JAKARTA, GRESNEWS.COM - Rencana pemerintah untuk menerapkan subsidi tetap bahan bakar minyak (BBM) subsidi pada Januari 2015 dinilai memiliki kelemahan. Pola ini dapat menciptakan ketidakstabilan secara nasional.

Menurut pengamat energi dari Energy Watch Indonesia Ferdinand Hutahaean resiko mekanisme subsidi tetap adalah perubahan harga BBM yang setiap saat terjadi akibat perubahan harga minyak dunia. Tentunya berpengaruh bagi pasar yang akan menaikkan harga sebagai akibat kenaikan harga BBM. Namun begitu harga BBM turun maka harga pasar tidak turun.

Menurutnya kebijakan tersebut terlalu beresiko bagi rakyat karena pemerintah diuntungkan, harga-harga bisa tidak stabil setiap saat mengikuti pergerakan harga minyak. "Sebaiknya pola ini tidak dilakukan karena beresiko pada ketidakstabilan harga pangan dan barang. Ini bahaya, bisa memicu instabilitas nasional," kata Ferdinand kepada Gresnews.com, Jakarta, Jumat (19/12).

Menurutnya pemerintah diuntungkan dalam penetapan subsidi tetap BBM subsidi karena pemerintah tidak akan pusing dengan penambahan subsidi bila harga minyak naik. Tetapi rakyat yang menanggung kenaikan harga. Selama ini dengan pola subsidi seperti saat ini, bila harga minyak naik maka negara yang pusing untuk penambahan subsidi.

Dia menjelaskan penetapan subsidi tetap BBM itu adalah subsidi yang flat angkanya untuk setiap liter BBM. Sehingga apabila harga minyak naik, maka angka subsidi tidak akan berpengaruh kepada besaran subsidi tapi akan secara otomatis harga BBM naik sesuai besaran kenaikan harga minyak. Demikian juga jika harga minyak turun maka harga BBM otomatis akan turun. Artinya tidak ada bedanya menyerahkan harga BBM kepada mekanisme pasar.

Namun, permasalahan utama dalam hal ini adalah kejujuran pemerintah terkait harga pokok produksi terhadap harga keekonomian BBM berapa per liternya. Sehingga masyarakat bisa mengetahui angka subsidi secara faktual dan bukan angka siluman yang menjadi bahan rampokan bagi para mafia.

"Selama ini subsidi yang naik bila minyak naik, jika pemerintah tidak mampu baru harga BBM naik," kata Ferdinand.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan pemerintah masih belum menetapkan besaran angka untuk subsidi tetap. Menurutnya penetapan subsidi tetap akan memperhitungkan besaran kurs dolar terhadap rupiah.

Sehingga ke depannya jenis BBM subsidi bukanlah jenis barang yang disubsidi. Sebab nantinya mengikuti harga pasar. Penentuan subsidi tetap nantinya juga mempertimbangkan dampak terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP).

"Kebijakan itu (subsidi tetap) akan diumumkan. Besarannya saya tidak mau sebut angka," kata Sofyan.

BACA JUGA: