JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kemungkinan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan memberikan dukungannya pada pencalonan petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kian santer terdengar. Penentuan sikap itu akan mereka sampaikan pada publik pada Kamis, (18/8) sore ini.

Derasnya pemberitaan mengenai kemungkinan PDIP mengusung Ahok di Pilgub DKI telah terdengar
jauh sebelumnya, desas-desus bahwa PDIP akan mengusung Ahok juga sudah menyeruak ke publik. Hanya, sikap keukeuh Ahok yang menolak masuk sebagai kader PDIP disinyalir membuat PDIP maju mundur dan memicu keengganan sejumlah orang di PDIP untuk menyatakan secara terbuka mendukung Ahok.

Akibatnya hubungan PDIP-Ahok pun terlihat kian renggang. Lebih-lebih saat Ahok menerima pinangan Golkar, Hanura, dan Nasdem, tak lama kemudian sekelompok orang di PDIP, membawa partai ini  bersama enam partai lainnya seperti PKS, Gerindra, PPP, PKB, Demokrat, dan PAN menyatakan diri bergabung dalam Koalisi Kekeluargaan. Kendati sebagian tokoh di Partai Banteng itu ogah-ogahan menyikapi pembentukan Koalisi Kekeluargaan.

Namun belakangan, kemungkinan PDIP mengusung Ahok kembali menguat. Ahok sendiri yang membeberkan hal itu. "Intinya, Bu Mega setuju aku dengan Djarot," kata Ahok, Rabu (17/8).

Tuntutan PDIP agar Ahok mengikuti prosedur partai dipatahkan Ahok dengan membawa argumen yang dinyatakan Megawati. "Bu Mega bilang aku tidak perlu fit and proper test, dan tidak perlu mendaftar. Karena aku sudah pernah terdaftar di tahun 2012. Itu Bu Mega yang ngomong," ujar Ahok.

Sebelumnya, Ketua Badan Pemenangan Pemilu dan Pilkada PKS DKI Jakarta Agung Setiarso dengan  percaya diri menyatakan Koalisi Kekeluargaan akan solid melawan Ahok demi mewujudkan cita-cita bersama menuju Jakarta yang lebih baik. Namun belakangan ia mulai melihat PDIP beralih haluan-- meski belum secara eksplisit-- mulai menerima Ahok.

Disinggung soal kemungkinan pindahnya haluan PDIP ke Ahok, yang berarti secara otomatis meninggalkan Koalisi Kekeluargaan. Agung mengaku belum merasa yakin. Menurutnya  tidak ada logika politik yang dapat menyatukan PDIP dan Ahok. "Kemungkinannya sangat kecil sekali. Namun bila itu terjadi, bisa dikatakan itu adalah keajaiban," kata Agung, Sabtu (13/8) lalu.

Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menyatakan bahwa dinamika politik yang terjadi di ibukota saat ini, antara Ahok dan PDIP, menandai kebenaran konsep dasar politik. "Bahwa dinamika politik itu cair, terlebih di Indonesia, bahwa di balik segala sesuatu selalu tersimpan sebuah kepentingan," kata Emrus.

Meski banyak orang menilai,  sikap Ahok terhadap PDIP menunjukkan sikap yang inkonsisten, Emrus lebih senang menilai hal itu sebagai bagian dari tukar-kepentingan atau perkawinan politik. Pun, dalam beberapa kesempatan Ahok menegaskan bahwa ia hanya akan meladeni parpol yang memberikan dukungan kepadanya tanpa syarat.

"Tentu akan ada tukar-kepentingan antara Ahok dan PDIP jika keduanya mencapai kesepakatan," katanya saat dihubungi gresnews.com melalui telepon, Kamis (18/8).

Menurutnya Ahok akan menawarkan sesuatu yang baik untuk membangun DKI. Sementara PDIP akan meminta Ahok untuk mewujudkan visi politik PDIP dalam kurun lima tahun ke depan.

Emrus menduga, bahwa dukungan PDIP ke Ahok juga sarat pertimbangan ideologis. PDIP itu partainya rakyat kecil, partai minoritas. Ahok juga simbol minoritas yang pluralis. Dia bekerja tanpa pernah mempertimbangkan perbedaan ras, agama, dan lain-lainnya.

Sikap Ahok yang kontroversial menimbulkan perpecahan suara di kalangan internal PDIP. Beberapa hari lalu, video "Ahok Pasti Tumbang” yang beredar di youtube bahkan muncul dari kalangan PDIP. Namun demikian, Emrus optimistis bahwa hal itu dapat teratasi. "PDIP adalah partai yang dewasa, partai matang. Mereka sudah merasakan asam-garam perpolitikan. Meski dukungan kepada Ahok membuat suara di kalangan kader terbagi, namun secara umum kader-kader PDIP itu komitmen, militan dan setia. "Soal Ahok, mereka menyerahkan semua urusannya kepada DPP," kata Emrus.

PDIP TAK INGIN DITINGGAL AHOK - Sementara itu,  terkait hubungan PDIP-Ahok pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menegaskan bahwa PDIP ingin menang 100% sehingga memastikan bahwa calon pemenang juga berasal dari PDIP.

Menurutnya dukungan PDIP juga tidak akan membuat Ahok serta merta meninggalkan tiga partai yang sudah menyatakan dukungan kepadanya. Menurut Hendri, PDIP akan menggabungkan diri berkoalisi dengan Golkar, Hanura, dan Nasdem.

Kekhawatiran partai anti Ahok seperti partai PKS, Gerindra dan lainnya  dengan membentuk Koalisi Kekeluargaan, menurut Agung Setiarso didasarkan pada keinginan bersama membangun Jakarta yang lebih baik. Agung menilai, sikap Ahok selama ini menunjukkan preseden yang buruk, terutama soal cara Ahok berkomunikasi.
 
"Ahok punya problem komunikasi dengan bawahannya. Dulu sampai ada walikota yang mundur karena masalah komunikasi, kan? Lalu dengan warga, bagaimana Ahok membentak-bentak warganya. Juga dengan DPRD," tanyanya.

Menurutnya komunikasi yang baik itu penting dimiliki seorang pemimpin. Jakarta tidak bisa dipimpin sendirian. Tapi harus dipimpin secara kolektif, dalam arti bersinergi dengan elemen masyarakat yang lain. Dia mengatakan tanpa ada komunikasi yang baik, tidak akan bisa membangun Jakarta lebih baik.

Meski belum resmi didukung PDIP, dan belum tentu memenangkan Pilgub 2017, Agung khawatir jika kasus-kasus yang menjerat nama Ahok selama ini akan menimbulkan efek bola salju di kemudian hari. "Kasus-kasus seperti reklamasi Teluk Jakarta, Sumber Waras, dan Luar Batang akan terus menjadi problem. Itu kasus awalnya saja. Jika dia menang dalam kasus ini, dia akan bikin kasus yang lebih besar," urainya.

Itu menurutnya merupakan salah satu kelemahan Ahok di samping masalah komunikasi. Kinerjanya menurut Agung juga gak terbukti baik, sikap dia terhadap korupsi juga gak bersih-bersih amat. "Itu yang mesti dikhawatirkan masyarakat dan parpol,” dalih Agung.

Menurut dia, jika PDIP secara resmi mengusung Ahok, Agung menilai hal itu akan menjadi blunder. "Ahok punya track record yang kurang baik. Dia selalu memanfaatkan apa pun hanya untuk kepentingan dia untuk naik. Gerindra sudah menjadi korban. Apakah PDIP mau bernasib seperti Gerindra?" ungkitnya.

Namun sepertinya PDIP memiliki pertimbangan lain soal potensi Ahok. Hingga mereka harus berfikir untuk mengabaikan keluhan partai-partai di Koalisi Kekeluargaan. PDI P pun menyatakan akan bersikap soal dukungan mereka pada mantan Bupati Belitung Timur itu, pada sore hari ini.  

BACA JUGA: