JAKARTA, GRESNEWS.COM - Presiden Joko Widodo dan Presiden Filipina Duterte pada 30 April lalu membuka rute konektivitas laut Bitung-Davao/General Santos. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Arlinda menegaskan, pembukaan rute laut tersebut membuat Kementerian Perdagangan semakin intensif membuka peluang peningkatan ekspor ke pasar Filipina. K

"Kemendag turut mendorong pemanfaatan Roro Bitung-Davao untuk mendukung peningkatan ekspor nasional ke Filipina sebagai salah satu pasar ekspor potensial di ASEAN," kata Arlinda dalam siaran pers yang diterima gresnews.com, Jumat (18/8).

Arlinda menegaskan, Kemendag menargetkan peningkatan ekspor 2017 ke Filipina sebesar 11,22% menjadi US$5,8 miliar dari sebelumnya sebesar US$5,26 miliar pada 2016. Rute Bitung-Davao diharapkan dapat menjadi rute alternatif yang lebih singkat untuk meningkatkan konektivitas dan perdagangan internasional antara Indonesia dengan Filipina.

"Rute Bitung-Davao ini akan memberikan manfaat dalam peningkatkan perekonomian lokal termasuk mendorong rantai apsok global, merangsang pembangunan infrastruktur daerah, meningkatkan sektor pariwisata, membentuk hubungan udara langsung, dan meningkatkan arus masuk investasi," lanjut Arlinda.

Menurut Arlinda, bila rute Davao-General Santos-Bitung dapat berjalan dengan baik, maka Indonesia akan mempunyai keuntungan tambahan dalam hal pengurangan jarak berlayar dari Indonesia Timur, serta mengurangi waktu pengiriman. Indonesia adalah mitra dagang sangat penting bagi Pulau Mindanao karena Indonesia masuk dalam lima besar negara asal impor/pemasok terbesar, yaitu pada urutan ke-4.

Selama 2011-2015, impor Pulau Mindanao dari Indonesia meningkat rata-rata per tahun sebesar 10,8%. Impor Pulau Mindanao dari Indonesia pada 2015 mencapai USD 286,0 juta atau meningkat signifikan mencapai 79,7% dibandingkan pada 2014.

Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk produk seperti rumput laut, minyak goreng, tepung terigu, di samping produk potensial seperti bulir jagung, kopra, kopi, semen Portland, tuna yellowfin beku, lemak dan minyak hewani atau nabati, bahan bangunan, ikan cakalang, papan, konsol untuk voltase melebihi 1.000 volt, dan pupuk ammonium sulfat.

Berdasarkan data BPS, total nilai perdagangan Indonesia dan Filipina pada periode 2012-2016 memiliki nilai tren yang positif sebesar 6,24%. Nilai ekspor nonmigas pada 2016 sebesar US$5,26 miliar mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015 sebesar US$3,92 miliar. Sedangkan nilai impor nonmigas Indonesia pada 2016 dari Filipina sebesar USD 820 juta, sehingga Indonesia mengalami surplus sebesar US$4,44 miliar.

Selain itu, total perdagangan Indonesia ke Filipina pada periode Januari-Mei 2017 adalah sebesar US$2,85 miliar dengan nilai ekspor nonmigas tercatat US$2,48 miliar dan impor nonmigas sebesar US$367 juta.

Komoditas ekspor Indonesia ke Filipina antara lain kendaraan, makanan olahan, minyak nabati, kertas, karet, dan barang dari karet. Sedangkan komoditas impor Indonesia dari Filipina, antara lain tembaga, polipropilena, gear untuk kendaraan bermotor, aksesori untuk kendaraan bermotor, dan elektronik. (mag)

BACA JUGA: