JAKARTA, GRESNEWS.COM - Konflik Partai Golkar sepertinya tak mengarah pada perbaikan. Namun justru mengarah ke porak-poranda. Jika sebelumnya partai terbelah menjadi dua kubu yakni kubu Aburizal Bakrie atau Kubu Munas Bali dan kubu Agung Laksono atau kubu Munas Ancol, kini konflik meluas dengan kehadiran kubu ketiga yang digawangi Yorrys Raweyai dan Nurdin Halid.

Kedua tokoh ini sebelumnya merupakan pendukung kedua kubu yang berseteru. Kini kubu ketiga ini mulai menggagas munculnya Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar pada Oktober mendatang.

Yorrys berdalih Golkar harus menggelar Munaslub karena pada 9 Desember, saat pilkada berlangsung, adalah alat ukur dan Golkar harus bertahan (survive).  Hal itulah, menurut Yorrys, yang mendasari kesepakatannya dengan Nurdin Halid untuk merencanakan Munaslub Golkar.

Selain alasan tersebut, Yorrys  mendorong munaslub juga karena pertimbangan bahwa perseteruan dua kubu,  yang sama-sama memiliki ego kuat, tak akan kunjung menyelesaikan konflik Golkar. Sehingga perlu ada jalan ketiga untuk menyelesaikan konflik partai berlambang beringin tersebut.

Menurut Yorrys, tak hanya Nurdin, anggota Tim 10 Penjaringan Calon Kepala Daerah dari Golkar juga sudah sepakat digelar Munas bersama itu. "Sepakat. Tim 10 itu punya persepsi tim penyelamat partai," kata Yorrys kepada wartawan di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (15/9).

Tim 10 merupakan tim gabungan yang dibentuk oleh kedua kubu, Aburizal dan Agung, untuk melakukan penjaringan calon kepala daerah. Namun tim tersebut dimanfaatkan Yorrys dan Nurdin untuk menggalang dukungan di luar kedua kubu untuk  menggelar munaslub.

Saat ini Yorrys mengatakan rencana munaslub itu tinggal menunggu persetujuan Ical dan Agung. Namun Yorrys berharap kedua pemimpin itu tidak egois. Meski ia tak yakin kedua kubu tersebut mau meletakkan egonya dan berpikir sebagai seorang negarawan. Namun kelompok ini mengaku tak akan mundur meski tak memperoleh restu dari dua elite kubu tersebut.

Mereka mengaku tak sabar menunggu hingga partai kuning ini hancur. Bahkan mereka kini berani mengancam tak melibatkan Agung dan Ical jika tetap ngotot dengan pendirian mereka. "Ya kalau mau tunggu proses hukum, nggak bisa. Kalau menunggu proses hukum masih akan timbulkan masalah karena masih menang kalah," tegas Yorrys, Selasa (15/9).

Wakil Ketua MPR dari Golkar, Mahyudin, juga meminta kedua elite Golkar Aburizal dan Agung Laksono legowo menerima usulan Munaslub tersebut.  "Saya kira kader Golkar banyak. Ada tokoh muda seperti Pak Novanto, Pak Priyo, Pak Aziz, Ade Komarudin, termasuk saya sendiri. Golkar butuh penyegaran untuk generasi berikutnya," kata Mahyudin, kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, kemarin.

Menurutnya, desakan dari generasi muda Golkar tak main-main. Mereka yang kini duduk di pengurus inti di kedua kubu Golkar baik hasil Munas Bali maupun Munas Ancol mulai sepakat soal munas bersama. Apalagi hingga kini Agung Laksono dan Aburizal  sama-sama keras kepala menunggu proses hukum yang masih panjang dan lama.

MEKANISME MUNASLUB - Menanggapi ajakan menggelar Munaslub ini sesepuh Golkar Akbar Tandjung mempertanyakan mekanisme yang bakal ditempuh. "Sial-sial malah elite Golkar itu hanya memecah Golkar jadi tiga bagian," katanya.

Menurut Akbar, kondisi perpecahan Golkar sudah sangat parah. Eks Ketua Umum Golkar ini melihat partai Golkar sudah sulit diselamatkan lagi karena sudah terpecah sampai daerah. "Golkar sudah terbelah sampai tingkat I dan tingkat II. Itulah yang saya prihatin," kata Ketua Wantim Golkar hasil Munas Bali itu, Rabu (16/9).

Akbar juga menyesalkan Agung Laksono dan Aburizal yang tak menerima usulnya menggelar munaslub pada awal 2015 silam. Kedua kubu memutuskan menyelesaikan sengketa lewat jalur hukum, padahal jalur hukum panjang sementara Golkar semakin terpuruk dalam kehancuran.

Menurutnya, saat partai lain fokus mempersiapkan pilkada serentak, Golkar masih kocar-kacir. "Golkar walau ikut Pilkada 2015 tapi statusnya ada yang sebagai pengusung, pendukung, atau bahkan tidak ikut sama sekali," keluh Akbar.

Memang islah parsial yang digagas Wapres Jusuf Kalla bisa mengantar Golkar ke panggung Pilkada. Namun demikian, menurut dia, itu tidaklah menyelesaikan persoalan.  "Ini tidak menjamin konflik selesai di pilkada, malah sekarang ini terpecah belah," ungkapnya.
 
MANUVER MEMECAH BELAH - Bendahara Umum Golkar hasil Munas Bali Bambang Soesatyo juga menuding manuver yang digalang Yorrys dan  Nurdin itu sebagai upaya memecah belah Golkar jadi tiga. "Rupanya kelompok yang ingin menghancurkan Golkar dari dalam belum puas melihat Golkar yang sudah porak poranda saat ini," tudingnya.

Menurut Bambang, ada gelagat mereka ingin memecah belah Golkar kembali menjadi tiga kubu melalui wacana Munaslub Golkar abal-abal. Padahal, menurut Bambang, Munaslub Golkar belum mendesak karena masih ada proses hukum dan belum inkracht (berkekuatan hukum tetap). Kalau sekarang dipaksakan munaslub, ia mempertanyakan siapa yang akan membiayai kegiatan tersebut. "Pertanyaannya siapa yang menyelenggarakan munaslub. Susah juga dicari bandar munaslub," katanya.

Sebab, menurutnya, dalam AD/ART partai  tertulis bahwa penyelenggara munas/munaslub/munasus adalah DPP. Jadi, alih-alih memberikan solusi, gagasan Munaslub malah melahirkan masalah baru dan berpotensi membelah Golkar lagi menjadi tiga kubu.

Munaslub yang dipaksakan itu, kata Bambang, jelas bukan solusi. Ia justru meminta pihak atau kelompok yang mewacanakan munaslub itu sebaiknya bersabar dan menahan diri. "Kecuali memang tujuannya ingin menghancurkan Golkar sehancur-hancurnya. Karena memainkan manuver munaslub itu bisa dibaca sebagai cermin kepanikan dari pihak yang bakal kalah di MA," katanya.

Bambang meminta Yorrys cs sabar dan menahan diri dari syahwat politik hingga keputusan inkrah di MA jauh lebih baik. Sebab menurut dia siapa pun sudah tahu siapa sesungguhnya yang dijadikan kuda troya kekuasaan untuk mencabik-cabik Partai Golkar. "Wacana munaslub, saya pastikan tidak akan laku," tegas anggota Komisi III DPR ini.

MENUNGGU PUTUSAN HUKUM - Sementara menanggapi manuver tersebut pihak Agung dan Aburizal menanggapi santai.  Kedua kubu masih tetap pada pendirian menunggu penyelesaian kisruh Golkar di jalur hukum.

"Ya nanti tunggu inkracht saja, setelah inkrah itu jadi keputusan Mahkamah Agung, yang ditetapkan siapa ya kami yang melaksanakan kepengurusan. Nanti digabung saja kan sudah ada rekomendasi untuk membuka pintu bagi kubu seberang, jadi tidak ada yang sulit," kata Agung.

Agung juga hanya tertawa menanggapi rencana Yorrys cs menggalang munaslub. Menurutnya, pihaknya baru akan menggelar Munas pada akhir tahun 2016 mendatang sesuai arahan Mahkamah Partai. "Kalau amanat Mahkamah Partai kan Oktober 2016, itu amanatnya," kata Agung.

Bahkan Agung kemudian membubarkan Tim 5 bentukannya  yang awalnya bertugas menjaring calon kepala daerah bersama Tim 5 dari Kubu Aburizal. namun tim tersebut kemudian mbalelo menggalang munaslub.

"Tugas Tim 5 sudah selesai maka rapat tadi laporannya diterima maka ada 133 calon kepala daerah diusung langsung, 67  didukung lalu sisanya dalam proses tapi punya potensi jadi pendukung. Dengan demikian tim resmi dibubarkan dan kami ucapkan terima kasih dan apresiasi besar," kata Agung, Kamis (17/9).

Selanjutnya tugas tim tersebut akan dialih ke tim pemenangan pilkada. Tim tersebut menurutnya tidak  digabung dengan kubu Munas Bali lagi.

Menurutnya menyusul keputusan rapat pimpinan harian DPP Golkar Munas Ancol pada Rabu 16 September kemarin. Mereka  menolak diselenggarakannya munas bersama karena tidak sesuai dengan AD/ART dan tidak menyelesaikan masalah.

Sementara sikap yang mereka ambil akan menunggu proses putusan kasasi MA yang bersifat final/inkracht. Selanjutnya, DPP yang ditetapkan pada waktunya selambatnya Oktober 2016, akan melaksanakan munas. (dtc)

BACA JUGA: