JAKARTA, GRESNEWS.COM - WWF Indonesia meluncurkan program baru untuk mendorong pola konsumsi dan produksi berkelanjutan. Program bertajuk "Establishing Sustainable Consumption and Production in Thailand, Indonesia and the Philippines (SCP TIP)" ini berafiliasi dengan 10 Years Framework Program (10YFP) – Sustainable Food Systems Programme dari UNEP. Program SCP TIP ini dipimpin oleh WWF-Jerman, dan implementasinya dilakukan oleh tiga kantor WWF di Thailand, Indonesia dan Filipina.

SCP TIP bertujuan membantu mendorong masyarakat di ketiga negara untuk mengintegrasikan dan menerapkan prinsip-prinsip konsumsi dan produksi berkelanjutan sebagai pendukung strategi mitigasi perubahan iklim nasional dalam hal politik, praktik bisnis dan gerakan masyarakat sipil.

Direktur Policy, Sustainability and Transformation WWF-Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan, Indonesia kini bukan saja negara produsen dalam perdagangan global namun juga konsumen kelas dunia. "Dengan jumlah penduduk mencapai 250 juta jiwa, Indonesia mengkonsumsi sendiri lebih dari separuh produk perkayuan, kertas dan kelapa sawit yang dihasilkannya, saatnya konsumsi itu juga mengarah kepada konsumsi yang bertanggungjawab," ujar Bayunanda dalam siaran pers yang diterima gresnews.com, Kamis (27/7).

Indonesia menjadi negara ke-enam terbesar penghasil emisi gas rumah kaca dari aktivitas deforestasi. Namun Indonesia juga telah berkomitmen untuk menekan laju perubahan iklim melalui Rencana Aksi Nasional dan Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAN/RAD GRK) dengan mengurangi emisi hingga 26% dari kegiatan deforestasi dan penggunaan lahan di tahun 2020.

"Konsumsi yang bertanggung jawab artinya memperhatikan asal usulnya dan menjauhi produk yang terkait praktik-praktik ilegal, perdagangan manusia, pengrusakan lingkungan dan penghancuran livelihood masyarakat setempat," lanjut Bayunanda.

Dengan 4,4 miliar orang (2015) tinggal di kawasan ini, Asia adalah tempat tinggal bagi 60% warga dunia. Tahun 2018, populasi Asia diperkirakan lebih dari 50%-nya adalah masyarakat urban, yang berarti mereka akan menjadi konsumen. Tahun 2050, diperkirakan 2 dari 3 orang Asia tinggal di perkotaan.

Semakin banyak orang tinggal di kota besar yang disebut ´megacities´, yaitu kota berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa. Di seluruh dunia ada 37 megacities, dua yang terbesar berada di Asia, yaitu Tokyo (39 juta jiwa) dan Jabodetabek (31,5 juta jiwa). Besarnya jumlah penduduk di perkotaan membawa konsekuensi pola konsumsi, terutama dengan meningkatnya populasi kelas menengah yang akan berpengaruh pada pola konsumsi rumah tangga, transportasi dan pangan.

Kepala Pusat Standarisasi Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Pustanlinghut KLHK) Noer Adi Wardojo mengatakan, produksi yang bertanggung jawab, didukung dengan pola konsumsi yang berkelanjutan, bisa menjadi solusi untuk berbagai permasalahan lingkungan dan sumber daya alam yang kita hadapi belakangan ini. "Produksi dan konsumsi yang berkelanjutan bisa menyeimbangkan capaian-capaian sosial, ekonomi dan lingkungan seperti yang dicita-citakan dalam SDG," ujar Wardojo.

Wardojo menambahkan, pihaknya menyambut baik program yang dilakukan oleh WWF ini, sebagai dukungan dari publik untuk terwujudnya Indonesia yang berkelanjutan. "Pustanlinghut KLHK adalah focal point kolaborasi stakeholder SCP Indonesia yang mencakup sejumlah topik, diantaranya ekolabel dan Green Public Procurement, Consumer Information, Resource Efficient and Cleaner Production, dan Sustainability in Public Facilities," tambahnya.

Program SCP TIP ini berdurasi tiga tahun dengan dukungan dana dari German Federal Ministry for the Environment, Nature Conservation, Building and Nuclear Safety (BMUB) sebagai bagian dari International Climate Initiative (IKI). Acara peluncuran program SCP TIP bertempat di Goethe-Institut Jakarta dan dihadiri undangan yang mewakili instansi pemerintah, sektor swasta dan komunitas. (mag)

BACA JUGA: