JAKARTA, GRESNEWS.COM - Partai Golkar telah kembali ke khittah sebagai partai pendukung pemerintah usai Setya Novanto terpilih sebagai Ketua Umum partai berlambang pohon beringin ini. Setya Novanto pun langsung mengumumkan Golkar menjadi mendukung Presiden Jokowi baik dalam pemerintahan maupun Pemilu 2019.

Setya menyatakan Golkar adalah partai yang sejak dahulu mendukung pemerintah sehingga seluruh anggota partai baik di parlemen dan DPR akan ikut mendukung program pemerintah. "Saya sebagai Ketua Umum bukan hanya membela, tapi juga mendukung Jokowi secara penuh," katanya di gedung DPR, Kamis (19/5).

Setya bahkan menyatakan bahwa sebelum pemilihan ketua umum Golkar berlangsung, ia telah melakukan konsolidasi ke cabang partai yang berada di 34 propinsi. Dalam konsolidasinya, Setya mengklaim menjalankan tujuh program Presiden Jokowi. "Saya akan buat visi untuk kerja sama dengan pemerintah, ini niat saya sejak keliling 34 provinsi," ujarnya.

Dalam rangka konsolidasi partai, dia pun berjanji akan memasukkan para caketum Golkar dalam Munaslub ke dalam susunan kepengurusan. "Ya tentu calon-calon daripada 7 kandidat mempunyai visi misi dan kelebihan masing-masing dan kader yang terbaik. Nah, untuk itulah saya akan mempertimbangkan masuk ke dalam kepengurusan. Nanti supaya benar-benar memberikan kontribusi besar untuk Partai Golkar nanti," ujarnya.

Para calon ketum tersebut adalah Ade Komarudin, Priyo Budi Santoso, Airlangga Hartarto, Syahrul Yasin Limpo, Indra Bambang Utoyo, Mahyudin, dan Aziz Syamsudin. Menurut Novanto, mereka akan ditempatkan pada posisi yang tepat. "Artinya memang harus tepat, di mana kedudukan mereka tentu saya akan pertimbangkan tempat-tempat yang memang cocok untuk bidangnya masing-masing," ucap Novanto.

Novanto sendiri belum menawarkan secara langsung kepada mereka. Tetapi dia yakin mereka akan bersedia. "Toh, mereka juga ingin bersama-sama. Jadi kita melakukan evaluasi-evaluasi," kata dia.

DUKUNG PEMERINTAH - Saat Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Bali beberapa hari lalu, Golkar telah menyatakan sikap keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP) dan mendukung pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Dengan dukungan penuh dari Golkar, baik dalam pemerintahan maupun Pilpres 2019 Jokowi seolah diatas angin.

Setya Novanto dan Partai Golkar telah melengkapi kesuksesan konsolidasi Jokowi. "Kemarin kekuatan Pak Jokowi itu 50 persen, sekarang setelah Golkar masuk menjadi 75 persen. Konsolidasi Pak Jokowi sangat cepat," ungkap M. Qudori dari Indobarometer saat diskusi dialektika di Media Center DPR Senayan, Kamis (19/5).

Hendrawan Ketua DPP PDIP menyambut baik bergabungnya Golkar ke pemerintah, walaupun manuver Golkar terlihat seperti salto politik tapi ini adalah sebuah rahmat. Menurutnya dengan bergabungnya Golkar membuat pemilu 2019 menjadi tidak terduga apabila Jokowi mencalonkan kembali.

Ia pun tidak takut apabila saat pemilu 2019 nanti, Golkar akan "menculik" Jokowi sebagai calon dari partai Golkar "DNA dan casing Pak Jokowi itu marhaenis. Kalau Golkar kan, maaf kalau pakai terminologi yang kita sederhanakan, dianggap partai borjuis. Kalau PDIP partai wong cilik, marhaenis. Pak Jokowi DNA dan casingnya marhaenis," katanya.

Menurut Hendrawan, dukungan partai lain untuk Jokowi sebagai calon presiden 2019 tak akan berarti tanpa PDI Perjuangan. Masyarakat sudah memandang bahwa PDIP dan Jokowi mewakili wong cilik melalui penampilan yang sederhana.

"Kalau partai lain yang jagokan Pak Jokowi mungkin tidak nendang tanpa PDIP. Ini image lho. Image masyarakat partai wong cilik PDIP. Pakaian sederhana, penampilan sederhana (Jokowi)," kata dia.

Terkait kemungkinan PDIP dan Golkar berkoalisi mendukung Jokowi di Pilpres 2019, kata Hendrawan, kemungkinan itu bisa saja terjadi.

Dukungan Partai Golkar untuk Jokowi sebagai capres 2019 dikemukakan oleh salah satu politisi seniornya Yorrys Raweyai. Menurut Yorrys, salah satu keputusan penting di Munaslub Golkar 2016 adalah mendukung Jokowi di Pilpres 2019. "Golkar mendukung pencalonan Jokowi untuk 2019. Bukan hanya mendukung, tapi mengusung," kata politikus Golkar Yorrys Raweyai kepada detikcom, Rabu (18/5).

KLAIM TAK BERSALAH - Perlu diketahui, sebelum terpilih sebagai sebagai Ketua Umum Golkar beberapa hari yang lalu, Setya Novanto pernah menjabat sebagai ketua DPR. Akan tetapi jabatan itu dicopot setelah terlibat kasus suap perpanjangan kontrak PT Freeport yang mencatut nama Presiden Jokowi.

Ia mengatakan, walau citra Golkar sudah dikonotasikan negatif pada dirinya, ia mempercayakan seluruh penilaian kepada masyarakat untuk melihat dirinya. Ia merasa tidak pernah melakukan perbuatan tercela ataupun kejahatan, keadaan yang lalu jangan digeneralisasi untuk pencitraan.

"Semua yang saya lakukan demi kepentingan rakyat dan Partai," ungkap Setya.

Mundurnya Setya sebagai ketua DPR pada waktu itu adalah sebuah pengorbanan yang harus dilakukan, karena ada aturan-aturan yang ada di UU MD3 yang perlu diperbaiki segera. Walaupun citra partai menjadi buruk tapi Setya meyakini akan dapat memulihkannya dalam waktu 6 bulan. "Biarlah saya sebagai ketua waktu itu yang berkorban, yang lain jangan," ungkapnya.

Selain mendukung Jokowi, isyarat dukungan pun mengarah ke Ahok dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Mantan wakil Jokowi saat menjabat Gubernur DKI tak luput dari dukungan Setya Novanto. Menurutnya Ahok adalah orang yang sangat baik dan berkontribusi besar terhadap Jakarta, hal ini ia buktikan dengan berhasilnya menangani persoalan banjir di Jakarta.

"Dia bekerja untuk kepentingan orang banyak, dengan prinsip kerja, kerja, kerja!" tegas Setya.

BACA JUGA: