Wakapolda Metro Jaya Brigjen Suntana menyayangkan bila ada suara-suara sumbang dari sebagian kecil masyarakat terkait aksi teror di Kampung Melayu, Jakarta Timur pada Rabu (24/5). Ada kelompok masyarakat yang menyebut bahwa aksi teror tersebut sebagai pengalihan isu.

Hal tersebut juga sempat Suntana ceritakan pada Plt Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. Jenderal bintang satu tersebut juga tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya karena ada masyarakat menyebut bahwa potongan tubuh yang ditemukan di lokasi pengeboman merupakan plastik.

"Pada kesempatan tadi juga saya curhat sama beliau (Djarot), sekarang di sosmed tuh ramai, bahwa itu (serangan teror Kampung Melayu) seperti pengalihan dari situasi, yang dilakukan oleh polisi. Astagfirullah, saya bilang, ada masyarakat yang masih mikir gitu. Korban yang meninggal toh orang Islam juga, kok masih dibilang itu pengalihan (isu). Dibilang potongan tubuh itu plastik, karet," ujar Suntana di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (26/5).

Suntana prihatin dengan isu miring soal serangan teror yang berkembang di masyarakat. Seharusnya masyarakat bersama-sama kepolisian menambah kekuatan untuk melawan teroris bukan malah menyebarkan isu yang tak jelas sumbernya.

Karena itu, Suntana terus memberikan kesadaran pada masyarakat soal terorisme. Dia meminta masyarakat bersama-sama dengan kepolisian untuk memberantas terorisme.

"Kita mau berikan lagi kesadaran pada masyarakat bahwa teroris itu kegiatan membahayakan dan harus kita berantas bersama-sama," tutupnya.

Sementara itu ayah H, Agus Sopandi, tidak menyangka anak dan menantunya terlibat teror di Kampung Melayu. Adalah H (35) dan IN (27) pasangan suami istri yang tinggal di Kampung Paledang, Kelurahan Suci Kaler, Karangpawitan Garut, Jawa Barat, ditangkap Tim Densus 88 Anti Teror di rumahnya, tadi pagi.

Keduanya ditangkap karena merupakan kerabat dari salah seorang pelaku bom bunuh diri yang terjadi di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Barat Rabu (24/5) berinisial AS.

Agus mengatakan dirinya tidak mengetahui apapun perihal bom bunuh diri yang terjadi di Terminal Kampung Melayu itu. "Ya gak nyangka, cuman tadi lihat ada polisi di depan rumah anak saya. Enggak tahu apa-apa saya mah, ada bom Jakarta juga tahu tadi malam di tv," kata Agus kepada wartawan di rumah salah satu RW di Kampung Paledang Garut, Jumat (26/5) siang.

Dirinya mengaku tidak terlalu mengenal sosok AS yang menjadi pelaku bom bunuh diri. Dia juga mengaku hanya sempat bertemu satu kali dengan AS.

"Tidak tahu, saya ketemu itu pas nikahin anak saya, sudah lama. AS itu jadi wali, gantiin bapaknya," kata Agus.

Agus juga berharap agar kedua anak dan menantunya IN dan H cepat kembali pulang dan berkumpul dengan keluarganya.

Begitu juga dengan mertua A yakni Dedi Sunadi (52) tahun tak percaya A yang berperilaku santun dan tidak mengikuti kegiatan mencurigakan menjadi pelaku teror. "Kaget dan tidak percaya. Tidak pernah ada yang mencurigakan dari A. Setiap hari juga dia suka ada dirumahnya. Belum pernah sampai berminggu-minggu meninggalkan rumah. Kalaupun ke luar kota, itu satu hari saja ke Bogor mengantar anaknya pesantren disana," kata Dedi, Jumat (26/5).

Dedi mengungkapkan dirinya sedang bersama A di rumah saat terjadinya ledakan bom di Terminal Kampung Melayu Jakarta, Rabu (24/5) lalu. Saat itu ia dan A tengah memperbincangkan soal bisnis dan larangan riba.

"Dia malah mengingatkan saya agar jangan banyak berhutang," ungkapnya.

Dedi mengatakan selama ini A sibuk mengurus bisnis karpet dan mengantar pesanan karpet ke pelanggannya di daerah Pangalengan dan Cimahi. Dia tak yakin jika menantunya itu terlibat jaringan teroris.

"Saya 80 persen tidak percaya karena saya tahu kesehariannya. Nah, yang 20 persennya itu saya tidak tahu kegiatan lainnya," ujarnya.

Dedi menyebut menantunya itu memang kerap mengikuti pengajian. Namun, ia tidak mengetahui lokasi pengajian yang diikuti A dimana.

Selain itu, dalam kesehariannya setiap pagi A menjemur ayam di belakang rumah. Saat penggeledahan dilakukan, istri dan kedua anaknya tengah berada di rumahnya.

"Istrinya ada, beberapa waktu lalu baru selesai operasi tumor. Sekarang biar istrinya tenang soalnya punya penyakit jantung juga," tutupnya.

Sebelumnya diberitakan Densus 88 menangkap tiga orang terduga jaringan pelaku teror di Kampung Melayu Jakarta, Rabu (24/5) lalu di wilayah Bandung, Jawa Barat. Ketiganya berinisial WS, A dan J yang ditangkap di tempat berbeda.

"WS ditangkap kemarin sore di daerah Buah Batu, A ditangkap tadi malam dan J kemarin siang," kata kata Yusri kepada wartawan, di Kampung Parung Halang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jumat (26/5).

A ditangkap di sekitar Jalan Mohammad Toha Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Pagi tadi, bersama Polda Jabar, tim Densus 88 melakukan penggeledahan ke rumah salah satu pelaku berinisial WS di Jalan Rancasawo, Kelurahan Margasari, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung.

Usai melakukan penggeledahan di Rancasawo, penggeledahan dilanjutkan ke tempat usaha dan kediaman A di Kecamatan Dayeuhkolot. (dtc/mfb)

BACA JUGA: