JAKARTA - Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim yang sangat besar. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran ekstremisme dan radikalisme mulai masuk ke sejumlah kelompok Islam di Indonesia. Ada dua organisasi besar NU dan Muhammadiyah yang memiliki pengaruh penting dalam membina masyarakat dan menjaga agar pemikiran ekstremisme dan radikalisme tidak berkembang lebih jauh lagi di kelompok masyarakat muslim Indonesia.

"Ada dua sayap besar yaitu Muhammadiyah dan NU. Selama Muhammadiyah dan NU tidak terpapar intoleransi kira-kira negara ini akan aman," kata Ketua Nurcholish Madjid Society (NCMS) Muhamad Wahyuni Nafis kepada Gresnews.com, Kamis (29/8).

Namun, menurutnya, kedua organisasi itu juga harus tetap berhati-hati karena di beberapa daerah juga sudah mulai berkembang paham ini walau tak signifikan. Artinya kita harus terus berjuang karena mereka yang menyebarkan intoleransi juga gigih menyebarkan pemikirannya. "Intinya Nurcholis Madjid Society adalah salah satu lembaga yang tujuannya bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa intoleransi, menolak pluralisme, positivisme adalah bukan masa depan indonesia justru kita akan mengalami kehancuran yang besar," ungkapnya.

Setara Institute merilis hasil penelitian tentang pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan (KBB) di Indonesia sepanjang 2018. Hasilnya, terdapat 202 tindakan pelanggaran KBB. Penelitian tersebut dilakukan di 34 provinsi di Indonesia dengan fokus di beberapa wilayah, yaitu Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Salatiga, Aceh, Padang, Riau, Pontianak, Singkawang, Ternate, dan Kupang.

Metode penelitian yang digunakan adalah field study dan monitoring kasus KBB. Dari 202 tindakan pelanggaran kebebasan, 72 tindakan dilakukan negara dan 130 tindakan dilakukan nonnegara. Aktor nonnegara merupakan yang paling banyak melakukan pelanggaran adalah kelompok warga dan individu. (G-2)

 

BACA JUGA: