JAKARTA, GRESNEWS.COM -  Dunia penerbangan Indonesia kembali berduka. Pesawat Hercules tipe Alfa 1310 jatuh di dekat pemukiman penduduk di Jalan Jamin Ginting, Simpang Kuala, Medan, Sumatera Utara, Selasa (30/6), sekitar pukul 11.48 WIB tadi. Pesawat itu diproduksi dan diterima di Indonesia tahun 1960-an dari Lockheed Martin di Fort Worth, Texas, Amerika Serikat‎. Pesawat bertipe jelajah short ini sudah tua dan beberapa kali berganti mesin di Singapura.

Anggota Komisi I DPR Tubagus Hasanudin menyebut pesawat tersebut diproduksi tahun 1954 di Amerika Serikat. Artinya dari sisi usia sudah tua dan seharusnya sudah diganti dengan pesawat yang lebih baru.  "Ini menunjukkan alat-alat angkut pesawat terbang angkatan udara kita harus direnovasi," kata Tubagus di sela-sela fit and proper test calon Kepala BIN Sutiyoso di Komisi I DPR, Senin (30/6).

Politisi PDI Perjuangan ini menambahkan alat utama sistem pertahanan (alutsista) seharusnya punya life time dan pada umumnya life time-nya sampai 20 tahun. Sebelum masuk masa pensiun, pesawat harus ada penggantinya. "Jadi sebelum masuk life time, kalau misalnya kita mau multiyears lima tahun, berarti tahun ke 15 kita sudah mulai (mencari penggantinya). Sehingga tahun ke-20 sudah siap," kata Hasanuddin.

Hasanuddin berharap dengan peristiwa ini pemerintah lebih peka terhadap kondisi alat alutsista di Indonesia. Biaya perawatan yang tinggi dan minimnya anggaran dari pemeritah merupakan persoalan utama.

Ia mengingatkan reformasi di sistem pertahanan seharusnya diperbaharui. "Dari dulu kami (Komisi I) sudah mengingatkan bukan hanya di pesawat saja, helikopter dan alat pertahanan militer lainnya pun harus disesuaikan dengan keadaan jaman," ujarnya.

KAPAL PENGANGKUT ANDALAN TNI AU - Pesawat Hercules C130 yang jatuh di Medan, Sumatera Utara, selama ini dikenal sebagai pesawat andalan TNI AU untuk alat pengangkut logistik dan kebutuhan lainnya. Pesawat itu memang tua secara usia, namun diklaim perkasa dalam segala cuaca.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriyatna menjelaskan, Hercules yang jatuh adalah pesawat tipe B. Ukurannya lebih kecil dan usianya lebih tua dibanding tipe AS di Magetan, Jawa Timur.

"Ini pesawat memang sangat bagus sekali, ini pesawat all weather, andalan kita untuk pesawat angkut, bisa membawa logistik ke mana-mana. Bisa menerjunkan, bisa landing di landasan yang tidak begitu panjang," kata Agus, Selasa (30/6).

Menurut Agus, pesawat tersebut diproduksi tahun 1964. Pesawat sedang dalam misi penerbangan angkutan udara militer. Pesawat bergerak ke titik pangkalan udara. Produksi Pesawat tersebut sebetulnya diinisiasi pada tahun 1951. Prototipe pertama diluncurkan pada tahun 1954 dan produksinya baru dibuat 1955.

Ada total 219 unit yang diorder oleh Angkatan Udara Amerika Serikat pada tahun 1956. Produksi pertamanya adalah C-130A. Khusus C-130B diperkenalkan baru pada tahun 1959. Pesawat tersebut memiliki tambahan tangki bahan bakar di sayap dan terdiri dari empat mesin. Roda mendaratnya juga sudah diperkuat.

BAWA AMUNISI - Pesawat Hercules C-130 yang jatuh ternyata membawa amunisi. Keberadaan amunisi itu membuat proses evakuasi untuk mencari korban harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

Kapolda Sumatera Utara (Sumut) Irjen Pol Eko Hadi Sutedjo menyatakan, berdasarkan informasi yang disampaikan kepadanya, pesawat nahas itu membawa personel militer. Selain itu juga membawa amunisi.

"Di bagian atas pesawat ada amunisi," ujar Eko kepada wartawan di lokasi kejadian, Jalan Djamin Ginting Km 10,5 Medan, Selasa (30/6).

Eko tidak merinci lebih lanjut tentang amunisi itu. Hanya saja, aspek amunisi ini menjadi pertimbangan dalam proses evakuasi. Ia menyebut, berdasar manifes pesawat itu membawa 50 penumpang. Secara terpisah, KSAU menyebut jumlah kru di pesawat itu ada 12 orang.

Pesawat Hercules C-130 lepas lantas dari Lanud Soewondo, Medan, sekitar pukul 11.48 WIB. Sekitar 2 menit kemudian pesawat terhempas di permukiman warga yang berada di Jalan Djamin Ginting Km 10,5 Medan.

ADA PENUMPANG SIPIL - Pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Medan, Sumut, membawa sejumlah anggota TNI AU yang hendak berdinas. Informasinya ada setidaknya kurang lebih 30 orang yang naik dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

"Ada anggota TNI AU yang naik dari Halim," ungkap Danlanud Halim Perdanakusuma, Marsma Umar Sugeng saat dikonfirmasi, Selasa (30/6). Namun tidak diketahui apakah ada dari penumpang itu yang turun di Medan.

Pesawat tersebut juga mengangkut beberapa masyarakat sipil. Namun mereka adalah keluarga dari anggota TNI AU. Sayangnya Umar belum bisa merinci jelas berapa jumlah anggota, dan berapa jumlah sipil yang ikut dalam penerbangan tersebut. "Sipilnya dalam arti keluarga anggota ya, bukan masyarakat umum. Ada datanya tapi saya belum tahu," kata Sugeng.

Pesawat dari Skuadron 32 itu berangkat dari Malang pada 29 Juni dan akan kembali 2 Juli mendatang. Pagi ini pesawat tersebut bertolak dari Lanud Halim Perdanakusuma ke Pekanbaru dan Medan.

Rencananya pesawat akan menuju ke Natuna dan esok hari akan berangkat ke Pontianak, Ranai, Tanjungpinang, Medan, Dumai, Pekanbaru dan Halim. Terakhir pesawat yang dipiloti oleh Kapten Pnb Sandy itu akan kembali pulang ke Malang.  (dtc)

BACA JUGA: