JAKARTA, GRESNEWS.COM - Diretasnya situs resmi Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) RI belum lama ini menunjukkan lemahnya keamanan cyber nasional. Situs Paspampres ini diserang oleh peretas yang beridentitas Redsmoke. Akibatnya halaman situs paspampres.mil.id ini seketika berubah menjadi hitam pekat ketika diakses. Redsmoke sendiri sempat meninggalkan pesan bertuliskan Security just an illusion.

Pakar keamanan cyber Pratama Persadha meminta pemerintah terus meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap serangan cyber. “Pemerintah Presiden Jokowi sejak kampanye sampai awal memerintah mendorong percepatan pembangunan dengan e-Government. Itu sangat bagus, tapi butuh pengamanan yang sangat ekstra,” jelas ketua lembaga riset keamanan cyber CISSReC kepada Gresnews.com, Sabtu (23/5).

Menurut Pratama, kondisi keamanan cyber di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Mengamankan dunia cyber Indonesia tidak hanya dengan memakai teknologi antivirus atau memakai enkripsi tapi memastikan teknologi yang dipakai benar-benar aman.

Pratama menambahkan, selama ini pemerintah belum menyentuh masalah utama, yaitu manusia dan teknologinya. "Kita tidak bisa selamanya hanya membeli alat dan software dari asing, kita harus bisa membuat dan memberdayakan SDM lokal," tegas Pratama.

Menurutnya akan jauh lebih aman dan menguntungkan bila pemerintah bisa membeli maupun mengembangkan SDM dan produk dalam negeri. China contohnya, mereka memakai produk dalam negeri untuk media sosial dan pertahanan digital. China menyadari produk asing sudah dibuat celah keamanan atau bahkan dipasang penyadap.

Namun Pratama juga menambahkan, bahwa pemerintah tidak harus meniru China yang mulai dari email sampai media sosial semua memakai buatan dalam negerinya. Menurutnya, pemerintah Indonesia bisa selektif memilih bidang yang strategis terlebih dahulu.

Misalnya alat komunikasi para pejabat tinggi kita. Bisa diamankan SDM maupun  produk dalam negeri. Selain itu para pejabat menyadari untuk tidak memakai aplikasi gratisan seperti email dan cloud untuk berkirim dan menyimpan data strategis.

Pratama menegaskan bahwa sebuah negara yang tidak mampu merahasiakan informasi strategisnya seperti tidak mempunyai kemerdekaan. Peristiwa penyerangan website Paspampres beberapa waktu lalu menjadi peringatan bagi pemerintah. "Deface di web Paspampres hanya serangan yang terlihat. Serangan cyber yang hebat itu tak terdeteksi, tapi berhasil mencuri tanpa disadari," tegasnya.

Bagi Pratama, memperkuat pertahanan cyber nasional harus dengan pemberdayaan SDM dan produk dalam negeri. Selain itu, menurutnya pemerintah harus segera merealisasikan terbentuknya Badan Cyber Nasional (BCN). Selain menjadi wadah bagi cyber army, BCN juga menjadi penangkal pertama terhadap serangan cyber ke Indonesia.

Serangan hacker terhadap situs-situs resmi pemerintah sudah kerap terjadi. Teretasnya situs remsi Paspampres tanda lemahnya kemampuan dalam menjaga kemanan situs. Sebelumnya Situs resmi Polri juga pernah diretas oleh hacker. Dalam tampilan situs Polri terpampang gambar pocong.

Pemerintah menyadari rentannya keamanan situs-situs pemerintah diretas orang tak bertanggung jawab. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengaku telah menyiapkan suatu program pertahanan dan keamanan melalui cyber. Program ini akan ditangani oleh Badan Cyber Nasional, terutama mempersiapkan segala kebutuhan.

"Masalah pertahanan dan keamanan nanti akan berada di bawah Badan Cyber Nasional. Tapi sekarang, strukturnya belum ada," ujar Rudiantara beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: