Kepolisian sudah mengetahui identitas pelaku pengeboman di terminal Kampung Melayu, Rabu (25/5) malam. Namun polisi masih memastikannya lewat tes DNA lewat keluarga para terduga pelaku teror.

Kapolda Metro Jaya Irjen Iriawan menyebutkan inisial pelaku, yakni AS dan INS, keduanya adalah laki-laki. "Di (cek) DNA dulu supaya match, jangan sampai kita salah identifikasi," ucap Iriawan usai menjenguk korban di RS Polri, Jakarta, Kamis (25/5).

Sosok terduga pelaku diketahui dari keluarga mereka. Misalnya keluarga INS mengaku kaget saat mendengar pria yang bekerja sebagai pedagang itu tewas dalam aksi bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur.

Yuniar Hidayat (40), paman INS menuturkan kabar keponakannya terlibat aksi bom bunuh diri sampai ke telinga keluarga saat polisi mendatangi kediaman INS di Jalan Cibangkong, RT 02 RW 07 Kelurahan Cibangkong, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, Jabar, pada Kamis 25 Mei 2017 pukul 07.30 WIB.

Yuniar menyebut jasad keponakannya itu dikenali oleh keluarga lewat foto. Paman Ichwan, Yuniar, menyebut jasad keponakannya itu dikenali oleh keluarga lewat foto. "Tadi polisi ngeliatin fotonya, dari jauh memang agak beda, tetapi ketika di-zoom fotonya detail-detail wajahnya memang keponakan saya," katanya.

Menurut Yuniar, polisi kemudian membawa istri dan kedua anak INS untuk memastikannya lagi. "Sekarang katanya sedang tes DNA untuk lebih memastikan lagi," katanya.

Yuniar yang sejak kecil mengenal INS bahkan tidak menyangka keponakannya yang dikenal pendiam itu terlibat. "Kemarin (Rabu malam) saya lihat di media sosial. Ketika tadi polisi datang dan bilang kalau keponakan saya pelaku, ya tidak menyangka," kata Yuniar.

INS merupakan warga asli di kawasan Cibangkong. Dia dan keluarganya sudah dua tahun menetap di sebuah rumah kontrakan di Jalan Cibangkong RT 02 RW 07 Kelurahan Cibangkong Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, Jabar. INS yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang susu murni dan obat-obatan herbal dikenal sebagai pribadi yang pendiam dan tertutup.

Selain di Kota Bandung, Densus 88, Polres Cimahi beserta anggota TNI juga memeriksa dan mengecek rumah warga berinisial AS di Kampung Ciranji 02/05, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat. AS diduga sebagai salah seorang pelaku teror bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta.

"Polisi datang sekitar pukul 03.00 WIB, mengetuk pintu rumah dan menanyakan keberadaan AS," kata Ketua RT 02 Zenal Mutaqin (60), Kamis (25/5).

Zaenal mengungkapkan, ada sekitar 15 anggota polisi yang datang ke rumahnya. Belasan polisi tersebut menanyakan keberadaan AS. "Saya jawab AS sudah pindah ke Garut kurang lebih lima bulan lalu," tambahnya.

Setelah itu belasan polisi tersebut melakukan pengecekan di rumah AS dan bertemu ibu AS, Eti Nurhasanah. "Ibunya AS dijemput polisi, katanya untuk di tes DNA," ujar Zaenal.

AS, pindah ke Garut bersama dua anak dan isterinya untuk mencari pekerjaan dan mengontrak rumah di sana. "Pindah ke Garut nya juga tidak pamit. Malah tidak membuat surat pindah. Sejak pindah belum balik kampung lagi," pungkasnya.

Paman AS, Mulyana menjelaskan bahwa AS itu orang yang  baik. "Dalam kesehariannya berprofesi sebagai seorang penjahit," kata Mulyana, Kamis (25/5).

Mulyana mengungkapkan, dalam kesehariannya AS tidak memiliki profesi lain selain menjadi penjahit. "Ya menjahit, karena AS tidak memiliki pekerjaan lain. Tidak bisa macul atau berkebun," ungkapnya.

Zaenal menambahkan sebelum membuka jasa menjahit di rumahnya, AS pernah bekerja juga sebagai penjahit di pabrik yang berada di Kota Bandung.

"Setiap hari dalam kesehariannya AS menerima jasa jahit baju, celana dari warga, kadang juga borongan. Tidak ada aktifitas lain, selain ke warung atau salat ke masjid," ujarnya.

Sosok AS di mata keluarga dan tetangga seperti layaknya masyarakat bisa, pergaulan dengan warga biasa, tetangga biasa dan ibadahnya baik. Sebelum pindah ke Garut dan selama tinggal di kampung kelahirannya, AS tidak pernah memiliki masalah, atau pun memiliki tamu yang tidak dikenal.

"Paling tamunya ya warga yang mau ngejahit aja," tambahnya.

Zaenal menuturkan, sejak AS, dua anak dan isterinya pindah ke Garut, keluarga yang berada di Bandung tidak mengetahui aktifitas apa yang dilakukan AS disana. (dtc/mfb)

BACA JUGA: