Kabul - Satu orang dikabarkan tewas dan 20 lainnya terluka saat demonstrasi hari kedua menentang pembakaran Qur�an di Kabul dan Jalalabad, Afganistan, Rabu (22/2), yang memasuki hari kedua demonstrasi.

Selasa lalu (21/2), Komandan tentara Amerika Serikat di Afganistan, Jendral John Allen, telah meminta maaf setelah Qur�an secara tidak sengaja diletakkan di incinerator di Begram, markas tentara Amerika Serikat, dan termasuk penjara tahanan-tahanan Afgan.

Pejabat tentara Amerika Serikat mencurigai tahanan Taliban menggunakan buku (Qur�an, Red) untuk mengirimkan pesan kepada para tahanan satu sama lainnya.

Pro-Taliban
Para demonstran di Kota Kabul menyuarakan kalimat �Death to America!� seraya melemparkan batu di Kamp Phoenix, markas utama AS di kota tersebut.

Seorang dokter di kota Jalalabad mengatakan kepada BBC, satu orang tewas dan 10 lainnya cedera. Sementara 10 orang lain cedera di kota Kabul.

Saksi mata demonstrasi di kota Kabul mengatakan, penjaga keamanan menembak ke udara. Juga dilaporkan orang-orang menyuarakan slogan pro-Taliban.

Demonstran menutup jalan yang terhubung dengan kota Kabul dengan kota Jalalabad, salah satu jalan utama ke ibukota Afganistan.
Polisi anti huru-hara diserang oleh demonstran di Kabul.

Seorang demonstran, Ajmal, 18, mengatakan, "ketika Amerika menghina kami seperti ini, kami akan bergabung dengan para pemberontak."

AS minta maaf
Laman huffingtonpost.com menyebutkan bahwa kedutaan Amerika Serikat di Kabul telah ditutup dan semua perjalanan ditunda.

Sekretaris Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta mengatakan dirinya dan Jendral Allen telah meminta maaf kepada seluruh masyarakat Afgan dan �tidak menyetujui tindakan seperti itu secara tegas�.

Setelah insiden-insiden sebelumnya, masyarakat Afgan sulit untuk memahami bagaimana tentara Amerika Serikat dibolehkan untuk membakar Qur�an.

Afganistan merupakan negara yang sangat religius, dan juga masih banyak yang tidak bisa membaca dan rentan terhadap kemarahan.

BACA JUGA: