JAKARTA, GRESNEWS.COM - Status Gunung Agung di Kabupaten Karangasem Bali masih berada dilevel  IV atau Awas.  Namun Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudy Suhendar menegaskan meski demikian Gunung Agung diluar radius  10 kilometer dinyatakan aman untuk dikunjungi. Masyarakat dinyatakan aman untuk beraktifitas secara nornmal.

"Badan Geologi menyampaikan yang terdampak hanya sekitar Gunung Agung saja dengan radius 8 hingga 10 km-an. Jadi kalau mau yang ke Denpasar, Danau Batur, Ubud, di luar radius 10 km, aman. Silahkan datang ke Bali. Adapun kalau terjadi erupsi sudah dilokalisir potensi bahayanya hanya terjadi di Gunung Agung saja. Kalau terjadi awan panas hanya di sekitar Gunung Agung, tidak sampai Denpasar dan kemana-mana," tutur Rudy, seperti dikutip esdm.go.id.

Diketahui beberapa pekan belakangan Gunung Agung mengalami erupsi, meski sempat reda, beberapa waktu lalau statusnya dinaikkan kembali akibatr peningkatan aktivitasnya ke Level IV (Awas) sejak tanggal 27 November 2017 pukul 06:00 WITA.

Pos-pos Pengamatan Gunungapi Agung milik Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM, terus memantau perkembangan kegiatan vulkanik dan senantiasa berkoordinasi dengan berbagai pihak.

"Kami terus melakukan pengamatan setiap menitnya, melakukan analisis dari jam ke jam sampai hari ini, 24 jam setiap hari. Kita juga telah melakukan simulasi apabila terjadi awan panas, kemana sih awan panasnya itu? Hanya di sekitar Gunung Agung," tambah Rudy.

Menurut Rudy sejauh ini pPemantauan Gunung Agung dilakukan dengan peralatan yang sangat mumpuni, termasuk terlengkap di Indonesia, sebagaimana peralatan yang digunakan untuk memantau gunung api di seluruh dunia.

"Kita punya instrumen untuk memantau. Untuk visualnya ada CCTV, Digital dan Thermal Camera, alat seismik. Alat seismik untuk Gunung Agung terpasang 11 set, untuk Gunung Batur 4 set, karena ini bisa saling melengkapi. Untuk deformasi (perubahan bentuk) kita ada 5 set GPS dan 2 set tiltmeter. Kita punya 2 sensor temperatur untuk mengukur Gas ada DOAS Scanner dan MultiGAS. Kita juga menggunakan data-data satelit untuk mengukur deformasi, energi termal dan konsentrasi gas, untuk mengetahui setiap perubahannya, " paparnya.

Selain itu mereka juga menerbangkan Drone yang mampu mengambil foto, merekam video hingga mengukur gas magmatik. Untuk mendapat informasi rutin aktivitas Gunung Agung, kami juga punya aplikasi MAGMA Indonesia yang sudah bisa diakses dari seluruh dunia.
"Ini sangat lengkap. Alat-alat dan aplikasi yang digunakan sudah setara dengan pengamatan modern gunungapi di seluruh dunia, dengan ini upaya mitigasi bencana erupsi Gunung Agung menjadi lebih optimal" tutur Rudy. (rm)

BACA JUGA: