Oleh: Muhamad Adnan Rarasina

Detik detik menjelang pelaksanaan kongres PAN, manuver politik untuk melumpuhkan lawan semakin gencar dilakukakan. Politik segala cara ala Machievelian diumbar dimuka publik secara terang terangan. Sopan santun politik yang mengedepankan moral etik yang selama ini selalu menjadi fatsun politik berpartai dalam momentum kongres kali ini seolah lenyap, hilang tak berbekas

Politik pemaksaan kehendak dengan menggunakan berbagai macam cara terus dipertontonkan. Ada yang unik kali ini, cara kreatif yang digunakan tim sukses ini bisa dikatakan relatif baru muncul dalam dunia politik dalam momentum suksesi kepemimpinan partai yaitu dengan langsung mendatangi isteri para voters agar memilih kandidat calon ketua umumnya.

Ibu ibu para isteri ketua DPD partai ini diiming-imingi dengan berbagai macam hadiah antara lain berupa perabotan rumah tangga seperti panci alumunium produksi sendiri dengan merek sendiri pula. Artinya gambar kandidat ketua umum tidak hanya diposter, spanduk atau umbul umbul tapi juga dicetak di panci-panci yang setiap harinya dipakai memasak. Unik juga kongres kali ini. Ibarat kata dapur pun bisa dikapitalisasi agar para suami berpihak kepada caketum pemberi hadiah.

Berdasarkan laporan dan pengakuan dari kader daerah pemilik suara, ada calon ketua umum yang saban hari kerjaannya menelepon dan mengirimkan sms "mengancam" para ketua DPD. Mereka dijanjikan uang dan jabatan dan apabila menolak maka mereka diancam keselamatannya. Karier politiknya akan dibunuh pula.

Namun ibarat lempar batu sembunyi tangan pihak lawanlah yang kemudian dituduh. Dengan kekuatan jaringan media yang di dukung penuh oleh kekuasaan, isu ini pun dihembuskan kepublik seolah olah pihak lawanlah yang melakukannya. Modus ini sama persis  seperti pilpres yang baru lalu dimana mengatakan bahwa hanya kecuranganlah yang bisa mengalahkannya.

Di satu sisi Hatta Rajasa yang sosoknya terkenal sangat ewuh pakewuh, lebih njawani dari orang jawa kalau kata Prabowo, tidak pernah sedikitpun memaksa kader untuk memilihnya. Padahal bisa saja dengan kekuasaan penuh dan pendukung solid di DPP yang sampai hari ini  masih dimilikinya, bisa saja melakukan pergantian, reposisi bahkan sampai pemecatan sekalipun. Itu sah hukumnya untuk dilakukan sebagai ketua umum apalagi sekjen pun berdiri setia dibarisannya sehingga yang tidak mendukung bisa saja dilakukan apapun.

Tetapi pada kenyataannya semua itu tidak pernah dilakukan HR, bahkan dengan jam terbang politiknya yang tinggi di jagad nasional serta sikap kenegarawanannya maka jika setiap kali kader daerah hendak bercerita tentang keburukan dan aib kandidat lainnya, langsung saja distop. "Ingat mereka adalah saudara kita, maukah kalian memakan bangkai saudaramu sendiri," kata Hatta.

Di sisi lainya PAN sebagaimana tercantum dalam platform politiknya adalah partai politik yang menjadikan agama sebagai landasan moral dan etika yang berdasarkan rahmatanlillalamin, rahmat bagi sekalian alam. Sehingga gaya dan manuver serta langkah langkah politik calon ketua umum bersama pendukungnya yang menggunakan cara cara teror politik untuk mencapai tujuan politiknya menjadi pertanyaan besar.

Sejauh mana sesungguhnya pemahaman mereka terkait platform partai yang telah sama sama disepakati dan ditetapkan oleh the founding fathers partai. Sehingga pada akhirnya muncul dugaan bahwa para kandidat ini telah disusupi kelompok kelompok kepentingan tertentu yang ingin menguasai dan membawa arah partai ini sesuai kehendak politiknya sendiri.

Aroma pertarungan antara dua koalisi besar yakni KMP dan KIH dalam kongres kali ini tidak terelakan. Sekarang tinggal kita memilih, bersama 67 juta pendukung setia atau memilih kekuasaan dengan resiko partai ini akan tenggelam bersama kekuasaan yang mulai meredup pamornya     

*) penulis adalah Ketua DPP Bidang Politik Garda Muda Nasional (DPP GMN)
 
   
 

BACA JUGA: