JAKARTA, GRESNEWS.COM - Konflik politik yang berujung pada terjadinya kudeta militer di Thailand ternyata berimbas positif kepada Indonesia. Para investor yang selama ini menanamkan modalnya di negara gajah putih itu, kini beramai-ramai beralih untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Larinya para investor ke Indonesia pun diakui oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Kepala BKPM Mahendra Siregar mengaku adanya investasi yang masuk ke Indonesia karena melihat keunggulan dari sisi risiko di Indonesia dinilai lebih minim. Hanya saja dia belum mau memastikan apakah maraknya investor Thailand menanamkan modal di Indonesia terjadi karena konflik politik di negara tersebut.

Namun diakui Mahendra, belakangan ini memang ada peningkatan arus modal yang masuk ke Indonesia dari Thailand secara signifikan seiring memanasnya situasi politik di sana.

"Saya garis bawahi dalam waktu belakangan ini, perusahaan dari Thailand yang melakukan penjajakan di Indonensia semakin banyak. Saya tidak mau beranggapan karena ada risiko di negara lain," kata Mahendra di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (28/5) kemarin.

Kendati demikian Mahendra mengaku perilaku investor tersebut nantinya perlu dibedakan antara investor portofolio dan penanaman modal langsung, baik itu jangka menengah maupun menenagah. Untuk itu, Mahendra menekankan maraknya investor dari Thailand maupun investor asing yang ingin menanamkan investasinya di Thailand yang lari ke Indoenesia bukan karena faktor kondisi internal negara. "Lagi-lagi tidak ada kaitannya dengan kondisi di Thailand," kata Mahendra.

Sementara itu, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan situasi politik yang terjadi di Thailand tidak akan berdampak bagi ekonomi nasional. Hal itu dilihat dari cara pandangan investor yang dapat melihat negara-negara aman untuk berinvestasi. Apalagi kondisi makro ekonomi Indonesia lebih bagus ketimbang di Thailand.

Chatib menilai meski kondisi negara tetangga mengalami gejolak, pemerintah saat ini masih dapat mengatur nilai inflasi dan menjaga hingga level terendah. Meski nilai rupiah melemah terhadap dollar Amerika Serikat, hal itu bukan dikarenakan imbas politik negara tetangga tetapi dikarenakan menguatnya nilai dollar. "Investor itu masih menganggap makro ekonomi kita lebih baik," kata Chatib.

BACA JUGA: