JAKARTA, GRESNEWS.COM - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara sore ini. Kunjungan Mantan Ketua lembaga antirasuah itu dinilai sarat kepentingan politis.

Penasihat hukum Antasari Azhar, Boyamin Saiman mengatakan pertemuan tersebut  Boyamin masih enggan berspekulasi terkait apa pembicaraan keduanya. Kendati demikian, Boyamin tak menampik adanya pembicaraan lain selain pernyataan  terima kasih dari Antasari kepada presiden.

"Pak Antasari Azhar agendanya menyampaikan terima kasih telah diberikan grasi, untuk selebihnya tentang pembicaraan yang lain mohon tunggu penjelasan langsung nanti sesaat dan sesudah pertemuan," kata pengacara yang akrab dipanggil Boy melalui pesan singkatnya, Kamis (26/1).

Pertemuan akan dilangsungkan secara empat mata antara presiden dan Antasari. Terkait siapa yang berinisiatif  mengagendakan pertemuan, Boyamin pun masih enggan menjawab. Dia hanya meminta doa agar pertemuan empat mata antara Presiden Jokowi dan Antasari berjalan lancar.

"Mari kita doakan agar pertemuan tersebut berlangsung dengan baik dan lancar membawa kemanfaatan bagi penegakan kebenaran dan keadilan," ungkap Boyamin.

PERTEMUAN SARAT POLITIS - Pengamat politik Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi)  Lucius Karus menilai pertemuan itu secara politis bisa dimaknai sebagai langkah politik Antasari untuk memperoleh keadilan dirinya dengan merapatkan diri ke pemerintah. Lucius melihat usaha itu sebagai panggung Antasari untuk memberikan informasi kepada presiden. Apa lagi, kesan yang muncul selama ini bahwa Antasari merupakan korban kriminalisasi.

"Target Antasari saya kira agar dia memperoleh keadilan. Jika ia merupakan korban, maka dengan langsung menyampaikan informasi ke Presiden, Antasari berharap bisa menemukan cara yang tepat untuk memperjuangkan keadilan dirinya," kata Lucius melalui pesan singkatnya  kepada gresnews.com, Kamis (26/1).

Selain itu dia juga melihat, pertemuan Jokowi dan Antasari secara politis terlihat sebagai lanjutan "perang dingin" antara Jokowi dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono. Karena itu, tentu presiden merasa penting memperoleh data-data valid untuk menilai rezim sebelumnya.

"Pertemuan untuk Antasari bisa memberi tambahan informasi penting bagi Jokowi untuk memastikan dirinya menilai rezim terdahulu," ungkapnya.

Hubungan Jokowi dengan SBY sempat beberapa kali memanas. Terakhir, saat SBY mengeluhkan kondisi bangsa belakangan ini pada akun twitternya. Cuitan SBY dinilai menyasar pihak tertentu soal pemberitaan hoax yang marak belakangan ini. Bahkan cuitan itu mendapat respon dari Presiden Joko Widodo.

Lucius mengatakan, meskipun Antasari bukan tokoh politik, namun Antasari memiliki nilai politis yang cukup kuat bagi pemerintah untuk memperoleh informasi. Menurutnya, pemerintah juga mendapat insentif politik dari pertemuan keduanya.

Bagi Antasari sendiri, kata Lucius, pertemuan ini bisa menjadi momentum untuk meneguhkan penilaiannya soal siapa yang paling bertanggungjawab terhadap kriminalisasi yang menjeratnya. Bahkan, kata Lucius, ini dapat dilihat dari ekspresi kedua tokoh belakangan ini.

"Jika Antasari benar merupakan korban kriminalisasi, maka rezim sebelum Jokowi yang paling mungkin menjadi pelakunya," ujarnya.

BACA JUGA: