JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pertemuan antara presiden terpilih Joko Widodo dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk membicarakan transisi pemerintahan diapresiasi banyak pihak. "Ini budaya baru yang bagus agar tim pemerintah yang baru begitu dilantik bisa langsung ´berlari´," tutur pakar komunikasi politik Heru Sutadi, kepada Gresnews.com, Kamis (28/8).

Heru menilai secara umum misi Jokowi bertemu dan ketok pintu kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Hotel Lagoon Nusa Dua, Bali, Rabu (27/8) malam itu berhasil. Namun, misi lebih besar dan dalam masih ditahan SBY dengan pernyataan akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan SBY-Jokowi tersebut, menurut Heru,  belum membahas hal-hal yang sangat teknis, baru hal-hal makro saja dan seperti baru ketok pintu dan belum masuk ke ruang-ruang atau kamar-kamar persoalan yang ada di tiap sektor.

Heru mencontohkan persoalan penting yang belum bisa dibahas keduanya adalah  persoalan bahan bakar minyak (BBM) yang saat ini tengah ramai menjadi problem masyarakat. SBY,  menurut Heru,  menghindari pembicaraan soal BBM,  dengan alasan karena terlalu prematur untuk menyampaikannya dalam pertemuan tersebut.  Kedua belah pihak sepakat ke depan akan ada pertemuan sejenis dan akan melibatkan para menteri untuk melihat persoalan di tiap kementerian.

Pertemuan lanjutan dengan melibatkan para menteri SBY, menurut Heru penting, sebab  rata-rata menteri yang baru butuh ´tune in´ 6 bulan bahkan ada yang setahun baru mengerti masalah di Kementeriannya. Hal itu karena menteri yang diangkat sebelumnya dominan berasal dari partai yang bukan mengutamakan kompetensi.

Agar para calon menteri bisa langsung berlari, kata Heru, tidak cukup mengandalkan tim transisi saja tanpa keterbukaan dan kerja sama menteri yang saat ini masih menjabat. Sementara waktunya juga tidak banyak lantaran ada beberapa menteri akan mundur karena menjadi anggota DPR. "Jika hanya tim transisi efektivitasnya hanya 50 persen, harus sudah ada kabinet bayangan, sehingga calon menteri sudah tahu masalah dan siap berlari begitu dia dilantik," tegasnya.

Para menteri kabinet banyangan ini, kata dia, bisa mengetahui segala persoalan sejak awal sebelum benar-benar dilantik menjadi menteri. Misalnya, para menteri kabinet bayangan yang diumumkan itu bisa meminta masukan dari masyarakat disamping hasil pertemuan tim transisi dengan para menteri yang masih menjabat saat ini.

Pendapat senada juga disampaikan Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio. "Setidaknya pertemuan tersebut membuka catatan sejarah yang sangat bagus, baru pertama dalam sejarah ada pertemuan antara presiden dan calon presiden terpilih," ujarnya kepada Gresnews.com, Kamis (28/8).

Seperti diketahui, Joko Widodo bertemu empat mata dengan SBY membahas transisi pemerintahan dari Pemerintahan SBY-Boedino kepada Jokowi-JK di Hotel Lagoon Nusa Dua, Bali, Rabu (27/8) malam.  Termasuk pengaturan APBN 2015 dan APBN Perubahan 2014.

Menurut SBY, pertemuan tersebut sangat penting agar Jokowi lebih siap melanjutkan pemerintahan. Kemudian, dengan dibukanya konsultasi antar keduanya, tim transisi bentukan Jokowi sudah dapat berkoordinasi dengan pemerintahan saat ini. "Saya persilahkan pak Joko Widodo  menyampaikan agenda apa yang akan diketahuinya. Sebaliknya, saya juga menyampaikan pemikiran saya," jelas SBY usai melakukan pertemuan.

Terwujudnya pertemuan tersebut, menurut Jokowi sebagai awal untuk bisa mempersiapkan, merencanakan terciptanya pemerintahan yang berkesinambungan. "Ini adalah sebuah awal agar kami bisa mempersiapkan, merencanakan pemerintahan yang berkesinambungan, bisa berjalan baik dan tradisi yang harus kita lanjutkan," tuturnya ditempat yang sama.

BACA JUGA: