JAKARTA, GRESNEWS.COM - Lama tak terdengar lantaran tertelan hiruk pikuk pemberitaan soal pemilu legislatif dan koalisi antar parpol, duet maut Prabowo-Abraham Samad, kini kembali mengemuka. Adalah Aliansi Anti Pemobodohan dan Rekayasa Politik (Aliansi PAS) yang terus berupaya agar duet ini benar-benar manggung di pilpres 9 Juli mendatang. Koordinator Aliansi PAS Pandji Setiadi menilai, menilai hasil pileg 2014 dengan berbagai manuver politik dilakukan oleh partai politik yang lolos ke parlemen dalam menentukan arah koalisi tidak lepas dari bagi-bagi kursi untuk memenuhi presidential threshold.

Karena itu dia yakin Indonesia tidak akan berubah ke arah yang lebih baik bila pemimpin nasionalnya lahir dari proses politik yang transaksional. "Partai Politik yang lolos parlemen seharusnya sadar, apabila untuk menentukan pilihan saja sudah transaksional, bagaimana hasilnya? Karena politik transaksional itu akan melahirkan korupsi sistemik yang akan melibatkan para birokrat di pemerintahan seperti yang sekarang ini," kata Pandji kepada Gresnews.com, Jumat (18/4).

Karena itulah Aliansi PAS menilai saat ini adalah momen yang pas bagi parpol untuk mendukung duet pemimpin yang dinilai mampu memberantas korupsi dan tidak dilahirkan dari proses politik transaksional. Duet terbaik itu, kata Pandji, adalah duet Prabowo-Samad. "Jika ingin negara ini bersih dari korupsi  dan sejahtera mau tidak mau partai yang lolos parlemen mengambil kebijakan untuk mendukung penuh Prabowo-Samad sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia periode 2014 – 2019," ujarnya.

Karena itu, kata Pandji Aliansi PAS 2014 mengirimkan petisi kepada 10 petinggi partai politik yang lolos Parlemen untuk mencalonkan Prabowo Subianto dan Abraham Samad sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi bangsa ini. "Keduanya sama-sama memiliki rekam jejak yang sangat tegas dan tidak klemar-klemer dalam pemberantasan korupsi," ujar Pandji.

Sebelum pileg, memang wacana menduetkan Prabowo dengan Samad sempat mengemuka. Gerindra sendiri ketika itu, seolah terus melancarkan rayuan maut terhadap Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi itu. Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon, bahkan saat itu pernah mengatakan Gerindra tengah menunggu waktu untuk bertemu langsung dengan Samad membicarakan wacana duet. "Ini saya lagi nyari waktu untuk bertemu Pak Abraham Samad. Lagi nyocokin waktu yang tepat," kata Fadli beberapa waktu lalu.

Menurut Fadli, aspirasi duet Prabowo-Abraham di internal Gerindra memang cukup kuat. Duet ini diyakini cukup menarik perhatian rakyat karena ketegasan Prabowo dipadukan dengan sosok Abraham yang antikorupsi. "Itu kan aspirasi. Tapi intinya kenapa Pak Abraham Samad, karena masyarakat mengharapkan betul memberantas korupsi. Saya kira itu sejalan dengan Gerindra yang selalu mendukung langkah KPK memberantas korupsi," ungkap Fadli.

Duet Prabowo-Samad memang sempat memanas setelah Waketum Gerindra Fadli Zon melempar wacana itu. Politik semakin gaduh lantaran jawaban Samad yang bersayap yakni hendak istikharah sembari menunggu takdirnya. Yang terbaru, Fadli tengah menunggu waktu untuk bertemu langsung dengan Samad. Meski belakangan Samad mulai berbalik arah dari terkesan menyambut lirikan Gerindra itu menjadi cukup jadi Ketua RT saja, namun wacana duet Prabowo-Samad justru makin panas.

Bahkan secara tersirat lirikan terhadap Samad juga disampaikan oleh Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Suhardi. Dia bilang Prabowo tidak akan berpasangan dengan orang yang mencla-mencle. Kriteria pasangan mantan Danjen Kopassus itu adalah jujur dan berkompeten, bukan yang tidak memiliki komitmen. "Seorang pemimpin itu tidak boleh mengubah kata-kata. Janji perkataan itu harus jelas dilakukan. Tidak bisa mencla-mencle berpasangan dengan Prabowo," ujar Suhardi di Yogya akhir Maret lalu.

Meski Suhardi tak menyebut nama, namun orang kadung beranggapan Prabowo cocok dipasangkan dengan Samad yang dinilai tegas dan berintegritas. "Saya nggak sebutin nama loh ya. Ini buat siapa saja yang dicalonkan memimpin. Tapi, Pak Prabowo enggak bisa sama yang mencla-mencle," kata Suhardi.

Suasana juga makin gaduh setelah mendadak muncul spanduk "Prabowo-Samad Selamatkan Indonesia" di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, akhir Maret kemarin. Partai Gerindra memang mengaku tak menyebar spanduk itu, meski sejak awal mewacanakan duet Prabowo Subianto dengan Ketua KPK itu. "Kalau spanduk kita nggak pasang sih," kata Fadli.

Namun Fadli tak menutup kemungkinan adanya kader atau simpatisan Gerindra yang memasang spanduk itu. Karena di era demokrasi semua orang bebas bersuara. "Mungkin ada simpatisan atau semacam itu," katanya. Sikap ini jelas menunjukkan meski boleh jadi memang bukan instruksi dari top level Gerindra, namun upaya para pendukung itu "direstui" petinggi Gerindra.

Fadli sendiri tak memungkiri duet Abraham Samad cukup menjanjikan. Ada aspirasi dari bawah yang tak bisa diabaikan begitu saja. "Intinya kenapa Pak Abraham Samad, karena masyarakat mengharapkan betul untuk membasmi korupsi," ungkapnya.

Hanya saja, pasca pileg, isu itu kemudian menghilang dan nyaris tak lagi terdengar. Bahkan Gerindra malah diisukan semakin dekat dengan Partai Amanat Nasional untuk mengusung duet Prabowo-Hatta Rajasa. Isu itu diperkuat munculnya gambar Prabowo bersama Hatta Rajasa mengenakan setelan ala presiden dan wakil presiden dengan tagline "Prabowo Berjasa".

Para petinggi PAN sendiri menyambut cukup antusias beredarnya kabar tersebut. Wasekjen PAN Teguh Juwarno menyatakan PAN serius mempertimbangkan realisasi duet itu. "Itu jadi pertimbangan serius ketua umum," kata Teguh, Senin (14/4) kemarin.

Gambar duet "Prabowo Berjasa" disebut Teguh sebagai aspirasi dari kader PAN yang menginginkan duet itu. PAN akan menjadikan aspirasi kader itu sebagai pertimbangan utama. "Kalau sudah tepat waktunya pasti akan diinformasikan," tuturnya.

BACA JUGA: