JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pernyataan petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang menyebut telah memperoleh lampu hijau Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri, menjadi blunder bagi elite partai banteng. Pasalnya elite partai telah terbelah pilihan antara mendukung Ahok dan anti-Ahok.

Bahkan sebagian kalangan PDIP telah menyeret partai pemenang Pemilu 2014 itu ke arah anti-Ahok dengan bergabung bersama Koalisi Kekeluargaan. Koalisi itu dimotori partai-partai yang menolak mendukung Ahok dalam pemilihan gubernur DKI 2017 mendatang, seperti Partai Gerindra, PAN, PKS dan Partai Demokrat.

Dari sikap Ketua Umum PDIP yang lebih condong mendukung Ahok, menjadikan koalisi partai ini limbung. Semangat mendukung Koalisi Kekeluargaan mulai kendur. Sementara sejumlah partai di Koalisi Kekeluargaan semakin blingsatan dengan koalisi mereka yang tak kunjung mapan.

Fenomena Ahok yang mengklaim telah mendapat dukungan Megawati, menurut Direktur Eksekutif Vox Pol Centre Pangi Syarwi Chaniago, menjadi paradoks bagi PDIP. Pasalnya, sikap Ahok yang kontradiktif membuat PDIP kehilangan marwahnya sebagai partai ideologis.

"Jelas PDIP itu partai doktrin, partai tidak hanya sebagai kanal atau fasilitator namun kader sebagai petugas partai, mereka didoktrin, dibekali menjadi kader intelektual ideologis," katanya.

Jika PDIP mengusung Ahok itu lebih berisiko dibanding mengusul kadernya sendiri, misalnya Risma. Bahkan Risma dinilai lebih memiliki loyalitas kepada PDIP karena Risma merupakan kader PDIP. Sementara Ahok dikenal lebih independen dan tak mudah untuk dikendalikan oleh partai.

Pangi menjelaskan posisi Ahok cukup riskan bagi PDIP, lantaran jejak Ahok dikenal sebagai politisi pragmatis. Posisi Ahok disinyalir akan membuat turbulensi politik jika PDIP benar-benar akan mendukung duet Ahok-Djarot.

Ahok sendiri pernah tercatat sebagai politisi PIB pada 2004 saat mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur. Pada tahun 2007 Ahok kemudian maju menjadi calon Gubernur Belitung namun langkahnya terhenti karena kalah dari rivalnya Eko Maulana Ali. Lalu pada tahun 2009, Ahok mencalonkan diri menjadi anggota legislatif dari Partai Golkar. Pada tahun 2012 menjadi kandidat Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta bersama Joko Widodo dari PDIP sedangkan Ahok diusung Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Di pertengahan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ahok sempat membuat polemik dengan PDIP soal isu mahar politik.  Apalagi belakangan memperoleh dukungan dari Teman Ahok yang bisa mengumpulkan tanda tangan hingga ratusan ribu pendukung, hingga muncul wacana Ahok akan maju melalui mekanisme independen. Hubungan Ahok dengan partai Banteng ini pun sedikit merenggang.

Kendati demikian  partai- partai lain tetap tergiur untuk mendukung Ahok demi melihat kinerjanya sebagai gubernur DKI Jakarta yang dinilai  memuaskan publik. Diawali dukungan oleh Partai Nasdem dan diikuti Partai Hanura.  Belakangan dukungan lebih kuat diberikan Partai Golkar setelah ketua umum Partai  Beringin itu jatuh ke tangan Setya Novanto.  

Derasnya dukungan partai politik kepada Ahok, membuat mantan Bupati Belitung Timur ini harus berhitung ulang untuk maju melalui mekanisme independen. Ia pun mendeklarasikan diri maju mencalonkan pilgup melalui partai politik. Ia juga mengoreksi posisi pasangan wakil gubernurnya yang semula akan berpasangan dengan Heru Budi Hartono  Kepala BPKAD DKI Jakarta, dengan kembali berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat yang kader PDIP.

Namun Pangi mewanti-wanti PDIP agar berhati-hati dalam menentukan kandidat yang akan diusung. "PDIP harus hati hati mengusung Ahok. Sebab Gubernur Ahok dinilai sangat pragmatis, sehingga dikhawatirkan, bila PDIP tak sejalan,  juga akan ditinggalkan," ujar Pangi kepada  gresnews.com, (20/8).

Sementara pengamat politik dari Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti melihat dukungan PDIP terhadap Ahok sejauh ini belum bisa disimpulkan. Dukungan Megawati sejauh ini masih klaim sepihak oleh Ahok, bahwa ia telah memperoleh restu Megawati untuk mencalonkan sebagai Gubernur DKI Jakarta.

"Perkembangannya cepat sekali," kata Ray kepada gresnews.com, Minggu (21/8).

Ray menilai, hubungan Ahok dengan PDIP masih sangat dinamis sekali. Tekanan publik kepada PDIP agar mencalonkan Risma juga menjadi salah satu kendala. Tak hanya desakan publik saja, faktor ideologis sangat memengaruhi hubungan keduanya.

Bahkan Ray memprediksi hubungan keduanya bakal digoyang lagi. "Kita lihat dulu perkembangan PDIP dengan Ahok ini. Kayaknya retak lagi," ujar Ray singkat.

AHOK DAN PDIP KOMBINASI DASYAT -  Kendati penyataan dukungan Megawati  kepada Ahok baru terlontar dari pihak Ahok. Namun sejumlah elit partai PDIP sendiri meyakini pernyataan itu benar adanya. Setidaknya hal itu diungkapkan oleh  politikus PDIP Maruarar Sirait.

Elit PDIP yang cukup dekat dengan Megawati ini meyakini dalam waktu dekat partainya akan segera memberikan dukungan kepada Ahok untuk Pemilihan Gubernur DKI 2017 mendatang.

Politisi yang akrab disapa Ara ini mengatakan sinyal-sinyal dukungan Megawati kepada Ahok itu sebenarnya sudah ditunjukkan lama, Ahok pun telah menyadari hal itu. Sinyal itu antara lain, terlihat saat  acara ulang tahun Megawati, orang pertama yang memperoleh potongan tumpeng adalah  Ahok. Lalu pada acara Museum Kota Tua dan saat haul Taufik Kiemas, juga Ahok mendapat buku pertama.

"Dari sana,  saya melihat bagaimana hubungan yang sangat baik antar keduanya," kata Ara di sebuah diskusi publik akhir Juli lalu. Ara sendiri mengaku sebagai salah seorang kader PDIP yang mendukung Ahok.

Hanya ia mengakui, selama ini ada pihak yang tampaknya tidak ingin Ahok dan PDIP bersatu. Pasalnya selama ini hubungan Ahok dengan Mega dinilai sangat baik. Orang melihat pertalian keduanya merupakan kombinasi yang sangat dasyat, sehingga berbahaya bagi lawan politik.

Anggota Komisi XI DPR ini juga melihat, kalau sampai Ahok didukung PDIP yang tinggi suaranya pada 2014, tidak ada kontestasi politik lagi. PDIP, Ahok, Teman Ahok bersatu tidak ada kontestasi politik. "Tentu lawan PDIP dan Ahok berkepentingan secara politik," tambahnya.

Dukungan kepada Ahok menurut Ara, tentu saja  didasarkan pada kinerjanya yang  bagus  selama memimpin Jakarta. Sehingga, dia yakin pada akhirnya PDIP akan mendukung Ahok.

BACA JUGA: