakan adalah data faktual dari dokumen resmi anggota DPR. "Pertama daftar hadir yang ada di risalah atau setiap komisi dan fraksi. Dokumen keaktifan mereka itu risalah," ujar Sebastian.

Dia menyebut ada 300 risalah dari seluruh sidang DPR sepanjang 2012. Oleh Formappi semuanya dibaca satu per satu. Lalu ada 635 rapat daftar hadir sebagai bahan menilainya. "Dokumen dari anggota DPR berkaitan dengan hubungan DPR dengan konstituen, dokumen dari anggota, fraksi, dan komisi," jelasnya lagi.

Formappi tidak melakukan penilaian pada 2013 dan 2014 karena produktivitas DPR pada 2012 merupakan yang paling tinggi. "Karena kinerja anggota DPR tahun 2012 paling tinggi produktifitasnya dibanding tahun setelahnya," kata Sebastian.

Sebastian mengatakan penilaian dilakukan terhadap anggota DPR berdasarkan fraksi dan komisi. Penilaian berdasarkan 6 indikator, yaitu daftar kehadiran, ada tidaknya laporan harta kekayaan, keaktifan bicara, data kunjungan ke dapil, kepemilikan rumah aspirasi, dan ada tidaknya laporan kegiatan.

Kategorisasi nilai dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu nilai kurang dari 4 (sangat buruk); 4-54 (buruk); 5,55-6,99 (cukup); 7-8,49 (baik); dan di atas 8,5 sangat baik.

Hasilnya, Formappi menyebutkan Fraksi Golkar diurutan teratas sebagai fraksi paling berkinerja baik namun dengan kategori cukup. Berikut selengkapnya:

1. Fraksi Golkar 5,75 (cukup)
2. Fraksi PKB 5 (buruk)
3. Fraksi PPP 3,59 (sangat buruk)
4. Fraksi Gerindra 3,4 (sangat buruk)
5. Fraksi PD 3,28 (sangat buruk)
6. Fraksi PDIP 3,09 (sangat buruk)
7. Fraksi PAN 2,94 (sangat buruk)
8. Fraksi PKS 3,1 (sangat buruk)
9. Fraksi Hanura 2,93 (sangat buruk).

Sedangkan berdasarkan komisi, hasilnya sebagai berikut:

1. Komisi I 2,77 (sangat buruk)
2. Komisi II 3,64 (sangat buruk)
3. Komisi III 3,23 (sangat buruk)
4. Komisi IV 3,76 (sangat buruk)
5. Komisi V 4,34 (buruk)
6. Komisi VI 2,69 (sangat buruk)
7. Komisi VII 5,11 (buruk)
8. Komisi VIII 4,2 (buruk)
9. Komisi IX 2,98 (sangat buruk)
10.Komisi X 4,57 (buruk)
11.Komisi XI 3,9 (sangat buruk)

Atas dirilisnya kinerja buruk DPR ini Sebastian mengaku Formappi siap diprotes keras bahkan didugat. "Ini bagian dari pertimbangan serius kita. Orang yang mendapat nilai bagus pasti senang, dan yang mendapat nilai buruk pasti kecewa. Pasti ada macam-macam (reaksi), termasuk gugatan, kami mempersiapkan diri (untuk itu)," kata Sebastian.

Sebastian mengatakan kalau pihaknya takut rilis rapor DPR ini dituduh macam-macam maka tak ada upaya mendorong ke arah perbaikan. "Kita tidak membatasi hak orang melakukan sesuatu terkait hal ini," ujarnya.

Dia mengaku Formapppi tidak dikendalikan dan tidak dibayar untuk memberi skor lebih kepada salah satu partai. Ini terkait dengan soal Fraksi Partai Golkar mendapat penilaian kinerja yang lumayan baik ketimbang fraksi lainnya.

Dia menambahkan saat mengerjakan rapor ini sangat berat, dan Formappi juga punya mimpi setiap tahun bisa melakukan penilaian seperti ini. "Bukan tidak mungkin kita bekerja sama dengan teman media," kata Sebastian.

BACA JUGA: