JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pengamat Ekonomi yang juga politisi PPP Suharso Monoarfa mengatakan, perekonomian Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Hal itu terlihat dari kebijakan pemerintah yang berencana mengambil utang luar negeri untuk membayar bunga pinjaman dan mengatasi lemahnya nilai tukar rupiah.

Dia menilai sifat pemerintah saat ini bukan sebagai pembuat produk tapi pedagang. Pasalnya, dalam hal pangan saja, Indonesia sampai saat ini masih melakukan impor dari negara-negara lain.

"Ada hal yang tidak beres dalam perekonomian kita ini. Pemerintah kita sifatnya pedagang bukan maker. Itu yang kelihatan di kebijakan fiskal maupun moneter yang dikeluarkan pemerintah," katanya dalam acara diskusi Persepsi Indonesia di Gado-Gado Boplo, Menteng-Jakarta, Sabtu (20/12) kemarin.

Senada dengan pendapat Suharoso, pengamat ekonomi-politik dari Universitas Indonesia Berly Martawardaya mengatakan, hal itu ditandai dengan produktifitas industri dalam negeri yang mengalami penurunan. Justru yang naik adalah di sektor jasa.

"Sektor industri kita menurun, justru yang naik adalah sektor di jasa, selain itu perdagangan juga mengalami kenaikan. Oleh karena itu, sektor jasa yang hanya bisa dinikmati," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pemerintah perlu memperkuat sektor industri dalam negeri. Sebab, itu perlu dilakukan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015.

"Yang perlu dilakukan adalah menguatkan sektor indstri kita. Ada kebijakan shortcut (jangka pendek) dan kebijakan jangka panjang yang harus dilakukan oleh pemerintah," katanya.

Selain itu dia menilai tugas pemerintah ke depan adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. "Pekerjaan rumah pemerintah ke depan adalah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar," ujar Berly.

Sementara itu di tempat yang sama, pengamat pasar uang Farial Anwar menilai, masalah utama perekonomian Indonesia yang harus diperbaiki adalah defisit neraca perdagangan. Farial menegaskan, pemerintah harus segera mencari solusi untuk memperbaiki keadaan ekonomi tersebut.

"Problem mendasar kita adalah neraca perdagangan kita yang defisit dari struktur ekonomi kita," ujarnya.

BACA JUGA: