JAKARTA, GRESNEWS.COM - Mencari calon pendamping memang susah-susah gampang. Kata orang tua dulu, si calon pendamping harus ditimbang-timbang betul bibit, bobot, dan bebetnya. Mungkin itu pula sebabnya, calon presiden dari PDIP Joko Widodo masih terus menunda pengumuman siapa yang bakal menjadi bakal calon wakil presiden yang akan mendampinginya. Tadinya, sempat beredar kabar, PDIP akan mengumumkan calon pendamping Jokowi, pada hari ini, Jumat (25/4).

Hanya saja, desas-desus soal itu "Jumat Suci" itu kemudian dibantah pihak PDIP sendiri. Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo mengatakan, dia belum tahu kapan nama cawapres Jokowi bakal diumumkan. Dia berharap cawapres Jokowi diumumkan setelah hasil Pileg diketahui. "Sebagai Sekjen sebaiknya setelah tanggal 9 (Mei-red), tapi keputusan tetap pada Ibu Mega," katanya, Jumat (25/4).

Tjahjo bilang, kapanpun nanti keputusannya, akan tetap diumumkan pada hari Jumat. "Kan kemarin udah dibilangin, bisa Jumat sekarang, Jumat depan, atau Jumat tahun depan," kata Tjahjo lagi.

Yang jelas pengumuman itu sepertinya belum akan dilakukan pada hari ini. Jokowi dikabarkan akan ke Blitar, Jawa Timur, untuk nyekar ke makam Bung Karno bersama Megawati sore nanti. Jubir PDIP Eva Sundari, kemarin mengungkapkan, biasanya, pengumuman penting dari PDIP akan dilakukan setelah Megawati nyekar ke makam Bung Karno. Namun kabar nyekar ini belum terkonfirmasi.

Untuk kandidat cawapres pendamping Jokowi sendiri, saat ini sudah mengerucut ke arah tiga nama. Mereka adalah Jusuf Kalla, Ryamizard Ryacudu, Mahfud MD. Namun menurut Tjahjo ada juga calon dari latar belakang ekonom dan calon internal PDIP. "Opsi satu JK, opsi 2 Pak Mizard (Ryamizard Ryacudu), ada Pak Mahfud MD juga disebut. Juga muncul nama ekonom, mungkin juga ada opsi internal," kata Tjahjo.

Yang jelas seperti dikatakan Wasekjen PDIP Hasto Kristianto, cawapres yang dipilih nanti yaitu yang bisa membantu PDIP dalam mewujudkan pemerintahan yang kuat agar roda pemerintahan berjalan efektif tidak diganggu oleh banyak kepentingan politik tertentu. Karena itu, kata dia, Megawati sangat berhati-hati dalam menentukan cawapres. "Semua partai tentunya juga begitu, akan sangat hati-hati," kata Hasto.

Meski sangat berhati-hati dan banyak pertimbangan, Hasto menegaskan Megawati tidak akan bingung dalam memilih cawapres karena semuanya sudah jelas soal kriteria cawapres yang akan dipilih. "Semuanya mengacu pada kriteria yang sudah ditetapkan," ujarnya.

Karena semuanya dasarnya sudah jelas, lanjut Hasto, maka PDIP tidak bakal salah dalam memilih cawapres. Hasto menekankan tidak perlu khawatir akan berdampak fatal. Lebih lanjut Hasto mengatakan, PDIP dalam memilih cawapres tidak mendasarkan pada sipil atau militer, tua atau muda, atau laki-laki atau perempuan. "Di luar dikotomi seperti itu," tegas Hasto.

Lantas dari nama-nama yang beredar itu, siapa kira-kira yang paling pantas untuk mendampingi Jokowi? Menurut pengamat politik dari SIGI Medrial Alamsyah, dari sekian nama itu, JK dianggap paling pantas untuk mendampingi Jokowi. Karena dia menilai JK adalah sosok yang tegas dan berpengalaman baik di dunia politik praktis dan pemerintahan. "Jokowi butuh pendamping yang tegas dan berpengalaman," kata Medrial kepada Gresnews.com Jumat (24/4).

Ia mengatakan, cawapres yang cocok adalah orang yang tegas dan mampu menutupi kekurangan dari diri Jokowi. Ia kemudian mencontohkan seperti Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). "Saya sepakat dengan Arya Bima yang mengatakan karakter seperti Ahok yang pas buat Jokowi," ungkapnya.

Saat ditanya apakah mungkin sosok tegas itu adalah dari militer, ia menyanggahnya. Menurutnya ketegasan itu tidak selalu dimiliki oleh kaum militer, justru dari kaum militerlah yang sebenarnya lembek. "Siapa sih presiden yang dari militer bagus, fisiknya saja yang tegas. Tentara sekarang kikuk dengan kondisi sekarang, Tentara itu cocoknya di masa Orde Baru," paparnya.

Sementara pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing berpendapat sedikit berbeda. Menurut Emrus, JK tidak cocok jika digandengkan dengan Jokowi, karena dari sudut pandang kemampuan JK sangat luar biasa, dan sangat tidak pantas untuk didudukkan sebagai cawapres bagi Jokowi. Itu karena Jokowi secara kemampuan dinilai sangat jauh dibawah JK. "Sangat tidak cocok, JK sangat luar biasa, Jokowi biasa," kata Emrus kepada Gresnews.com, di Jakarta, Jumat (24/4).

Malah, kata dia, bukan hanya akan ada matahari kembar tetapi bisa jadi matahari utamanya adalah JK. Jika dipaksakan keduanya berduet JK berpotensi lebih dominan dari pada Jokowi. "Ini adalah faktor senioritas," ujarnya.

Sebelumnya, politisi PDIP Aria Bima mengatakan PDIP akan memilih cawapres yang bisa seimbang dengan Jokowi. Selain itu cawapres itu punya misi yang sama dengan PDIP. "Seorang cawapres yang melengkapi sosok Jokowi, seperti Jokowi-Ahok. Dalam pengertian style dan karakter dan tipe orangnya, satu back office dan front office," kata dia. (dtc)

BACA JUGA: