JAKARTA, GRESNEWS.COM - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menolak rencana pemerintahan baru Joko Widodo (Jokowi) untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Bahkan buruh juga menolak tegas dan keras sikap Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofjan Wanandi dan para pengusaha yang terus mendesak pemerintah baru untuk menaikkan harga BBM.

Presiden KSPI Said Iqbal mengungkapkan sikap Ketua Umum Apindo  yang mendesak pemerintahan yang baru untuk menaikkan harga BBM sebesar Rp3000 sehingga BBM menjadi Rp9500 per liter, sama saja telah menyakiti hati kaum buruh. Menurutnya ada lebih dari 86 juta orang pengguna sepeda motor termasuk kaum buruh menggantungkan nasibnya dari subsidi harga BBM. Artinya tidak benar kalau subsidi harga BBM hanya dinikmati oleh orang kaya saja.

"Mau enak sendiri dan tidak berpihak pada kepentingan rakyat kecil," kata Said dalam siaran pers yang diterima oleh Gresnews.com, Jakarta, Rabu (17/9).

Said mengatakan kenaikan BBM sebesar Rp3000 per liter akan mengakibatkan daya beli buruh turun 50%. Sedangkan pengusaha dengan kenaikan harga BBM justru mendapatkan dua keuntungan. Pertama, dari pengurangan subsidi BBM tersebut mereka mendapatkan keuntungan infrastruktur. Kedua, profit pengusaha tidak berkurang karena pengusaha menaikkan harga jual barang.

Menurutnya dengan kedua keuntungan tersebut nantinya buruh dan rakyat juga yang menderita. Untuk itu KSPI akan melakukan aksi pemanasan pada tanggal 17 September 2014 Se - Jabotabek, aksi pengerahan massa besar - besaran sebanyak 50 ribu Buruh se Indonesia pada 2 Oktober 2014, dan yang terakhir adalah Aksi Mogok Nasional Jilid III yang akan diikuti oleh 2 Juta Buruh di 20 Provinsi dan 150 Kabupaten/Kota pada akhir Oktober 2014.

"Tuntutan kami tolak kenaikan harga BBM dan naikkan upah minimum 2015 sebesar 30 persen," kata Said.

Bukan hanya APINDO saja yang mengusulkan agar kenaikan BBM subsidi senilai Rp3000. Bahkan Bank Indonesia juga menyarankan agar kenaikan BBM subsidi dinaikkan tanpa bertahap yaitu sebesar Rp3000.

Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara dengan kenaikan sebesar Rp3000 per liter, pemerintah bisa memberikan ruang fiskal pemerintahan baru. Disatu sisi dengan kenaikan harga BBM sebesar Rp3000, harga BBM subsidi sudah sesuai dengan harga keekonomian.

Mirza menilai jika kenaikan BBM dilakukan secara bertahap di tiap bulannya Rp1000, maka angka inflasi akan terakumulasi. Sehingga dampaknya defisit anggaran untuk tahun anggaran 2015 dan defisit current account 2015 lebih kecil.

"Nanti 2015 perlu dinaikkan lagi Rp2000. Ya sekalian saja langsung dinaikkan jadi Rp3000 per liter," kata Mirza.

Mirza menjelaskan dengan kenaikan BBM subsidi sebesar Rp3000 per liter akan menyebabkan angka inflasi sebesar 2,5% hingga 3,5%. Menurutnya angka tersebut lebih besar ketimbang menaikkan Rp1000 per liter, dengan kenaikan bertahap seperti itu maka angka inflasi mencapai 1,2% hingga 1,5%.

Kendati demikian, Mirza menilai berapapun kenaikan harga BBM tentunya masyarakat akan menanggapi dengan cara dan respon yang sama yaitu penolakkan. Maka dari itu, Mirza menilai agar kenaikan BBM dapat dilakukan secepatnya sebelum pergantian pemerintahan.

Meski pemerintahan baru sudah menyatakan kenaikan BBM dilakukan secara bertahap, Mirza mengusulkan agar pemerintahan baru juga menjami untuk melakukan diversifikasi usaha.

"Saat bersamaan kita harus melakukan diversifikasi usaha. Kan jangka menengahnya naik lagi," kata Mirza.

BACA JUGA: