JAKARTA, GRESNEWS.COM - Timur Tengah tak henti-hentinya bergolak. Pertempuran di Suriah belum juga rampung kini bagian selatan wilayah Timur Tengah menuai konflik baru. Qatar kini dikucilkan dengan beberapa negara di Timur Tengah lainnya seperti Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan UEA.

Qatar dituduh Arab Saudi sebagai negara yang menyokong aliran dana untuk teroris, mendukung ISIS, Al Qaeda dan Ikhwanul Muslimin. Selain itu, Qatar negara yang memiliki cadangan gas alam ketiga terbanyak di dunia terlibat dalam hubungan harmonis dengan Iran yang notabene rival utama Arab Saudi.

Negara di teluk Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar karena dianggap sebagai ancaman. Pengajar FE Universitas Indonesia, Berly Martawardaya menilai hal ini disebabkan tiga hal menarik yang dimiliki Qatar.

"Qatar ini kecil tapi canggih. Jadi Qatar ini menarik ya, ada 3 hal paling penting yaitu geografi, geologi, dan demografi," kata Berly dalam diskusi Populi Center, di Gado-gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (10/6).

Menurutnya, Qatar memiliki potensi besar dari segi pendapatan, pendidikan, serta sumber daya alam. Di sini, Qatar dianggap mempunyai inovasi dalam perubahan negara yang cukup cepat.

"Luas Qatar itu seperti wilayah Banten, tapi berkembang. Mereka juga punya beberapa kampus top dunia, jadi yang menarik dari Qatar, mereka ini sadar tidak mau berpangku tangan atas kekayaan migas, maupun apa yang mereka punya. Padahal dalam 56 tahun ke depan mereka diprediksi tidak akan habis minyaknya," jelas Berly.

Qatar dianggap sebagai negara kecil yang high profile, dengan mengekspor minyak mentah maupun yang sudah diolah. Selain itu, Qatar juga unggul dalam maskapai penerbangan dan pariwisata. Strategi ini yang dianggap sebagai ancaman dari Qatar.

"Jadi mereka sadar punya uang banyak, mereka bangun pendidikan yang kritis dimana pelan-pelan demokrasi berjalan. Mereka buat juga stasiun televisi Al Jazeera yang tidak dapat diatur, ini kan luar biasa sekali," tuturnya.

Sementara itu, Pengajar FISIP UIN Jakarta, Ali Munhanif menyebut Qatar merupakan negara kecil yang spesial karena perekonomiannya tumbuh luar biasa.

"Nah kalau kita lihat perkembangan terakhir sikap negara teluk Arab, ini kan dipelopori oleh Saudi Arabia, itu salah satu ledakan adanya persepsi ancaman. Pada inflansi Irak, satu yang tidak setuju Qatar, dari awal dia sudah menunjukkan sikap tidak sependapat, ini juga faktor yang jadikan dia sebagai ancaman," ujarnya.

Munhanif mengatakan jika ada persaingan dominasi kawasan, Qatar cenderung mendorong terjadinya reformasi sistem politik. Menurutnya negara Timur Tengah membuat semacam partisi tidak hanya republik dan sistem monarki, namun ada wilayah lain yang menjadi pilihan.

"Di situ sebenarnya region yang republik, tapi Qatar menunjukkan sisi lain dari monarki, dinamika persaingan dari Timur Tengah. Qatar adalah regional yang mendorong reformasi, mengapa sebenarnya dia mendukung Iran, dia tidak menempatkan ini sebagai klaim, tapi mendorong Iran terjadi reformasi, termasuk mendukung Hamas di Gaza," jelasnya.

Dalam hal ini Qatar disebut lebih terbuka dalam konteks mendorong reformasi, dimulai dari sikap pragmatis. Artinya, Qatar lebih diterima negara-negara Eropa karena mampu masuk dalam jantung Eropa.

"Qatar juga menjadi obat melakukan reformasi generasi baru untuk memegang pemerintahan. Qatar adalah negara satu-satunya di negara Timur Tengah membuka sebuah reformasi, dan itu membuahkan hasil, menempatkan Qatar sebagai negara kecil yang mampu, di situ Saudi mulai terancam," imbuh Munhanif.

"Sejauh ini, Qatar dianggap sebagai teladan dari perkembangan ekonomi dan mungkin akan menjadi revolusi Timur Tengah," katanya.

PERAN INDONESIA - Presiden Joko Widodo telah melakukan komunikasi dengan pimpinan negara-negara Teluk terkait konflik diplomasi dengan negara Qatar. Jokowi menegaskan Indonesia siap mengambil peran dalam upaya perdamaian atas konflik tersebut.

Jokowi mengatakan, dua hari lalu dirinya sudah berkomunikasi dengan Presiden Turki Rechep Tayyep Erdogan terkait konflik antara negara-negara Teluk dengan Qatar.

"Tadi malam juga saya telepon Syekh Tamim di Qatar, saya sebetulnya mencari peluang, problemnya sebetulnya apa sih? Kok sampai benturannya sangat kerasnya," kata Jokowi di hadapan alumni dan santri Pondok Pesantren Miftahul Huda, Manonjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (10/6).

Jokowi mengatakan, dirinya belum bisa menyimpulkan apa-apa, sebab komunikasi dirinya dengan pimpinan negara teluk terkait konflik tersebut baru dilakukan.

Namun, Jokowi menegaskan, Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ingin mengambil peran terkait perdamaian atas konflik tersebut.

"Saya ingin Indonesia memiliki peran dalam menyelesaikan konflik Timur Tengah. Saya kira sudah puluhan tahun negara kita ingin membuat konsulat di Palestina belum berhasil, tapi Alhamdulillah tahun kemarin kita sudah memiliki konsulat di Palestina. Ini perkembangan baik karena Indonesia dianggap sebagai pihak yang bisa netral dan duduk di tengah dan negara penduduk muslim terbesar di dunia," jelas Jokowi.

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengungkapkan banyak negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sangat prihatin karena negara-negara yang berseteru tersebut adalah anggota OKI juga.

"Terkait dengan peran Indonesia dalam krisis tersebut, saya mendukung pernyataan Menteri Luar Negeri RI yang menyatakan akan memediasi dan berkontribusi menghadirkan solusi agar kondisi yang terbaik kembali di kawasan Teluk, juga di kawasan negara-negara OKI lainnya," kata Hidayat dalam keterangan tertulis, Sabtu (10/6).

Menurut Hidayat, Indonesia semestinya tidak hanya menawarkan diri, tapi langsung berperan aktif seperti yang dilakukan Turki. Mengapa Indonesia sangat concern akan hal tersebut, karena dari sisi Indonesia, ini adalah kewajiban yang sudah disepakati dan terpatri oleh para founding fathers dan founding mothers dulu dalam Pembukaan UUD.

Pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 itu jelas ditegaskan pada alinea terakhir bahwa Indonesia terlibat menjaga perdamaian dunia. "Menurut saya, ini adalah satu hal penting yang harus betul-betul dilaksanakan. Apalagi Indonesia berada pada pihak yang diterima kedua belah pihak, baik oleh Qatar maupun oleh pihak Arab Saudi dan negara Arab lainnya," ucapnya.

Lagi pula, lanjut Hidayat, Indonesia harus melihat ini sebagai kesempatan yang sangat bagus untuk tampil dan membuktikan kepemimpinannya di tingkat dunia untuk menghadirkan solusi. Dalam sejarah, Indonesia memiliki track record yang baik berkiprah dalam penyelesaian masalah di Asia Tenggara.

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengaku telah berkomunikasi dengan sejumlah menteri luar negeri terkait pemutusan hubungan oleh negara-negara Arab terhadap Qatar. Retno mengatakan Indonesia siap membantu agar situasi tidak memburuk.

"Kita minta semua pihak menahan diri dan utamakan dialog rekonsiliasi. Kita juga menyampaikan, Indonesia siap membantu untuk mencegah situasi tidak memburuk," kata Retno di kantornya, Pejambon, Jakarta Pusat, Jumat (9/6).

"Saya sampaikan posisi Indonesia dan sampaikan bahwa Indonesia akan berkontribusi, apa pun yang bisa dilakukan kita bantu," Retno menambahkan.

Pada tanggal 11 hingga 13 Juni nanti, Retno akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Norwegia, salah satunya menghadiri Oslo Forum 2017. Forum tersebut akan diikuti beberapa negara, termasuk anggota organisasi PBB.

Retno mengaku telah mengatur janji untuk bertemu dengan Menlu Uni Eropa Federica Mogherini guna membicarakan isu terbaru. Saat ini Retno juga sedang menunggu waktu kapan akan bertemu dengan Menlu Amerika Serikat Rex Tillerson.

"Jadi saya terus berkomunikasi dan besok saya akan terbang ke Oslo Forum. Di sana akan bertemu dengan beberapa menlu yang ada di forum tersebut, antara lain Menteri Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini. Kita sudah komunikasi per WhatsApp. Kita sudah berjanji untuk bertemu dan akan tukar pikiran," kata Retno.

"Saya sekarang sedang menunggu waktu yang pas untuk berkomunikasi dengan Menlu Amerika Serikat, kapan waktu yang tepat untuk bicara dengan kolega saya untuk berbagi informasi dan apa yang bisa dilakukan untuk membantu situasi tidak memburuk," imbuhnya. (dtc)

BACA JUGA: