JAKARTA, GRESNEWS.COM - Ketua DPR sekaligus Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dihadirkan Jaksa Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta. Novanto dihadirkan dalam kapasitasnya sebagai saksi atas terdakwa Irman dan Sugiharto, dalam perkara suap pembahasan anggaran proyek Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E KTP) di Komisi II DPR periode 2009-2014.

Ada yang menarik dari kesaksian yang diberikan Setya Novanto dipersidangan. Keterangan Novanto ini cenderung bertentangan dengan keterangan dari beberapa pihak lain baik dari Sekjen Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Diah Anggraini, mantan Ketua Komisi II DPR RI Chaeruman Harahap, dan mantan anggota Komisi II dari Fraksi Golkar Agun Gunandjar.

Kemudian keterangan Novanto juga berbeda dari kesaksian mantan pimpinan Komisi II DPR yang saat ini menjadi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Bahkan, keterangannya juga berbeda dari dua orang yang duduk di kursi terdakwa yaitu mantan Dirjen Dukcapil Kemendagri Irman serta mantan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam proyek e-KTP, Sugiharto.

Novanto pun sempat diperingatkan Jaksa KPK agar memberi keterangan yang benar dan sesuai dengan kejadian sebenarnya. Bahkan Ketua Majelis Hakim Jhon Halasan Butarbutar juga telah memberi kesempatan untuk Novanto untuk memperbaiki keterangannya.

Tapi Novanto bersikeras, jika apa yang diutarakannya telah sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. "Saya tetap di BAP saya yang dibawah sumpah," tegas Novanto, Kamis (6/4). "Ada perbedaan-perbedaan pendapat sering terjadi di dunia peradilan, biar majelis yang mempertimbangkan mana yang benar, mana yang salah," ujar Hakim Jhon.

Keterangan Novanto yang dinilai saling bertentangan dengan saksi-saksi lainnya itu adalah terkait pertemuan Setya Novanto dengan beberapa pihak terkait pembahasan proyek E KTP dan seputar hubungan Novanto denga Andi Agustinus alias Andi Narogong. Saksi Diah Anggraini misalnya, mengatakan, pernah bertemu dengan Setya Novanto pada saat pelantikan Ketua BPK.

Saat bersalaman, Novanto, kata Diah, sempat membisikkan pesan mendesak kepada dirinya. "Beliau (Novanto) di belakang saya, itu Irman sampaikan bahwa dia (jika ditanya) tidak kenal sama saya," ujar Diah di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (16/3). Kesaksian itu disampaikan Diah di persidangan tanggal 16 Maret 2017 lalu.

Namun, di persidangan, Kamis (6/4) kemarin, pernyataan Diah itu dibantah Setya Novanto. Bahkan di awal ia menyebut tidak pernah bertemu dengan Diah Anggraini, tetapi belakangan ia meralat jika tidak mengetahui kehadiran Diah pada saat proses pelantikan Ketua BPK. "Tidak benar mengatakan itu," sanggah Novanto, Kamis (6/4).

"Jadi Ibu Diah ini bohong ya?" ujar Hakim Anggota Emilia yang diklaim Novanto Diah memang berbohong.

Keterangan Novanto yang kontroversial berikutnya adalah mengenai keterangan mantan Ketua Komisi II DPR RI Chaeruman Harahap yang menyebut ia dikenalkan oleh Andi Agustinus atau Andi Narogong oleh Novanto di lantai 12 Gedung DPR RI. Chaeruman juga mengatakan, Andi Agustinus adalah orang dekat Novanto. "Ya pada saat itu dikenalkan gitu, ini Andi. Biasa bertemu saja," ujar Chaeruman dalam persidangan tanggal 16 Maret lalu.

Dan dalam persidangan kali ini pun Setya Novanto, membantah kesaksian Chairuman itu. "Tidak pernah, tidak pernah mengenalkan," ujar Novanto.

Selanjutnya perihal kesaksian Agun Gunandjar yang mengaku pernah meliat Andi Agustinus pada saat acara makan siang di ruang Fraksi Partai Golkar. "Saya ragu Pak, setiap hari Jumat kami ada makan siang. Lalu saya bertanya ke orang (yang ada di sana) siapa itu? Dijawab Andi Agustinus," tutur Agun dalam persidangan 30 Maret lalu.

Saat dikonfirmasi kepada Novanto, ia mengaku tidak mengetahui hal itu. "Saya tidak tahu," imbuhnya.

MEMBANTAH KESAKSIAN GANJAR PRANOWO - Tak hanya kesaksian dari pihak internal Golkar dan Kemendagri saja, Setya Novanto juga membantah kesaksian yang disampaikan Ganjar Pranowo. Dalam kesaksiannya, Ganjar mengaku pernah bertemu dengan Setya Novanto di Bandara Ngurah Rai, Bali. Dalam pertemuan itu, kata Ganjar, Novanto menitipkan pesan terkait pembahasan e-KTP.

"Di bandara di Bali, kita ketemu dan salaman, langsung Novanto bilang ke saya, jangan galak-galak. Saya bilang, oh iya sudah beres," kata Ganjar dalam Berita Acara Pemeriksaan atas dirinya yang dibacakan di persidangan. Ganjar sendiri, mengakui kesaksiannya dalam BAP=nya tersebut.

Tetapi Novanto lagi-lagi justru membantahnya. "Tidak benar," kata Novanto. "Berarti saudara Ganjar bohong ya?" ujar Jaksa Irene. "Kaget juga karena ketemunya hal yang biasa saja," jawab Novanto sekenanya.

Tidak hanya para saksi, keterangan Novanto juga berbeda dengan keterangan terdakwa I Irman. Novanto sebelumnya menyebut hanya sekali bertemu dengan Irman pada saat Irman menjadi Plt Gubernur Jambi, dan itupun diakui setelah Jaksa memperlihatkan foto keduanya.

Namun Irman dalam keterangannya mengaku tiga kali bertemu dengan Novanto. Pertama di Hotel Grand Melia, kemudian untuk kedua di ruag Fraksi Golkar di DPR RI, dan ketiga saat Novanto berkunjung ke Jambi dan Irman menjabat sebagai Plt Gubernur di wilayah tersebut.

"Saya pernah bertemu dengan Pak Setya Novanto yang pertama pada di Grand Melia pada 2010 dengan Andi Narogong, kedua dengan Andi Narogong ketemu Pak Setya Novanto di ruang Ketua Fraksi Maret 2010 dan pertemuan ketiga adalah kita bertemu di Jambi saat saya menjadi Dirjen Kemendagri dan Setya Novanto hadir bersama beberapa menteri," terang Irman.

"Terakhir saya pernah melalui kurir ke rumah saya pesan dari Diah Anggraeni tolong sampaikan ke Pak Irman kalau menurut Dian, kalau saya ditanya termasuk KPK tolong sampaikan saya tidak kenal Pak Irman," sambung Irman.

Dan sama seperti sebelumnya, Novanto hanya mengakui adanya satu pertemuan yang terjadi di Jambi. "Saya tetap pada pendirian dan BAP saya di bawah sumpah," ujarnya.

Terakhir, terdakwa dua Sugiharto juga mempunyai keterangan berbeda dengan Novanto. Sugiharto diketahui ikut dalam pertemuan di Grand Melia bersama Andi Narogong, Diah Anggraini, dan juga Irman serta Novanto.

"Ke Pak Setya Novanto, pertemuan di Grand Melia pada Maret antara saya Pak Irman, Bu Diah, Andi Agustinus dan Pak Setya Novanto," pungkas Sugiharto. Dan Novanto pun tetap bersikukuh untuk tidak merubah keterangannya. "Saya tetap pada keterangan," imbuh Novanto.

BACA JUGA: