JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kondisi Amerika Serikat (AS) belakangan ini membuat banyak pihak cemas bakal terjadi resesi dunia. Pemicunya kondisi Kementerian Keuangan AS atau US Treasury yang mulai kehabisan uang untuk membayar tagihan pada Kamis (17/10). Kamis esok adalah batas pembicaraan terakhir antara pemerintah dan kongres untuk menetapkan anggaran baru dan menaikkan pagu utang buat membayar utang. 

Bila anggaran tak tercapai kesepakatan, Pemerintah AS pun terancam tidak bisa membayar kewajiban surat utang mereka. Setiap pekan, rata-rata Amerika Serikat harus menyiapkan dana US$ 100 miliar untuk membayar kewajiban obligasinya.

Sejatinya persoalan ini masih berkaitan dengan tarik ulur antara pemerintah dengan kongres seputar anggaran negara 2013-2014. Ini pula yang menyebabkan penutupan pemerintahan baru-baru ini.

Anggaran tahun fiskal berakhir pada 30 September 2013 lalu. Tetapi pembahasan anggaran baru buntu akibat sikap Partai Republik di kongres yang menentang program jaminan kesehatan atau Obama Care. Kongres juga belum menyepakati soal kenaikan batas utang yang saat ini mencapai US$ 16,7 triliun.

Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi ABC pada program Meet the Press, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengatakan Amerika harus menaikkan pagu utang sebelum tenggat waktu pada Kamis (17/10).

"Gagal bayar akan menjadi gangguan, yang menyebabkan ketidakpastian dan kurangnya kepercayaan terhadap AS. Itu berarti gangguan besar di seluruh dunia dan kita kena risiko terpuruk lagi dalam resesi," katanya seperti dikutip BBC.

Senada dengan IMF, Bank Dunia pun memperingatkan hal serupa. Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengungkapkan kekhawatirannya atas situasi Amerika. Dia memperingatkan bahwa Amerika Serikat dalam beberapa hari lagi akan berhadapan dengan momen yang berbahaya karena krisis utang pemerintahnya.

Kim mendesak pembuat kebijakan AS agar segera mencapai kesepakatan untuk menaikkan pagu utang sebelum tenggat waktu. Jika tidak tercapai maka bisa menjadi bencana untuk dunia.

"Tindakan yang lambat bisa mengakibatkan kenaikan suku bunga, jatuhnya kepercayaan dan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia," kata Kim, yang berbicara pada pertemuan tahunan Bank Dunia di Washington.

Namun ekonom dari Capital Economics menjelaskan sangat kecil kemungkinan terjadinya default utang AS. Apalagi faktanya default cenderung lebih sedikit merusak dibanding yang banyak diasumsikan.

Sejatinya ada resiko lain dalam perekonomian global yang memerlukan pengawasan lebih ketat. Permasalahan fundamental itu menyebabkan risiko besar bagi zona euro.

"Masalah utang yang tak terselesaikan dan masalah daya saing di zona euro dan pelambatan struktural di emerging market merupakan problem yang lebih serius ketimbang berita AS," kata Andrew Kenningham, ekonom senior Capital Economics, seperti dikutip CNBC.

Meskipun pertumbuhan ekonomi zona euro mulai bisa keluar dari resesi berkat pertumbuhan Jerman dan Perancis pada kuartal kedua tahun ini, namun pertumbuhan di negara lain masih tetap rapuh. Tren itulah yang dikhawatirkan Kenningham.

Menurut Kenningham, yang seharusnya dicemaskan justru kasus gagal bayar utang pada negara Eropa yang menggunakan mata uang Euro ketimbang Amerika Serikat. "Negara-negara euro cenderung mencapai pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan untuk mengurangi tingginya angka pengangguran, namun kemajuan fiskal dan perbankan masih tetap rendah," ujarnya.

(GN-04)

BACA JUGA: