JAKARTA, GRESNEWS.COM - Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70 diwarnai insiden. Sekelompok masyarakat ada yang berani mengusung lambang Partai Komunis Indonesia (PKI), palu arit. Partai yang telah puluhan tahun dilarang berdiri lantaran berideologi komunis. Pertanda apakah?

Kegiatan karnaval dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-70 dihebohkan dengan adanya peserta yang membawa atribut PKI di Pamekasan, Jawa Timur. Kendati atribut tersebut langsung dimusnahkan tentara namun memunculkan beragam tafsir mengingat pada kejadian-kejadian sebelumnya juga bertebaran logo palu arit.

Dalam karnaval yang diikuti ratusan peserta dan disaksikan para pejabat ada satu kelompok, lima atau enam orang, yang membawa atribut-atribut PKI. Atribut yang dimaksud yakni foto tokoh PKI DN Aidit berikut lambang palu arit. Selain itu ada juga peserta yang mengenakan baju putih dengan selempang bertuliskan ´Anggota PKI´ dan membawa lambang palu arit.

Mereka sebenarnya bagian dari kelompok teatrikal yang menggambarkan tentang kekejaman PKI. Namun munculnya atribut-atribut PKI dalam karnaval ini karuan membuat heboh. Kendati bagian dari teatrikal, namun petugas keamanan segera bertindak menyita atribut itu.

Munculnya lambang PKI Itu bukan kali ini saja. Gambar palu arit ala simbol komunis juga menghebohkan Kabupaten Jember. Simbol komunis itu dicat di pagar tembok kampus  Universitas Negeri Jember. Polisi bergerak cepat agar tidak terjadi keresahan di masyarakat. Dua mahasiswa Universitas Negeri Jember telah ditangkap polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya pada Jumat (14/8). "Sudah kami amankan dua mahasiswa yang ngecat itu," kata Kapolres Jember Sabilul Alif, Minggu (16/8).

Petugas keamanan kampus dan Polres Jember mengamankan dua orang mahasiswa Fakultas Sastra Jurusan Sejarah bernama Laksono Kunto Wibisono  (23) dan Moch Aliful Ulya (23) dari Fakultas Sastra Inggris. Hasil pemeriksaan sementara diperoleh keterangan bahwa perbuatan corat-coret di ruang publik dilakukan bersama Achmad Ridlo (22) yang juga dari Fakultas Sastra serta Indra (22) dari Fakultas Hukum. Para mahasiswa itu mengecat simbol komunis di tembok pagar Fakultas Kedokteran Gigi di Jalan Mastrip dan pagar tembok PKM Universitas Negeri Jember serta mengecat di 20 titik lain bergambar palu arit.

Menurut Sabilul, kedua mahasiswa yang diamankan itu mengaku tidak ada niatan untuk menumbuhkan ideologi komunis melalui lambang palu arit di Indonesia. "Mereka mempersilakan untuk menelisik lebih jauh dari aksinya," katanya.

Setelah dilakukan pemeriksaan secara maraton, kedua mahasiswa itu dilepas dan dikenakan wajib lapor. "Sudah periksa semua pokoknya dan gambar-gambar itu sudah kita hapus," kata Sabilul.

PEMERINTAH KECOLONGAN - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso pun marah besar dengan kejadian itu. "Luar biasa kebodohannya menurut saya itu," kata pria yang karib disapa Bang Yos itu usai mengikuti upacara kemerdekaan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/8).

Bang Yos mempersoalkan keberadaan aparat setempat. Seharusnya atribut seperti itu tidak boleh lagi bisa lolos dari pemeriksaan. "Pembina divisi aparat, mestinya dia tahulah bahwa atribut-atribut organisasi terlarang itu kan tidak boleh ditampilkan dan sudah dilakukan pemeriksaan," tandasnya.

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi kemudian menyatakan aparat telah kecolongan. "Saya minta kepada aparat hukum untuk tindak tegas karena tak boleh lagi kecolongan," kata Imam usai mengikuti upacara peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka, Jl. Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (17/8).

Imam kemudian menegaskan semua pihak harus selalu waspada akan adanya penyusup sehingga tak terjadi lagi fitnah yang bermunculan. "Komunisme adalah sesuatu yang perlu kita hadapi bersama-sama," imbuh Imam.

SUARA POLITISI - Wakil Ketua DPR Fadli Zon menilai aparat negara telah bobol dalam hal menjaga agar simbol PKI tak muncul ke permukaan. Kejadian ini tak boleh terulang lagi.

"Aparat penegak hukum harus mempertanggungjawabkan itu," ujar Fadli yang pernah mengunjungi makam Karl Marx di Inggris beberapa tahun silam itu, Senin (17/8).

Fadli menilai, penggunaan atribut PKI tak dibenarkan meskipun maksudnya hanya sebagai pengingat bahwa PKI pernah ada dalam sejarah Indonesia. Apapun, pokoknya PKI tak boleh kelihatan. Melanggar hukum karena dalam TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966 menyebut yang terkait masalah lambang ajaran komunis maka dilarang.

Menurutnya, PKI telah mencoba melakukan kudeta pada masa lalu. Dalam buku DN Aidit, PKI menganggap 17 Agustus sebagai revolusi gagal. Komunisme adalah ajaran untuk pengambilalihan kekuasaan, kudeta, pengambilalihan secara fisik. "Di Rusia dan RRT, seperti itu biasa karena memang dianjurkan dalam ideologi itu," tutur Fadli.

Menurutnya, dalang peristiwa penampakan simbol PKI baru-baru ini harus ditanggapi pemerintah. Lantaran jelas pelanggaran hukum dan tidak boleh ditolerir. "Saya sangat heran ini tejadi di era sekarang, mengagetkan," ujarnya.

Komunisme, di mata Fadli, adalah ´isme´ yang gagal. Disebutkannya, tak ada ajaran sama rata dan sama rasa, malahan negara komunis bisa jatuh ke kondisi sama miskin.

Namun bukankah Fadli pernah mengunjungi makam tokoh utama sosialisme, Karl Marx? "Saya itu hobinya ziarah, ke makam nabi-nabi, ke makam Marx dan Lenin juga saya ziarahi, makam Beethoven, tidak ada masalah. Tapi saya bukan penganut ajaran itu (komunisme dari Marx khususnya). Ajaran itu sudah selesai, Uni Soviet sendiri sudah mengalami disintegrasi," kelitnya.  

Sementara itu Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham menyatakan memang secara kelembagaan PKI sudah bubar, namun PKI bisa saja muncul lagi. "Itu sinyal, seolah mengatakan ´wahai Bangsa Indonesia, PKI bisa bubar, tetapi ideologinya pasti tetap ada´," kata Idrus seusai mengikuti upacara peringatan 70 tahun kemerdekaan Indonesia bersama Koalisi Merah Putih di Nusantara Polo Club (NPC), Jawa Barat, Senin (17/8).

Idrus mengaku tidak terlalu cermat melihat kemunculan simbol partai berlambang palu arit ini. Meski sudah benar-benar muncul di permukaan, namun Idrus tak mau gegabah menyalahkan pemerintah. "Saya nggak tahu itu," kata Idrus ketika ditanyai soal pencegahan dari pemerintah terhadap bangkitnya simbol PKI.

Partai Golkar, ditegaskannya, lahir sebagai gerakan reaksi terhadap komunis. Golkar memegang teguh Pancasila. "Golkar harga mati!" ujar Idrus.

Sementara itu Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menuntut ketegasan pemerintah menyikapi hal tersebut. "Jangan main-main dengan sesuatu yang sudah dilarang," kata Presiden PKS Sohibul Iman, Senin (17/8).

Sohibul berbicara kepada wartawan usai mengikuti upacara bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan petinggi Koalisi Merah Putih lainnya. Lebih lanjut soal lambang PKI, Sohibul menyatakan perlu mendapat kepastian lebih dahulu. Apabila itu hanya arak-arakan sekadar mengingatkan sejarah masa lampau maka itu perlu dipikirkan penyikapnya lebih lanjut.

"Ada yang bilang itu defile atau parade bahwa dulu pernah ada PKI. Tapi saya tidak mau komentari terlebih dahulu," kata Sohibul.

Terlepas dari bagaimana arak-arakan di Pamekasan dan coretan lambang PKI di Jember itu, PKI memang dilarang undang-undang. "Aturan harus ditegakkan, Tap MPR dan KUHP tidak memperbolehkan," tandas Sohibul.

PKI BANGKIT? - Munculnya kejadian tersebut menuai kecemasan, mungkinkah PKI bangkit kembali? Apalagi para para politisi mengompori sebagai sinyal kebangkitan PKI.

Namun sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam pernah memprediksi bahwa PKI tidak mungkin bangkit lagi di Indonesia. Asvi mengatakan mungkin hanya orang iseng saja melakukan itu sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
 
Menurut dia, kebangkitan PKI tidak mungkin lagi. Sebab, komunisme sudah diruntuhkan secara nasional maupun internasional. Pada 1965, ratusan ribu orang PKI bukan hanya ditangkap, tetapi juga dibunuh. Kalau pun ada yang ditangkap dan dipenjara dan semasa hidupnya terkena pembatasan, dan mereka kini diperkirakan telah berumur di atas 70 dan 80 tahun.

Selain itu, ide-ide komunisme sudah mati di Soviet dan Eropa Timur. Sementara di Cina, yang menganut komunis sudah bercampur dengan kapitalisme.

Asvi berpendapat, komunisme bisa bangkit lagi jika ada orang-orang yang ingin melancarkan hate crime (kejahatan berbasis kebencian), seperti yang disebarkan saat rezim Orde Baru dahulu. Dulu, setiap menjelang 30 September ditemukan di mana-mana bendera PKI dan lambang palu arit untuk mengingatkan bahaya laten PKI. Ini justru dikeluarkan oleh kelompok atau lembaga yang ingin ingatkan bahaya laten PKI, seperti Orba. (dtc)

BACA JUGA: