JAKARTA, GRESNEWS.COM - Calon incumbent Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa Ahok kian gamang menentukan sikap apakah akan maju melalui jalur independen atau jalur partai politik. Kedua jalur itu saat ini terbuka bagi Ahok untuk maju mencalonkan diri. Namun demikian kedua-duanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Seperti diketahui Teman Ahok mengklaim telah mengumpulkan 1 juta KTP sebagai persyaratan Ahok mencalonkan kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta. Peluang yang sama juga terbuka dari jalur parpol. Kans dukungan parpol itu  semakin menguat setelah Partai Golkar menyatakan akan mendukung Ahok pada Pemilihan Kepala Daerah 2017.  Sejauh ini setidaknya sudah ada tiga partai yang mendeklarasikan untuk memberi dukungan pada suami Veronica Tan ini. Yakni Partai Nasdem, Hanura, dan Partai Golongan Karya (Golkar)

Namun kemungkinan Ahok maju melalui jalur independen dipandang sinis oleh calon rivalnya Abraham Lunggana. Politisi PPP ini meragukan niat Ahok untuk mencalonkan melalui jalur perseorangan.

"Saya sudah perkirakan dari dulu, ini propaganda saja. Nyari 1 juta itu kan sangat sulit, apa lagi harus benar-benar akurat. Tapi ini sah-sah saja,  tapi ini juga bisa pembohongan publik," kata Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Lulung Lunggana, Sabtu (25/6).

Bahkan Lulung menyatakan berani bertaruh akan mengiris kuping jika Ahok berani memilih jalur independen sebagai kendaraan politik untuk bertarung di Pilkada 2017 mendatang.  "Saya mau iris kuping saya kalau dia (Ahok) mau ke independen. Enggak mungkin dia berani," tantang Lulung.

Sebenarnya, dengan dukungan tiga partai, Ahok sudah bisa melaju menggunakan jalur partai politik. Kalau dikalkulasikan, dari tiga partai itu artinya Ahok sudah mengantongi 24 kursi DPRD. Angka tersebut melampaui syarat dukungan yakni 22 kursi DPRD.

Namun Ahok sendiri belum memutuskan akan menggunakan perahu partai atau perseorangan. Meskipun kedua jalur pendaftaran sudah dikantongi Ahok.

Kebimbangan Ahok untuk memilih salah satu jalur itu  memang terlihat dari sikap mantan Bupati belitung ini yang belum memutuskan maju melalui independen atau jalur partai politik. Bahkan untuk memberinya ruang untuk  menimbang, Ahok  mengaku baru akan memutuskan pilihan itu setelah usai lebaran.

"Aku mau pulang ke Belitung dulu, makan ketupat dulu baru putusin," ujar Ahok saat didesak wartawan kapan akan menentukan pilihannya di Balai Kota DKI,  Senin (26/6).

Sejauh ini belum ada tanda-tanda sinyal ketegasan yang disampaikan Ahok,  apa akan memilih jalur independen atau melalui partai. Awalnya Ahok tegas menyatakan siap maju melalui jalur independen, namun belakangan ia juga menyatakan siap diusung parpol.

Kedua jalur yang ada bagi Ahok juga sama-sama terbuka. Jika maju melalui jalur independen, relawan Teman Ahok telah menyatakan berhasil mengumpulkan satu juta KTP, yang artinya lebih dari cukup untuk mengusung Ahok maju pilkada 2017.

Sebab sesuai ketentuan Pasal 42 UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pilkada, syarat pasangan calon kepala daerah dan wakilnya maju secara perseorangan, bila berhasil mengumpulkan kartu tanda penduduk (KTP) sebanyak 6,5 hingga 10 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebelumnya. Sementara jumlah DPT DKI Jakarta pada Pilkada 2012 sebanyak 6.996.951, sehingga KTP yang terkumpul dianggap telah mencukupi.

Hanya saja pengumpulan KTP tersebut sempat dipertanyakan menyusul munculnya sejumlah eks relawan yang mengaku dalam pengumpulan KTP tersebut ada manipulasi. Pihak Teman Ahok selaku relawan yang berupaya mengumpulkan dukungan itu pun merasa tertantang untuk membuktikannya.

Demikian juga bila maju melalui jalur partai yang telah terbuka dan memenuhi syarat untuk mengusung Ahok. Namun dua pilihan tersebut sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Jalur independen Ahok akan aman karena kebijakannya tidak akan direcoki oleh oknum-oknum partai politik yang mengharap balas jasa atas dukungannya.  Namun demikian Ahok juga akan menghadapi risiko kurangnya dukungan partai politik di DPRD. Sehingga sejumlah kebijakannya akan dihambat. Demikian sebaliknya jika maju melalui partai politik.  

Kendati demikian Ahok harus segera menentukan pilihannya, sebab setelah lebaran proses pendaftaran calon gubernur DKI segera dimulai.

KALKULASI POLITIK - Pengamat politik UIN Jakarta, Ali Munhanif, melihat kegamangan Ahok dalam memilih jalur yang mesti ditempuh, lebih pada cara mencari langkah aman. Dari kedua jalur itu, Ahok perlu mencari langkah tidak menghambat pencalonannya menjadi gubernur kembali.

"Saya kira lebih pada mencari langkah yang baik dalam pencalonannya," kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UIN Jakarta ini kepada gresnews.com melalui sambungan teleponnya, Senin (27/6).

Ali memprediksi, Ahok pada akhirnya akan memilih jalur partai politik sebagai kendaraan politik mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dalam analisanya, jalur parpol lebih aman dibanding independen. Pasalnya, pengumpulan 1 juta KTP oleh Teman Ahok dinilai akan menjadi aral bagi Ahok karena banyak menjadi objek kritik bagi lawan politiknya.

"Pasti dia juga menghitung-hitung. Dugaan saya, Ahok pasti akan mengambil jalur partai politik, sementara jalur independen akan ditinggalkan Ahok," prediksi Ali.

Namun begitu, jika Ahok maju melalui jalur independen juga patut diapresiasi. Asalkan sistem pengumpulan KTP, transparansi keuangannya dilakukan dengan akuntable. Karena jika tidak akan jadi blunder dan berbahaya buat pencalonannya.

Selain itu, kepala program studi Ilmu politik UIN Jakarta ini juga menilai kemungkinan Ahok didukung PDI-P semakin tipis. Dari rangkaian peristiwa politik ketegangan antara Ahok dan PDI-P saling menyakiti. "Peluang kembali ke PDIP kecil sekali," terangnya.

Dia menambahkan, alasan lainnya Ahok tidak mungkin kembali ke PDI-P. Adalah besarnya otoritas Megawati dalam menentukan dukungan, sehingga membuat dukungan kepada kandidat menjadi tarik ulur. Kedua, ada kebiasaan oknum tokoh yang sengaja ingin memperoleh mahar politik saat mendukung seorang calon.

"Ada yang bermain dibalik itu untuk menarik mahar politik, sehingga tarik ulur," tukas Ali Munhanif.

BACA JUGA: