JAKARTA, GRESNEWS.COM – Dalam hitungan beberapa minggu, pemilu presiden (pilres) akan dilaksanakan. Pemantauan pilpres dilakukan oleh semua tingkatan lembaga mulai dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) hingga masyarakat terutama dari para pemuda.

Anwari Natari, program manager SatuDunia menilai dalam level masyarakat, anak muda juga harus dilibatkan untuk memantau pemilu. Ia berpendapat jika jumlah pemilih muda ada sebanyak 60% dan kecenderungan anak muda hampir tidak peduli dengan politik, maka ada sebanyak 60% juga potensi kecurangan yang bisa terjadi dalam pilpres.

"Mereka harus dikasih saluran tentang politik yang tidak menyulitkan mereka untuk membuat mereka peduli pada politik. Ide sederhananya mereka punya teknologi, nanti kalau ada kecurangan bisa difoto twitpic atau divideokan, yang penting ada tempat, pelaku, kejadian, dan lokasi," katanya dalam relaunching website www.pemilubersih.org yang merupakan aplikasi pemantauan pemilu untuk masyarakat di kantor KPU, Jakarta, Jumat (6/6).

Website pemilu bersih merupakan aplikasi yang dibuat oleh SatuDunia untuk memantau kecurangan dan pelanggaran pemilu. Target dari pengguna aplikasi ini adalah anak muda yang dianggap akrab dalam menggunakan teknologi.

Senada dengan Anwari, Koordinator Pemantauan Kemitraan, Agung Wasono mengatakan perlunya anak muda untuk berpartisipasi dalam pemantauan pilpres. Apalagi melihat dari kemajuan teknologi dan kemampuan anak muda memanfaatkannya. Berkaca pada pemilu legislatif lalu, sebenarnya sudah ada laporan dari twitter dan instagram tentang kecurangan.

Biasanya mereka memfoto dan menyimpannya sendiri, kini mereka tahu kemana harus melaporkan hal tersebut, katanya. "Anak muda kalau ketemu apapun difoto. Kenapa hobi ini tidak disalurkan untuk sesuatu yang lebih berguna," ujarnya pada acara yang sama.

Agung melanjutkan selama ini pemantauan dilakukan oleh orang terlatih dengan jumlah yang terbatas. Selain itu, pemantauan pemilu juga terkesan bersifat kaku. Tapi dengan adanya teknologi dan aplikasi yang disediakan, ada terobosan yang bisa dijangkau anak muda sehingga mereka bisa secara aktif melaporkan pelanggaran pemilu.

Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini mengakui dengan kemajuan teknologi, kecurangan dalam pemilu menjadi lebih mudah untuk dideteksi. Medium ini menurutnya bisa dimanfaatkan anak muda. Sehingga menurutnya, alasan pemilu 2014 dinilai brutal oleh banyak pengamat karena maraknya temuan kecurangan, lebih dikarenakan kini teknologi membuat kecurangan lebih mudah dideteksi.

"Kita bisa tahu banyak pelanggaran karena banyak akses yang tidak ada pada pemilu sebelumnya. Sekarang orang lebih terbuka untuk bicara kecurangan dan apa yang terjadi di lapangan," katanya di kantor KPU, Jakarta, Jumat (6/6).

Titi berpendapat aplikasi yang telah banyak muncul seperti pemilubersih dari SatuDunia atau matamassa dari AJI perlu diadopsi oleh Bawaslu. Menurutnya, adopsi aplikasi tersebut akan memudahkan dan memaksimalkan pelaporan partisipasi pelanggaran. "Orang butuh keberanian melaporkan pelanggaran. Selain itu, prosesnya ribet. Ruang ini yang harus ditangkap Bawaslu," tuturnya.

BACA JUGA: