JAKARTA, GRESNEWS. COM - DPR RI mendorong agar pengadaan 24 unit pesawat jet tempur F-16 bekas dari Amerika Serikat dievaluasi. Pasalnya, DPR meragukan kehandalan alat utama sistem senjata bekas pakai angkatan udara Amerika Serikat itu. Bukti terbarunya adalah terbakarnya satu unit pesawat tersebut saat gagal lepas landas ketika akan melakukan latihan rutin.

Pesawat yang terbakar itu merupakan pesawat yang dihibahkan ke Indonesia sebagai bagian dari pengadaan 24 unit pesawat yang direncanakan. Selain yang terbakar, ternyata dua dari lima pesawat yang sudah tiba di Indonesia, mengalami crack (retak) di bagian kanopi. Pesawat-pesawat itu juga tidak dilengkapi drag chute (parasut pesawat).

Meski begitu, menurut Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriatna, kejadian-kejadian itu bukanlah hal yang terlalu mengkhawatirkan. "Masalah itu masih bisa diperbaiki ahli jet tempur di Angkatan Udara karena keretakan bukan pada mesin pesawat," kata Agus usai bertemu dengan Pimpinan Dewan di Gedung DPR, Senayan, Jumat (17/4).

Namun demikian, menurut Agus, terkait kasus terbakarnya satu unit F-16 di Halim, investigasi masih berlangsung. Persoalan ini juga sudah disampaikannya kepada Amerika Serikat. Meski demikian, Agus menyatakan lebih mengharapkan pesawat baru dengan membeli.

Soal harapan KSAU itu, Wakil Ketua DPR Fadli Zon menyatakan sependapat. Ia menyakini Indonesia memiliki anggaran yang cukup karena sebelum pernah dijanjikan oleh Presiden Joko Widodo. "Presiden pernah menjanjikan kenaikan anggaran untuk alutsista," kata Fadli di tempat yang sama.

Targetnya, kata Fadli, Indonesia harus memiliki alutsista udara yang baik dan mutakhir.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi I DPR Hanafi Rais meminta pemerintah mengevaluasi hibah pesawat pasca-insiden kecelakan pesawat jet tempur F-16 di di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (16/4).

Hanafi sependapat dengan TNI yang melakukan investigasi untuk mengetahui pasti penyebab kecelakaan. Apa pun hasil investigasi sangat penting untuk menjadi bahan pertimbangan dan kajian bagi DPR, pemerintah maupun TNI.

Namun, kata Hanafi, untuk sementara pemerintah tidak perlu menerima alat utama sistem senjata (alutsista) berupa hibah, sebaliknya fokus mengadakan barang baru. Kejadian itu, lanjutnya, sekaligus sebagai pelajaran bagi pemerintah untuk selektif ketika menerima barang hibah.

"Ini juga menjadi pintu masuk bagi pemerintah untuk serius membangun industri pertahanan Indonesia," kata Hanafi, di Gedung DPR, Jumat (17/4). Membangun industri pertahanan, lanjutnya, harus dimulai dari saat ini.

Seperti diketahui, pesawat tempur F-16 dengan nomor register TS 1643 yang dipiloti oleh Letkol Pnb Firman Dwi Cahyo gagal tinggal landas (takeoff) dan terbakar sekitar pukul 08.15 WIB. Pesawat yang sedianya digunakan untuk pengamanan Konferensi Asia Afrika di Jakarta dan Bandung pada 19-25 April 2015, itu tengah melakukan latihan rutin untuk menambah kemampuan terbang.

BACA JUGA: