JAKARTA, GRESNEWS.COM - Empat partai peraih suara teratas dalam quick count atau penghitungan cepat hasil pemilihan umum legislatif 2014 tidak ada yang memenuhi ambang batas mengajukan calon presiden alias presidential threshold. Karena itu tak partai-partai tersebut tidak punya pilihan lain kecuali harus berkoalisi dengan partai politik lain dalam pemilihan umum presiden Juli mendatang.

Hanya saja, lewat dua hari setelah pemungutan suara pemilu legislatif, keempat partai tersebut Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golongan Karya, Partai Gerakan Indonesia Raya maupun Partai Demokrat belum menampakkan manuver untuk berkoalisi. Para petinggi partai-partai tersebut beralasan masih menunggu penghitungan suara riil atau real count dari Komisi Pemilihan Umum. Sementara itu, partai-partai tadi baru sekadar melakukan penjajakan ke semua partai.

Sejauh ini, partai-partai tengah peraih suara antara 7-10 persen seperti PKB, PAN, PPP, PKS, dan Nasdem, diperkirakan akan menjadi rebutan. Tetapi bukan tak mungkin jika partai-partai tengah ini saling berkoalisi sendiri meninggalkan partai teratas, khususnya PDIP, Golkar dan Gerindra. Sebab ketiga partai itu sudah mematok syarat koalisi harus mengusung capres mereka. PDIP sudah punya Jokowi, Golkar punya Aburizal Bakrie, dan Gerindra punya Prabowo Subianto.  

Bagaimana dengan Partai Demokrat dan poros tengah? Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina yang juga kolumnis pesan kunci Hendri Satrio memprediksi partai yang bercokol diperingkat besar perolehan suara pemilihan umum legislatif 2014 hasil quick count memiliki peluang untuk menentukan peta koalisi ke depan. Sedangkan, tiga partai teratas, menurutnya, tidak akan berkoalisi dengan sesamanya.

Hendri berpendapat, akan lebih mudah bagi tiga partai teratas berkoalisi dengan partai politik papan tengah dan Gerindra, kata dia sudah mulai didekati PPP. "Akan sangat sulit mereka berkoalisi, selain sudah memiliki calon presiden yang mutlak harus dimajukan. Gerindra misalnya yang berada di urutan ketiga, tetap akan berupaya mencalonkan Prabowo sebagai capresnya, begitu juga dengan PDIP dan Golkar," kata Hendri kepada Gresnews.com, Jumat (11/4).

Sementara, Partai Demokrat, kata Hendri, diprediksi masih akan menentukan peta koalisi. Menurutnya, partai Islam yang sebelumnya berkoalisi dalam Sekretariat Gabungan, kecuali PPP, akan kembali merapat. Apalagi, Demokrat masih belum menentukan pemenang Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat. "Kalau untuk cawapres mereka punya figur-figur potensial, kalau misalnya harus berkoalisi dengan Gerindra atau Golkar," ujarnya.

Untuk soal ini, Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Marzuki Alie memang sudah mengambil sikap realistis. Kata Marzuki, partainya sulit untuk bisa memajukan calon presiden. Dengan perolehan suara di kisaran 9,6% posisi tawar Demokrat, kata Marzuki, hanya bisa mengajukan calon wakil presiden kepada tiga partai politik urutan teratas.


Sementara untuk membentuk poros sendiri dengan partai tengah seperti Nasdem, PKB, PKS, PAN, PPP atau Hanura, menurut Marzuki akan sulit terwujud dalam kondisi perolehan suara yang hampir merata. "Sekalipun sebagian besar papan tengah ini adalah mitra koalisi Partai Demokrat dalam dua perode pemerintahan," ujar Marzuki.

Dia mengibaratkan partai-partai tengah terutama PKB, PAN dan PKS ibarat putri cantik yang siap menunggu lamaran dari tiga partai teratas. Dengan kondisi seperti itu, kata Marzuki, mereka akan lebih memilih berkoalisi dengan partai politik peraih suara tiga teratas dengan posisi calon wakil presiden.

Meskipun demikian, kata Marzuki, PD tetap membanguan komunikasi dengan partai tengah ini. "Selama 10 tahun belakangan kan sudah kita lakukan, mudah-mudahan ini bisa berlanjut," ujarnya. Namun kata dia, terbentuknya koalisi papan tengah atau tidak baru bisa dipastikan setelah hasil penghitungan manual oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) diketahui hasilnya.

Lantas kemana Demokrat akan melabuhkan suaranya? Marzuki memastikan dalam memilih mitra koalisi, Partai Demokrat menjatuhkan pada poros yang tidak kalah. "Syaratnya, koalisi ini tidak boleh kalah, syarat lainnya sama-sama memiliki komitmen untuk membangun pemerintah yang kuat," ujarnya.

Dalam pencarian itu, ia mengaku ketua umum partainya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah melakukan komunikasi dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto. Namun, dia masih enggan menyebut hal itu sebagai sinyal koalisi antar dua partai tersebut. "Komunikasi dengan Gerindra sudah dilakukan Pak SBY beberapa kali. Sejauh ini bagus, apalagi keduanya satu angkatan (di akademi militer-red)," ujarnya.

Namun, kata Marzuki, sekali lagi kepastian akan berkoalisi atau tidak baru akan diputus setelah hasil definitif dari KPU diumumkan.

Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi membenarkan partainya sudah cukup lama menjalin komunikasi politik dengan partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu. Ia berpendapat, rencana koalisi dengan Demokrat sebagai kombinasi positif. Mengingat, Demokrat memiliki pengalaman mengelola pemerintah. "Kami memang melihat ada kedekatan Pak Prabowo dengan Pak SBY, tapi semua ini masih dalam tahap penjajakan," kata Suhardi.

Selain dengan Demokrat, Suhardi mengakui partainya juga sudah menjalin komunikasi politik dengan partai lainnya, seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Bahkan penjajakan dengan PPP dilakukan secara terbuka saat masa kampanye Pileg 2104. "Penjajakan kami lakukan ke semua arah, bahkan dengan PDIP. " ujarnya.

Namun, Suhardi memastikan, semua komunikasi politik yang dibangun dalam meretas koalisi dengan semua partai untuk memastikan Prabowo bisa maju sebagai calon presiden, bukan calon wakil presiden. "Kami melakukan pendekatan  komunikasi terbuka seperti dengan PPP dan ada juga dengan pendekatan komunikasi tertutup yang tidak diketahui publik," ujarnya.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP Effendi Simbolon juga mengatakan partainya membuka kemungkinan dengan semua partai politik, khususnya partai yang searah secara ideologi. Soal mekanisme koalisi, kata Effendi, tidak akan langsung dilakukan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, tapi ditangan Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDI-P Puan Maharani. "Kita ingin parpol yang jelas anggaran dasar dan implementasinya di parlemen," katanya, Kamis (10/4) kemarin.

Terkait kemungkinan koalisi dengan Gerindra, ia berpandangan sikap Gerinda itu berlebihan. Sebab, semasa kampanye Prabowo kerap melancarkan serangan kepda PDIP dan sekarang  Gerindramembuka pintu koalisi. "Koalisi tersebut cuma halusinasi dan seperti orang mengigau dan orang mengigau kan orang bikin puisi. Kenapa tidak komunikasi saja kalau mau koalisi," katanya.

Ketua DPP Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari mengaku Partai Golkar akan melakukan pendekatan kepada partai papan tengah yang dihuni parpol berbasis Islam. Menurutnya, Golkar sudah melakukan pendekatan kepada parpol menengah tersebut meskipun belum ada keputusan soal koalisi. "Keputusannya belum ada sampai tingkat keputusan akhir, semuanya masih menunggu hasil penghitungan peolehan suara Pileg oleh KPU," ujar Hajriyanto.

Ia menilai Partai Islam atau poros tengah menjadi kekuatan yang menentukan koalisi di pilpres nanti. Akibatnya, Partai Islam menjadi incaran dan akan berlomba-lomba untuk meminta berkoalisi. "Bagi Golkar, Koalisi itu merupakan suatu keniscayaan, bukan saja sebagai akibat politik praktis (pemenuhan syarat mengajukan capres dan Cawapres), tapi melihat  persoalan negara yang cukup kompleks  yang tidak bisa diselesaikan oleh satu partai," katanya.

Sebaliknya, kata dia, Golkar susah menolak ajakan untuk bersama-sama mengelola pemerintahan, sekali diajak akan tetap mau. Sebab, kata Hajriyanto, tidak ada defenisi kalah di Partai Golkar.  

BACA JUGA: