JAKARTA, GRESNEWS.COM - Wacana menjadikan Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP Puan Maharani sebagai pendamping Jokowi dalam pemilihan presiden 9 Juli mendatang, dinilai sebagai pertaruhan besar bagi PDIP. Pakar Komunikasi Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, duet Jokowi-Puan bisa positif karena bisa mengambil suara kaum Marhaenis sejati yang memang menginginkan trah Soekarno kembali ke jalur kepemimpinan di Indonesia. "Suara Marhaenis inilah yang diduga menghilang pada pemilu legislatif lalu karena PDIP mengajukan Jokowi sebagai capres," kata Hendri kepada Gresnews.com, Sabtu (19/4).

Hanya saja dalam analisa Hendri, duet Jokowi-Puan ini harus memenuhi suatu prasyarat yaitu, perhitungan suara masuk-keluar PDIP harus tepat. Hal ini penting karena diduga bila duet tersebut tetap dipaksakan, kemungkinan suara keluar dari pendukung Jokowi akan ada dan cukup signifikan. "Fenomena ini memang mudah diduga dari awal karena ketidaksiapan PDIP menyikapi fenomena kagetan Jokowi," ujar Hendri.

Ketidaksiapan itu membuat PDIP di satu sisi kendati tetap mendorong Jokowi, tetapi di sisi lain tetap ingin mendukung figur Megawati atau setidaknya ring 1 Megawati. Dan figur itu ada pada diri Puan sebagai anak Megawati yang dianggap sebagai penerus trah Soekarno.

Jika jadi memasangkan Puan dan Jokowi, PDIP tentu akan menghadapi risiko besar. "Walaupun suara pribadi Puan sebagai caleh pada tahun 2009 adalah yang terbanyak kedua di Indonesia setelah Ibas (Edhie Baskoro Yudhoyono-red), tetapi pasangan ini bisa saja malah mempermudah jalan Prabowo menjadi presiden," ujar Hendri.

Analisis tersebut boleh jadi benar belaka. Sebab, berdasarkan hasil survei Pusat Data Bersatu (PDB) pimpinan Prof Didik J Rachbini menunjukkan, kombinasi Jokowi-Puan bukanlah opsi terbaik. Jika dipaksakan mimpi PDIP menang pilpres bisa tinggal kenangan.

Hasil survei terhadap PDIP yang dilakukan PDB menunjukkan elektabilitas Jokowi-Puan masih berada di angka 4 persen alias nyaris tak punya peluang di pilpres mendatang. PDB menggelar survei dengan metode wawancara via telepon pada 7-14 Maret 2014, sebelum Jokowi ditetapkan sebagai capres PDIP. Responden adalah 1.500 orang yang dipilih secara acak dari buku telepon 170 kota di 33 provinsi di Indonesia. Margin of error survei ini 2,5% dengan tingkat kepercayaan 95%.

Ada 6 pasangan yang disimulasikan oleh PDB. Dari 6 pasangan itu, 3 pasang di antaranya melibatkan nama Jokowi sebagai capres, yaitu Jokowi-Jusuf Kalla (JK), Jokowi-Hatta Rajasa dan Jokowi-Puan Maharani. Dari tiga simulasi pasangan itu, pasangan Jokowi-Puan menempati posisi paling bawah. Di posisi teratas ada pasangan Jokowi-JK (18,8%). Hasil duet Jokowi-Puan ini masih jauh dari angka elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta yang ada di angka 9%.

Melihat hasil survei ini, memang kalau mau realistis pasangan Jokowi memang bukan Puan. Hanya JK yang dalam survei ini bisa mengatasi kesaktian Prabowo. Kalangan elite PDIP sendiri yakin Mega tak akan berspekulasi di pilpres mendatang.

"Mbak Mega akan menentukan pasangan terbaik untuk Jokowi. Kemarin memutuskan pencapresan Jokowi juga beliau melakukan pertimbangan yang luar biasa," kata Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait, Jumat (18/4) kemarin. (dtc)
 

BACA JUGA: