JAKARTA - Teladan dan Kesederhanaan adalah dua kata yang jarang ada pada kehidupan para elite di negeri ini. Padahal, pada masa awal kemerdekaan, banyak tokoh, para bung, sebutan tokoh kala itu, yang patut dijadikan teladan hidup sederhana, jujur dan tentu saja antikorupsi.

"Sesungguhnya kita sangat rindu dengan sosok bersahaja, yang jujur dan bersih, tidak silau oleh harta meskipun punya jabatan atau posisi yang memungkinkan untuk memperkaya diri mereka," ujar ekonom Faisal Basri dalam peluncuran buku Untuk Republik: Kisah-Kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa di Galeri Nasional, Jakarta, Selasa (13/8).

Faisal merasa zaman sekarang semakin sedikit tokoh di Indonesia yang dapat dijadikan teladan hidup sederhana. Berbeda dari pada awal masa kemerdekaan dulu. Karenanya bersama Haris Munandar, Faisal menuliskan kisah-kisah teladan para tokoh bangsa yang diilhami dari artikel pendek yang menggugah dan inspiratif dalam majalah INTISARI, Edisi Nomor 27 Agustus 1981.

Dalam buku tersebut dikisahkan keteladanan sikap hidup sederhana 23 tokoh bangsa. Tokoh-tokoh tersebut berasal dari latar belakang yang beragam, mulai dari ibu rumah tangga, tokoh ekonomi, tokoh pergerakan nasional, tokoh kemerdekaan hingga para penegak hukum.

Sejak zaman pergerakan nasional hingga berdirinya republik ini, banyak tokoh yang patut menjadi teladan republik ini. Mereka memilih hidup sederhana, bersih, jujur dan antikorupsi. Salah satunya adalah Bung Hatta yang dengan beragam jabatannya sebagai proklamator, wakil presiden RI, dan tiga kali menjabat perdana menteri, tetapi hidup sederhana.

Bahkan ketika menginginkan sepasang sepatu Bally, ia gagal mewujudkannya dan keinginan itu tetap hanya menjadi keinginan sampai akhir hayatnya. "Ibu menemukan catatan, keinginan Bung Hatta membeli sepatu Bally tapi tak sampai," kata Halida Hatta, putri Hatta, dalam acara tersebut.

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Laode M Syarif mengapresiasi penulisan buku itu di tengah ketiadaan teladan saat ini. Ia menyarankan, buku ini bisa dibaca secara luas oleh generasi milenial. Sehingga, anak muda bisa meneladani sikap sehari-hari para tokoh bangsa yang selama ini hanya dikenal lewat perannya dalam sejarah. (G-2) 

BACA JUGA: