JAKARTA, GRESNEWS.COM - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) tidak hanya menjadi tempat bagi para pelaku kejahatan untuk menjalani hukuman. Lapas ternyata juga menjadi tempat bagi para warga binaan untuk memperbaiki diri, salah satunya dengan menjadi calon wirausahawan. Seperti halnya yang dilakukan di Lapas Kelas I Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat.

Lapas ini membina para narapidana untuk menjadi wirausahawan seperti perajin roti dan juga susu kedelai. Kedua produk asli buatan para warga binaan ini pun tidak kalah dengan produk roti maupun susu kedelai yang sudah terkenal. Gresnews.com mendapat kesempatan untuk mencicipi kedua produk ini, dan memang dari tekstur rasa, baik roti maupun susu kedelai, ini cukup nikmat di lidah.

Hal tersebut cukup wajar, mengingat bahan-bahan yang digunakan tidak sembarangan. "Rotinya kami buat dari 100 persen tepung, tidak ada tepung kanji, jadi tidak lengket di lidah," kata penanggung jawab kerajinan roti Lapas Sukamiskin Bachtiar saat berbincang dengan Gresnews.com, Sabtu (4/5), di Bandung.

Bachtiar mengatakan, pembuatan roti juga dilakukan dengan cara yang teliti mulai dari penggunaan bahan-bahan, hingga proses pemanggangan. Hal itu dilakukan agar tekstur rasa roti tetap terjaga.

Roti ini sendiri diberi nama Suka Bread, yang diambil dari nama Lapas Sukamiskin. Roti ini dijual kepada para pemesan yang umumnya adalah pengunjung, seperti para keluarga maupun kolega para narapidana. Harga yang dipatok pun relatif murah yaitu Rp5.000 untuk tiap potongnya.

Dan benar saja, pada saat kunjungan tahanan kemarin, ratusan potong roti habis terjual oleh para pengunjung tahanan. "Saya bilang kepada para tahanan, kita ini mau buat roti tetapi tidak sembarangan, akhirnya mereka mengerti dan mau bekerjasama. Setiap hari sekitar 350 roti terjual," ucap Bachtiar.

Bachtiar menegaskan, pembuatan roti ini sebenarnya bukanlah tujuan utama bagi Lapas. Menurutnya, hal terpenting adalah para warga bisa mempunyai bekal ketika mereka saat kembali ke lingkungan masyarakat nanti. Ia pun menegaskan, seluruh alat yang digunakan untuk membuat roti ini adalah hibah dan tidak menggunakan anggaran negara.

"Kita punya tiga slogan di sini: tata hati, luruskan motivasi, gunakan kerangka berpikir sehat dan positif, serta aktualisasi dalam aktivitas konstruktif dan produktif," imbuh Bachtiar.

Ternyata tidak hanya sebatas roti, para warga binaan juga diajarkan membuat susu kedelai. Susu ini pun namanya diambil dari nama Lapas, yaitu Susu Suka. Herlan, penanggung jawab kewirausahaan susu kedelai, itu mengatakan dalam pembuatannya tidak menggunakan bahan pengawet sehingga sangat baik untuk kesehatan.

"Itu makanya kita buat susu ini sesuai kebutuhan, kita baru bikin lagi ketika stok mulai menipis, karena susu ini maksimal hanya tujuh hari bertahan kalau di dalam lemari pendingin," kata Herlan.

Penjualannya pun masih sama, yaitu secara internal atau dari pesanan para pengunjung. Untuk pembuatannya, dari tiga kilogram kedelai bisa menjadi 74 botol yang memakan waktu sekitar lima jam. Sayangnya, kedua produk ini masih belum terdaftar di Kementerian Kesehatan, sehingga masih belum bisa dijual secara bebas.

BACA JUGA: