JAKARTA, GRESNEWS.COM - Wakil Ketua DPR Fadli Zon meminta agar isu adanya mesin penyedot data Komisi Pemilihan Umum (KPU) diklarifikasi pihak terkait. "Jika memang ada yang mengintervensi data-data di KPU, apalagi ini merupakan data dalam pemilihan presiden, harus segera diklarifikasi kepada tokoh yang menyampaikan atau terkait dengan berita tersebut," kata Fadli di Senayan, Jakarta, Jumat (17/4) seperti dikutip dpr.go.id.

Dalam hal ini, kata Fadli, pihak yang pertama melansir isu tersebut harus menjadi pihak pertama yang mengklarifikasinya. "Kalau ada isu-isu seperti itu yang disampaikan oleh seorang tokoh penting, tentu tokoh tersebut harus mengklarifikasi apa benar mereka bisa mengintervensi data-data di KPU tahun 2014 lalu, apalagi ini data dalam pemilihan presiden. Ini menjadi suatu pembicaraan serius di masyarakat. Perlu klarifikasi, bercanda atau serius," ujarnya.

Bahkan, kata dia, pihak kepolisian bisa saja menyelidiki isu itu jika memang ada laporan masyarakat. "Jika memang ada laporan yang masuk ke kepolisian, pihak Polri tentu harus menindaklanjuti laporan tersebut," tegas Fadli.

Ungkapan Fadli tersebut menyusul beredar isu adanya pesan singkat (SMS) dari salah satu tokoh politik akan adanya teknologi penyedot data Informasi Teknologi (IT) yang digunakan di KPU dalam pemilihan Presiden 2014 yang notabene memenangkan salah satu pasangan capres dan cawapres ketika itu.

SMS itu sendiri berasal dari politikus NasDem Akbar Faisal yang menumpahkan kerisauannya setelah mendengar pernyataan Kepala Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan tentang masuknya deretan lulusan Harvard University ke Kantor Staf Kepresidenan. Rintihan hatinya itu ia ungkapkan ke Deputi II Kantor Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho. Sayangnya, curhat Akbar itu bocor ke publik.

Dalam kesempatan itulah, Akbar salah satunya menyinggung soal adanya mesin penyedot data KPU. Cerita itu bermula saat Akbar menyinggung soal cara kerja Luhut Panjaitan bersama tim pemenangan yang dibentuknya yaitu Bravo 5. Akbar dan kawan-kawan saat itu mengaku kagum dengan kehebatan teknologi yang diajukan oleh tim Luhut.

"Juga proposal beliau tentang sistem IT beliau yang cukup memarkir mobil di depan KPU dan seluruh data-data bisa tersedot. Kami di Jl. Subang 3A --itu markas utama pemenangan Jokowi Mas-- terkagum-kagum membayangkan kehebatan teknologi Pak LBP sekaligus mengernyitkan dahi tentang proses kerja penyedotan data tadi. Saya yang pernah menjadi wartawan senyum-senyum saja sebab sedikit paham soal IT. Senyumanku semakin melebar saat membaca jumlah dan yang dibutuhkan untuk pengadaan teknologi sedot-menyedot tadi," paparnya

Kalimat Akbar inilah yang belakangan mengundang heboh. Terlebih media massa kemudian membandingkan celotehan Akbar Faizal itu dengan kasus hacker Spanyol Sven Olaf Kamphuis yang telah menyerang layanan internet di Belanda, Jerman, Inggris, dan Amerika dengan menggunakan mobil yang dilengkapi dengan teknologi informasi canggih. Kasus itu sendiri terjadi di tahun 2013 alias tak begitu jauh dari perhelatan Pilpres 2014 lalu. Alhasil isu ini pun semakin ramai menjadi perbincangan.

Luhut Panjaitan sendiri menanggapi santai sindiran tersebut. Menurutnya, sindiran itu hal yang wajar. "Kalau dia nyindir sah-sah saja, hak dia," ungkap Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (6/4) lalu.

Ketika ditanya apakah benar dirinya menggunakan teknologi untuk menyedot data di KPU, Luhut menjawab diplomatis. "Nggaklah, memang saya anu...," jawab Luhut terputus sambil masuk ke mobilnya. (dtc)

BACA JUGA: