JAKARTA, GRESNEWS.COM - PDIP sudah bisa dipastikan akan mengusung pasangan incumbent Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saeful Hidayat sebagai bakal calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta di Pilkada 2017. Saat ini DPP PDIP sendiri bakal menggelar rapat finalisasi pencalonan tak hanya untuk Jakarta, tetapi juga di 101 daerah lainnya.

Dalam acara itu, Djarot yang merupakan kader PDIP ikut hadir. "Finalisasi untuk memutuskan semua calon kepala daerah. Nanti malam diumumkan," kata Djarot.

Terkait kepastian dukungan PDIP pada pasangan Ahok-Djarot, sang Wakil Gubernur tak mau berkomentar. Namun tanda-tandanya sudah terlihat sangat jelas. Ahok sendiri mengaku, hari ini dia sudah diminta oleh PDIP untuk mengosongkan jadwal untuk berjaga-jaga jika nanti diundang menerima usungan PDIP.

Ahok kemudian mengungkapkan bahwa Hasto melalui Djarot menyampaikan ke dirinya untuk mengosongkan agenda pada sore nanti. "Saya enggak tahu ya, katanya ke PDIP atau ke DPP katanya. Saya cuma disampaikan semalam, bahwa malam ini akan ada pengumuman di DPP PDIP. Diharapkan kalau bisa saya kosongkan waktu, siapa tahu diundang datang ke pengumuman itu. Baru dia minta, saya mengosongkan jadwal saya," tutur Ahok saat melakukan kunjungan ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (20/9).

Sekjen PDIP Hasto Kristyanto mengatakan pasangan calon dari PDIP dalam Pilgub DKI 2017 akan diumumkan di Kantor DPP PDIP di Jl Diponegoro No 58, Jakarta Pusat, hari ini, pukul 20.00 WIB. Megawati kini tengah memimpin rapat finalisasi pencalonan di pilkada tersebut.

Untuk Pilgub DKI, Bendahara Umum PDIP Olly Dondokambe mengatakan PDIP telah mengantongi tiga nama ´kuat´ untuk diusung. Ketiganya yakni, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Kepala BNN Budi Waseso (Buwas) dan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Namun, kata dia, untuk DKI PDIP, mengerucut ke calon incumbent, yakni Ahok.

Olly menjelaskan, faktor utama yang jadi pertimbangan PDIP menentukan calon yang akan diusung adalah elektabilitas. "Tentunya elektabilitas yang kita perhitungkan, sama kerja sama dengan partai ke depan, koalisinya," katanya.

Pencalonan Ahok-Djarot oleh PDIP sendiri dinilai akan mulus meski di internal tetap ada gejolak penolakan atas keputusan DPP PDIP untuk mengusung Ahok. Satu kader PDIP Budi Mulyawan SH meluncurkan surat terbuka kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Cepy--panggilan akrab Budi-- tetap meminta kepada Megawati agar tidak mendukung Ahok di pilkada DKI Jakarta 2017. Dalam surat terbuka tersebut, Cepy menyebutkan, Pilgub DKI Jakarta merupakan pintu masuk utama bagi pesta demokrasi di tingkat nasional (pilpres 2019).

"Bagi PDI Perjuangan, pilgub DKI Jakarta adalah ajang yang sekaligus sebagai momentum untuk mengevaluasi segala kekurangan dan kesalahan dalam pilgub serta pilpres diperiode yang lalu," jelasnya.

Dia menilai, hal tersebut sangatlah penting, demi mewujudkan cita-cita dan garis perjuangan partai. Untuk itu, PDI Perjuangan tidak boleh terjebak dalam kepentingan politik yang sempit, yang hanya memuaskan segelintir elite politik (faksi) yang ada di PDI Perjuangan.

Cepy menyebut, Ahok selain memiliki rekam jejak yang buruk dan segudang masalah di kancah perpolitikan nasional, dia pun berpotensi memecah belah soliditas kader di semua lini. "Loyalitas Ahok, hanya dengan kepentingan politik pribadinya, Terlebih, Ahok berpotensi menghalalkan segala cara demi memenuhi ambisi politiknya," pungkasnya.

Dia pun menyodorkan nama kader internal PDIP, salah satunya adalah Tri Rismaharini sebagai calon yang layak diusung PDIP. "Semoga, surat terbuka ini dapat menjadi solusi terbaik bagi PDI Perjuangan, warga jakarta dan bangsa Indonesia," pungkas Cepy.

Sayangnya, PDIP sepertinya sudah mantap untuk mengusung pasangan Ahok-Djarot. PDIP sendiri sudah memastikan tidak akan mengusung Risma di Pilkada DKI 2017. Risma pun sudah menegaskan akan memenuhi janjinya kepada warga Surabaya untuk memimpin mereka selama satu periode penuh.

MENCARI LAWAN AHOK - Solidnya dukungan PDIP kepada pasangan Ahok-Djarot membuat partai yang tersisa yang belum mengajukan calon di DKI diperkirakan akan berkoalisi. PAN, Demokrat, PPP dan PKB sudah hampir final berkoalisi dan tengah menyiapkan calon.

"Koalisi yang sudah intensif dengan Demokrat, PPP, dan PKB. Kita Insya Allah punya calon," ucap Ketua DPP PAN Yandri Susanto, Selasa (20/9).

Yandri mengatakan komunikasi tingkat elit dengan Gerindra dan PKS juga dilakukan oleh koalisi ini, namun sebagaimana diketahui mereka sudah punya calon sendiri yaitu Sandiaga Uno-Mardani Ali Sera. Meski tak menutup kemungkinan koalisi Gerindra-PKS bisa melebur dengan poros baru Demokrat Dkk. "Memang sangat dinamis DKI ini," ujar anggota komisi II DPR itu.

Soal bakal cagub-cawagub yang akan diusung oleh koalisi Demokrat, PPP, PAN dan PKB, Yandri masih merahasiakan. Rencananya akan dideklarasikan sekaligus saat pendaftaran ke KPU DKI besok atau lusa. "Kemungkinan diumumkan besok atau lusa sekaligus pendaftaran. Intinya lawan kami sangat sepadan dengan Ahok," ucap Yandri belum menyebut calonnya.

Wasekjen PKB Danel Johan sebelumnya juga menyebut partainya sedang menjajaki koalisi bersama Demokrat, PAN, PPP untuk memunculkan calon alternatif melawan Ahok-Djarot. "PKB akan merajut koalisi menyatukan parpol-parpol di satu calon agar ada alternatif yang terbaik dan terkuat," ucap Daniel Johan.

Di sisi lain, calon yang sudah duluan diusung Gerindra, Sandiaga Uno juga tampaknya tak terlalu ngotot untuk maju jika ada calon lain yang lebih kuat. Sandi mengaku bersedia "turun pangkat" menjadi wakil gubernur jika ada calon yang lebih kuat. Satu diantaranya yang muncul adalah mantan Mendikbud Anis Baswedan.

Sandiaga Uno sendiri sudah menemui Anies Baswedan, Senin (19/9) malam. Usai pertemuan itu Sandiaga Uno menyatakan siap duet dengan Anies Baswedan maju Pilgub DKI, jika memang jadi keputusan parpol pengusung. "Apa yang dijadikan keputusan akhir yang betul-betul aspirasi. Kita harus siap terima keputusan pimpinan," kata Sandiaga kepada wartawan di Posko Sandiaga di Jl Melawai No 16, Jakarta Selatan, Selasa (20/9).

Sandiaga bahkan siap kalau diusung sebagai cawagub DKI mendampingi Anies Baswedan. "Iya. Level Pak Anies itu kemarin calon presiden," kata Sandiaga.

Pertemuan itu digelar di Hotel Dharmawangsa di Jl Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (19/9) malam. Dalam pertemuan itu keduanya membahas masa depan Jakarta. Dalam pertemuan itu Anies Baswedan mendorong Sandiaga Uno maju terus jadi penantang Ahok di Pilgub DKI.

"Pak Anies bilang maju. Tawarkan sesuatu platform yang baru bagi Jakarta yang mencerdaskan," kata Sandiaga.

Lalu apakah mereka berdua akan duet di Pilgub DKI, dan siapa yang akan mengusung keduanya? "Kami mengedepankan koalisi kekeluargaan," jawabnya.

KOALISI BESAR - Kemungkinan adanya koalisi besar yang terdiri dari Demokrat, PPP, PAN, PKB, Gerindra dan PKS juga masih terbuka. Hal itu ditegaskan oleh Ketua Umum PPP Romahurmuziy. "Jika benar demikian (PDIP usung Ahok), maka PPP sudah pasti menghadirkan pilihan alternatif yang lebih baik untuk warga Jakarta," kata Romy.

Sekjen PPP Arsul Sani menambahkan keempat parpol itu (PPP, PAN, PKB, Demokrat) sudah intensif berkomunikasi menyusul kabar PDIP akan mengusung Ahok-Djarot. Sore ini dan besok malam koalisi 4 parpol ini akan finalisasi calon yang akan diusung.

"Saat ini kan kalau pertandingan kan ada di babak perempat final, nanti sore semi final dan besok finalnya kan gitu," ujar Arsul Sani.

Soal cagub-cawagub yang akan diusung oleh koalisi lawan Ahok ini, Arsul menyebut masih tokoh yang sudah beredar selama ini dalam beberapa survei. Rencananya pasangan calon itu akan dideklarasikan sekaligus daftarkan ke KPU besok atau lusa.

"Siapa yang sudah beredar tentu ada Pak Sandiaga Uno, ada Pak Yusril, RR (Rizal Ramli), kemudian belakangan Anies Baswedan. Namun tentu kami tidak hanya terbatas membahas nama-nama itu, tetapi juga menggali potensi yang lain.

"Dasar penggaliannya apa? Karena dasar penggalian juga dasar mengambil keputusan, yaitu memenuhi kriteria yang kami sepakati tentang calon gubernur dan wakil gubernur," imbuh Arsul. (dtc)

BACA JUGA: