JAKARTA, GRESNEWS.COM - Nasib Ridwan Kamil di ajang Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018 kembali menjadi tak jelas. Pasalnya, rencana koalisi lima partai yang terdiri dari PKB, Nasdem, PAN, Partai Demokrat, PPP terancam batal gara-gara manuver Demokrat. Nasib Emil pun menjadi diujung tanduk alias terancam tak mendapat tiket untuk maju menjadi cagub.

Alih-alih mewujudkan koalisi Demokrat malah mengajak PAN dan PPP membuat poros baru di Pilgub Jawa Barat. Jika ketiga partai ini berkoalisi dan memunculkan calon baru, bisa jadi Emil gagal maju ke Pilgub Jabar 2018. Pasalnya, jumlah kursi dan perolehan suara parpol pendukung Emil, yaitu Nasdem dan PKB kurang dari 20-25 persen.

Seperti diketahui syarat parpol atau gabungan parpol untuk bisa mengajukan calon adalah memiliki 20 persen dari jumlah kursi di DPRD Jabar atau 25 persen perolehan suara parpol atau gabungan parpol. Untuk 20 persen di DPRD, itu berarti jumlahnya adalah 20 kursi.

Saat ini baru NasDem (5 kursi) dan PKB (7 kursi) yang menyatakan mendukung Wali Kota Bandung tersebut. Itu berarti mereka masih harus menggandeng parpol lain untuk melengkapi 8 kekurangan kursi. Dua partai lain yang digadang-gadang siap merapat adalah PAN (4 kursi) dan PPP (9 kursi).

Bahkan awalnya pria yang akrab disapa Emil itu berharap kader PAN, Bima Arya, maju menjadi pendampingnya. Namun belakangan, permintaan Emil itu ditolak Bima Arya.

Dengan PPP sendiri, Emil sudah memperlihatkan kedekatan. Setelah ditolak oleh Bima Arya, Emil bertemu dengan kader PPP, Uu Ruzhanul Ulum, yang disebut-sebut sebagai bakal cawagub Jabar.

Namun dinamika Pilgub Jabar semakin mencair. Terbaru, Demokrat, yang memiliki 12 kursi di DPRD Jabar, mengajak PAN dan PPP untuk membuat poros baru dengan memunculkan tokoh-tokoh alternatif baru. Selama ini ada tiga figur yang digadang-gadang akan maju di Pilgub Jabar, yaitu Ridwan Kamil, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, dan Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar.

"Harapannya ada calon baru, yang selama ini barangkali di luar yang sudah ada, itu harapan yang dibuat partai (koalisi)," kata Ketua DPD Demokrat Jabar Iwan Sulandjana, Rabu (6/9).

Demokrat pun mengajukan tiga nama tokoh alternatif baru itu. Namun yang diajukan ketiganya adalah kader Partai Demokrat. Selain Iwan sendiri, dua nama lainnya adalah Dede Yusuf dan Herman Khaeron, yang sama-sama merupakan anggota DPR. "Selama ini seperti ada penggiringan, calon hanya itu itu saja. Saya dengan PPP dan PAN ingin membuat poros baru dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa calon itu banyak," jelas Iwan.

Sementara itu, dua poros lain yang telah terbentuk adalah kubu PDIP (20 kursi) dan Golkar (17 kursi) meski belum memutuskan tokoh siapa yang akan diusung. Namun dikabarkan, poros ini siap mengusung Dedi Mulyadi.

Perkembangan terbaru, Hanura (3 kursi), yang awalnya mengisyaratkan akan mendukung Emil, punya manuver baru. Partai pimpinan Oesman Sapta Odang (OSO) ini kini tampaknya akan bergabung dengan poros PDIP-Golkar.

"(Koalisi dengan) yang ada kemiripan warna, kayak merah (PDIP) dan kuning muda (Golkar), nggak jauh-jauh amat. Saya tidak berhak menyebut nama, tidak boleh melampaui kewenangan DPP partai," ujar Ketua DPD Hanura Jabar Aceng Fikri, Senin (4/9). PDIP pun sudah mengapresiasi isyarat dari Hanura itu.

Kemudian poros terakhir yang sudah ada adalah koalisi Gerindra (11) dan PKS (12). Kedua partai ini sudah memastikan akan mengusung Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu.

Dengan peta terbaru, agaknya membuat posisi Ridwan Kamil terjepit. Pasalnya, bila hanya diusung NasDem dan PKB, tentu saja Emil tak bisa mendapat tiket untuk maju di Pilgub Jabar.

Hanya, Emil belum patah semangat. Dia bermaksud menemui Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono untuk menggenapkan dukungan. "Sedang dikondisikan (bertemu). Tidak mudah bertemu mantan presiden," ujar Emil kepada wartawan, Selasa (5/9).

Disinggung apakah yakin akan mendapat dukungan setelah pertemuan tersebut, Emil mengaku optimistis. "Kan komunikasi. Yakin atau nggak, yakin saja," imbuhnya.

SAMBUT DEMOKRAT - Atas ajakan membuat poros baru, PPP menyambut baik ajakan Demokrat. Ridwan Kamil, yang disebut-sebut intens melakukan komunikasi dengan PPP, mungkin akan ditinggalkan. "Di politik itu kemungkinan ada sampai kita submit ke KPU," kata Sekjen PPP Arsul Sani di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (6/9).

Namun PPP belum menentukan sikap final terkait calon yang diusung di Pilgub Jawa Barat mendatang. Arsul mengatakan komunikasi dengan semua partai dan calon masih cair.

"Kalau soal diajak, Golkar pun mengajak PPP. Kalau soal mengajak, wajarlah, PPP punya 9 kursi. Jadi diajak itu kan wajar karena memang Jawa Barat itu PPP paling kuat di seluruh Indonesia," tutur Arsul.

PPP masih melihat konfigurasi peta politik di Jawa Barat sebelum bersikap. Langkah PPP, kata Arsul, kemungkinan besar tergantung partai-partai besar yang sampai saat ini juga belum mendeklarasikan calon mereka di Jawa Barat.

"Misalnya tiba-tiba, misalnya Golkar katakanlah atau PDIP sebagai yang paling besar mengubah strategi dan calon. Kan kita harus menimbang kembali juga kalau tidak bersama dengan mereka atau karena dia mengubah kita jadi bersama dengan mereka, bisa juga," tutur Arsul.

Sementara itu, PKB masih berusaha merayu agar Demokrat merapat ke koalisinya bersama NasDem untuk mengusung Ridwan Kamil. "Kita mau ajak Demokrat bareng-bareng menangkan Pilgub Jabar," ujar Ketua Desk Pilkada PKB Daniel Johan, Rabu (6/9).

NasDem dan PKB memang tengah mendekati sejumlah partai lain untuk sama-sama mendukung Ridwan Kamil di Pilgub Jawa Barat. Sebab, kekuatan NasDem dan PKB di DPRD belum mencukupi untuk menyediakan tiket bagi Wali Kota Bandung itu maju sebagai cagub sehingga membutuhkan koalisi dengan partai lain.

Sejauh ini, PPP-lah yang digadang-gadang akan merapat ke poros NasDem dan PKB. PPP pun berkali-kali menyatakan siap mendukung Ridwan Kamil. Namun kini PPP mendapat tawaran baru dari Demokrat dan menyatakan akan mempertimbangkannya.

Daniel pun merayu Demokrat agar tidak perlu membuat poros baru dan bergabung dengan pihaknya. "Gabung saja dengan koalisi untuk Ridwan Kamil," ucapnya.

Meski Demokrat menyebut poros baru dibuat untuk memunculkan tokoh baru, Daniel mengatakan sejauh ini elektabilitas Ridwan Kamil masih yang paling tinggi. Dia juga meyakini pada akhirnya Ridwan Kamil akan mendapat tiket untuk melaju dalam Pilgub Jabar 2018. "Ridwan Kamil sejauh ini yang terbaik, mulai dari survei hingga kinerja yang mendapat banyak apresiasi," kata Daniel.

"Saya rasa Demokrat maupun PPP akan memberi kesempatan ke Ridwan Kamil untuk maju. PKB meyakini pada akhirnya Ridwan Kamil akan berhasil maju," imbuh Wakil Ketua Komisi IV DPR itu.

TOLAK POSISI CAWAGUB - Terkait hal ini, Emil sendiri sudah menegaskan tak akan maju jika posisi yang ditawarkan adalah calon wakil gubernur (cawagub). Otomatis Emil memang harus bekerja keras meraih dukungan parpol agar mau mengusungnya menjadi cagub. "Kalau ditawarkan untuk nomor dua lebih baik jadi warga lagi. Karena gaya saya mah, gaya lapangan orang kerja," kata Emil, Senin (4/9).

Emil mengklaim survei dirinya saat ini cenderung positif. Bahkan saat ini hanya ada dua nama yang bisa melambungkan namanya di puncak survei jika disandingkan sebagai Cawagub.

Kedua nama tersebut adalah dai kondang Aa Gym dan Wagub Jabar Deddy Mizwar. Sementara jika disandingkan dengan nama beken sekelas Desy Ratnasari survei membuktikan jika elektabilitas tetap meningkat namun tidak signifikan. "Maka artinya saya enggak pilih-pilih mana saja yang koalisi berikan," katanya.

Untuk memuluskan itu semua Emil mengaku saat ini sedang berupaya menggenapkan koalisi partai pendukung. Meski PKB dalam waktu dekat akan mendeklarasikan diri sebagai partai pengusung, namun hal itu belum mencukupi.

"Saya masih punya PR menggenapkan dengan PPP atau Demokrat. Setelah itu diskusi antara mereka apakah legowo jika salah satu kadernya maju (jadi Cawagub)," ucapnya.

Jika dalam diskusi tersebut terjadi deadlock maka Emil akan meminta agar partai mengajukan nama calon masing-masing untuk kembali disurvei pada masyarakat. Sehingga akan diketahui siapa yang diinginkan masyarakat. (dtc)

BACA JUGA: