JAKARTA, GRESNEWS.COM - Polda Metro Jaya kembali merilis sketsa wajah terduga pelaku teror penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan. Sketsa yang dirilis polisi kali ini berbeda dari sketsa sebelumnya.

Sketsa pelaku sebelumnya yang dirilis pada 31 Juli 2017 telah diperiksa oleh polisi dan dinyatakan tidak terlibat teror tersebut hingga akhirnya dibebaskan,  alibi yang bersangkutan setelah diteliti dinilai.

Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis mengatakan sketsa dua pelaku yang dirilis belakangan dinilai kuat keterlibatannya,  keduanya hampir dipastikan menjadi pelaku teror penyiraman air keras.

"Kalau dari hasil keterangan saksi mengatakan sudah 90 persen bahwa kedua (orang) itu diduga terlibat penyerangan Saudara Novel," kata Idham dalam jumpa pers bersama Ketua KPK Agus Rahardjo di gedung KPK, Jumat (24/11).

Menurutnya, sketsa terduga pelaku teror ini didapat polisi dari keterangan dua saksi berinisial S dan SN. Sketsa pelaku pertama, tampak seorang berambut cepak dengan kulit agak gelap. Sedangkan sketsa pelaku kedua, tampak seseorang dengan kulit lebih terang serta rambut yang lebih panjang.

Namun Kapolda mengaku belum bisa menjelaskan motif dari para pelaku melakukan penyerangan. "Kalau motif tunggu saja kalau sudah ketangkap. Karena proses penyelidikan juga kita lakukan 2 langkah. Langkah pertama, induktif, kita mulai dari TKP (tempat kejadian perkara). Lalu deduktif menyangkut motif. Kalau motif banyak yang bisa mungkin," jelas Idham.

Dalam penyelidikan kasus teror terhadap Novel, kata Idham, tim kepolisian sudah memeriksa 66 saksi selama kurun waktu 3 bulan. Tim Polda Metro juga mendapatkan petunjuk dari penajaman gambar CCTV atas bantuan Australian Federal Police (AFP).

Selain itu penyidikan tersebut juga terus diawasi langsung tim audit investigasi Mabes Polri. Tim audit investigasi ini dipimpin langsung oleh Kabid Propam Polri dan dibantu sejumlah jenderal bintang 1 dari Irwasum dan Bareskrim Polri.

Apa fungsi keberadaan tim audit investigasi dari Mabes Polri, ini  menuurut Kapolda untuk mengawasi, mengontrol agar penyelidikan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan.

Namun rilis terbaru sketsa  pelaku penyerangan novel justru dinilai Ketum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak membuktikan penyelidikan kasus teror Novel belum ada perkembangan.

"Bahkan ini menunjukkan fakta bahwa banyak kejanggalan dari proses penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian dan sekaligus membuktikan pentingnya dibentuk TGPF," kata Dahnil, Sabtu (25/11).

Untuk itu Dahnil Anzar menilai pentingnya pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), Alasanya karena selama ini penanganan kasus teror terhadap Novel dinilai lambat.

Pada 11 April 2017 Novel Baswedan mengalami penyerangan dengan penyiraman air keras yang diduga dilakukan oleh dua orang tak dikenal yang mengendarai sepeda motor, saat dirinya baru saja pulang sholat subuh di sekitar komplek rumahnya di Daerah Kelapa Gading Jakarta Utara.  Saat ini Novel masing menjalani perawatan Rumah Sakit di Singapura karena luka dimata kirinya. (dtc/rm)

BACA JUGA: