JAKARTA, GRESNEWS.COM - Perbedaan agama dan kepercayaan di masyarakat tidak boleh menjadi penghalang untuk saling menghargai. Perbedaan adalah karunia Tuhan yang diberikan bagi bangsa Indonesia. Sudah seharusnya kita semua saling menghargai perbedaan satu sama lain.

Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Ayub Manuel Pongrekun mengatakan hal itu kepada gresnews.com melalui sambungan telepon, Kamis (16/7). Ayub dimintai pendapatnya oleh reporter gresnews.com Lukman Al Haries tentang makna Idul Fitri bagi kehidupan seluruh umat beragama di Indonesia.

"Idul Fitri adalah saat yang tepat untuk saling membantu dan bersilaturahmi antarumat beragama yang ada di Indonesia. Teman-teman yang Kristen dan pemeluk agama yang lain berkewajiban memberikan bantuan dan bersilaturahmi dengan umat Islam, yang sedang merayakan Idul Fitri," kata Ayub.

Oleh sebab itu, Ayub memandang bila hari baik Idul Fitri tersebut juga dirasakan oleh keluarga besar bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam latar belakang agama dan budaya.

"Idul Fitri merupakan hari baik bagi saudara muslim yang merayakannya. Itu merupakan hari penuh kebahagiaan. kita sebagai bagian dari keluarga besar Indonesia juga merayakan itu. Kami merasa senang ada perayaan Idul fitri yang dirayakan oleh saudara kita itu," ujar Ayub.

PERKUAT TOLERANSI - Pandangan yang sejuk juga diutarakan oleh mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Ketua Umum PMKRI Lidya Natalia Sartono menyatakan Idul Fitri harus dimaknai sebagai momentum menjaga toleransi di antara pemeluk agama dengan terus menerus menjaga tali silaturahmi dalam negara Republik Indonesia yang majemuk ini.

"Setiap umat itu kan pasti ada imannya. Iman itu tidak pernah mengajarkan kita mencela satu sama lain, apalagi melanggar hak asasi orang lain,” ujarnya.

Oleh karena itu Lidya mengajak kepada seluruh umat beragama agar memperkuat keimanan masing-masing. Setelah itu baru akan lahir rasa toleransi dan saling menjaga satu sama laim. Ini yang harus kita jaga dan dipelihara.

"Karena dalam Negara Indonesia penuh dengan kemajemukan. Tanpa ada perbedaan itu keindahan Indonesia tidak akan pernah muncul," ujar mahasiswa asal Pontianak ini.

Menurut Lidya, toleransi itu penting, mengingat sebagai bangsa, kita harus mewaspadai paham-paham radikal yang mulai tumbuh di tengah masyarakat Indonesia. Tidak saja yang berasal dari Islam tetapi juga dari seluruh agama dan kepercayaan lain yang ada di Indonesia.

"Bangsa Indonesia itu harus jeli. Karena dasar kebangsaan dan kebersamaan kita hari ini sebagai orang indoensia justru berasal dari perbedaan di semua lini. Hati-hati dengan paham radikal," ujarnya.

NODAI IDUL FITRI - Namun, pernyataan dua pimpinan organisasi gerakan mahasiswa Kristen dan Katolik itu seperti berputar-putar di ruang hampa. Tepat pada hari pertama Idul Fitri, Jumat (17/7), sekelompok orang menyerang umat Islam yang tengah menunaikan salat Ied di salah satu masjid di kawasan Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua Komisaris Besar Patridge Renwarin mengkonfirmasi kejadian tersebut berlangsung mulai pukul 07.10 WIT. "Datang sekelompok orang teriak-teriak mengancam dan melakukan pelemparan ke warga," kata Patridge, Jumat (17/7).

Menurut dia, awalnya ada sekitar 30 orang yang datang melakukan penyerangan, namun jumlahnya bertambah menjadi sekitar 70 orang. Setelah warga menyelamatkan diri, para penyerang langsung melakukan pembakaran rumah warga yang juga difungsikan sebagai kios.

"Pembakaran rumah kios dari arah belakang dan merambat ke rumah lain di kiri-kanan juga ke musala. Ada 70 kios rumah yang konstruksinya dari papan kayu, terbakar," imbuhnya.

Personel Polri/TNI yang mengamankan jalannya salat Ied sempat menghalau para penyerang. "Tapi karena penyerang jumlahnya begitu banyak, anggota tidak mampu mengatasi," sambungnya.

Berkaitan dengan kronologi kejadian tersebut, laman jurnalisme warga citizenjurnalism.net melaporkan pandangan mata kejadian itu sebagai berikut:

Pada tanggal 17 Juli 2015 pukul 07.00 WIT bertempat di lapangan Makoramil 1702-11/Karubaga Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, telah berlangsung kegiatan salat Idul Fitri 1436 H yang dipimpin oleh Ustad Junaedi dan berujung pada keributan antara Jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang sedang melaksanakan seminar internasional dengan Umat muslim yang sedang melaksanakan salat Ied. Jemaat GIDI dipimpin oleh Pdt. Marthen Jingga dan Harianto Wanimbo (Korlap).

Kronologi kegiatan sebagai berikut:
Tanggal 11 Juli 2015 telah memberikan surat selebaran yang mengatasnamakan Jemaat GIDI dan berisi, "GIDI Wilayah Toli, selalu melarang agama lain dan gereja Denominasi lain tidak boleh mendirikan tempat-tempat ibadah lain di. Kabupaten Tolikara dan melarang berlangsungnya kegiatan ibadah shalat Ied Umat muslim di kabupaten Tolikara yang ditandatangani oleh Pdt. Marthen Jingga S.Th Ma dan Pdt. Nayus Wenda S.Th."

Pukul 07.00 WIT saat Jamaah muslim akan memulai kegiatan shlt Ied di lapangan Makoramil 1702-11/Karubaga Pdt. Marthen Jingga dan sdr. Harianto Wanimbo (koorlap) menggunakan megaphone berorasi untuk tidak melaksanakan ibadah shlt Ied di Tolikara.

Pukul 07.05 WIT saat memasuki Takbir ke 7 Shlt Ied massa dari Pdt. Marthen Jingga dan Sdr. Harianto wanimbo (Koorlap) mulai berdatangan dan melakukan aksi pelemparan batu dari bandara Karubaga dan luar lapangan Makoramil 1702-11/karubaga yang meminta secara paksa untuk membubarkan kegiatan Shlt Ied dan mengakibatkan kepanikan jamaah shlt Ied yang sedang melaksanakan shalat.

Pukul 07.10 WIT Massa dari Pdt. Marthen Jingga dan Harianto Wanimbo (Koorlap) mulai melakukakan aksi pelemparan batu dan perusakan kios-kios yang berada didekat dengan masjid baitul mutaqin.

Pukul 07.20 WIT Aparat keamanan berusaha membubarkan massa dengan mengeluarkan tembakan namun massa semakin bertambah dan melakukan pelemparan batu kepadan aparat keamanan.

Pukul 07.52 WIT massa yang merasa terancam dengan tembakan peringatan dari aparat keamanan melakukan aksi pembakaran kios yang berada didekat masjid milik Bpk. Sarno yang bertujuan ingin membakar masjid Baitul Mutaqin.

Pukul 08.30 WIT Api yang sudah membesar merambat kebagian-bagian kios dan menjalar kebagian masjid.

Pukul 08.53 WIT bangunan kios-kios dan masjid rata terbakar.

Pukul 09.10 WIT Massa dari Pdt. Marthen Jingga dan Harianto Wanimbo (Koorlap) berkumpul di ujung bandara karubaga untuk bersiaga.

Kerugian:
Personil: masih dalam tahap pemeriksaan.
Materil:
Masjid Baitul mutaqin habis terbakar.
Kios Klontong milik bpk. Sarno habis terbakar.
Kios pakaian milik Bpk. Masara habis terbakar.
Kios Pakaian milik Bpk. Mansyur habis terbakar.
Kios Pakaian milik Bpk.Yusuf habis terbakar.
Kios Pakaian milik Bpk. Darman habis terbakar.
Kios Pakaian milik Bpk. Agil habis terbakar.
Kios Pakaian milik Bpk. Bustam habis terbakar.
Kios Pakaian milik Bpk. Asdar habis terbakar.
Kios Pakaian milik Bpk. Sudir habis terbakar.
Kios milik Bpk. Halil usman habis terbakar.
Kios milik Bpk. Ali muhtar habis terbakar.
Kios milik Bpk. Sudirman habis terbakar.
Kios milik Bpk. Febi habis terbakar.

Sementara itu, Polda Papua menyatakan telah mengidentifikasi pelaku penyerangan itu. Menurut Kombes Partridge, ada 11 orang penyerang yang berhasil dilumpuhkan personel Polri/TNI.

"Dari kelompok pengganggu ada 3 orang yang mengalami luka dievakuasi ke Jayapura, dan 8 orang dirawat di Puskesmas Tolikara," ujar Partridge.

Kesebelas orang penyerang ini terluka saat berhadapan dengan personel gabungan yang mengamankan jalannya salat Idul Fitri warga. "Kami sudah melakukan upaya persuasif, setelah itu tembakan peringatan namun karena terdesak kami melakukan tembakan melumpuhkan para penyerang," tutur Patridge.

Para penyerang mulanya melakukan pelemparan ke arah warga yang sedang salat pada sekitar pukul 07.10 WIT. Saat warga berhamburan menyelamatkan diri ke Koramil setempat, penyerang mulai membakar rumah yang juga difungsikan sebagai kios.

Akibatnya total 70 rumah kios berkonstruksi papan kayu yang terbakar. "Tidak ada korban jiwa dari kelompok masyarakat yang salat Id," sambungnya.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak GIDI.

SIAPAKAH GIDI? - Berdasarkan penelusuran gresnews.com dari berbagai sumber, pada Senin, 15 Juni 2015, Gedung GIDI Jemaat Mondu di Distrik Yambi, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, hangus dibakar oleh kelompok orang tak dikenal (OTK) hingga rata dengan tanah.

Ketua Klasis Puncak Jaya Dainus Game menyatakan keprihatinan pihaknya atas kejadian menyedihkan ini. Karena ini kali pertama denominasi Kristen terbesar ketiga di Pegunungan Tengah Papua setelah Gereja Baptis Papua dan Gereja Kingmi Papua ini mengalami penyerangan seperti ini.

"Ini sejarah pertama gereja dibakar di Pegunungan Tengah. Ini sesuatu yang menyedihkan, semua orang baik kecil dan besar sedih sekali. Karena ini rumah Tuhan bisa dibakar," ujarnya di Jayapura, Selasa (12/7), seperti dikutip Suara Pembaruan dan Papuanesia.

Ia mengetahui pembakaran gedung GIDI Mondu terjadi sekitar pukul 19.00 WIT.

"Kejadiannya sore, sekitar pukul 14.15 WIT. Bagi saya, mereka ini lawan pembangunan, pemerintah, gereja, masyarakat juga melawan Tuhan," tegasnya.

GIDI berdiri sejak tanggal 12 Februari 1962. Terdaftar pada: Departemen Agama RI di Jakarta Nomor: E/Ket/385-1745/76. Daftar Ulang: F/Ket/43-642/89. Akta Nomor: 15 Tanggal06 Januari 1989. Bentuk: Otonom dan Gereja Nasional. Masa Berlaku: Tak Terbatas. Sistem Pemeritahan: Presbiterian-Kongregasional.

"Dari kampung terpencil, di pegunungan Tanah Papua, telah lahir sebuah gereja yang Injili, yang mewarnai budaya dan tradisi Masyarakat Adat Papua, Gereja Injili yang kini telah mendunia, menjadi berkat bagi sekalian umat manusia semesta," demikian kalimat pembuka laman gidi.info

"Penginjilan belum selesai!" Itu semboyan yang kerap diteriakkan jemaat gereja yang dalam Bahasa Inggris disebut The Evangelical Church of Indonesia.

Keterangan dalam laman itu menyebutkan, pada 2013, GIDI mencapai usia 50 tahun. Diklaim, setidaknya 12.000 orang ikut dalam perayaan tersebut di Stadion Sentani, Papua.

GIDI adalah gereja nasional yang bermitra dengan World Team di Papua. Tujuan dari World Team ini adalah, "World Team’s strong desire is not just for reaching the unreached, but for working together to establish reproducing churches." (bukan hanya menjangkau yang tidak terjangkau melainkan bekerja bersama-sama untuk membangun gereja-gereja).

GIDI terdiri dari 754 jemaat yang terbagi dalam 58 klasis (grup) di 8 wilayah di Papua. Ada 970 pendeta dan 40.703 pengkabar yang melayani setidaknya 337 ribu orang.

Terdapat pula 12 sekolah Injil dalam bahasa lokal dan 4 sekolah Injil berbahasa Indonesia. GIDI berkembang hingga ke Lampung dan Jawa. Misi internasional GIDI ini terutama di Papua Nugini, Australia, dan Israel.

Susunan pengurus GIDI pusat adalah:
President: Rev. Dorman Wandikbo
Vice President: Rev. Usman Kobak, S.Th, MA
Secretary-General: Rev. Samuel Souga, S.Th
Vice Sec-Gen: Timmy Taime, SH
Treasurer: Ev. Yulyus Bidana
Vice Treasurer: Rev. Yan Koireuwa

Ada juga nama Lipiyus Biniluk, pemimpin GIDI yang disebut-sebut telah mempersatukan kongregasi-kongregasi di Papua yang terdiri dari banyak suku.

Informasi lain tentang sejarah GIDI klik tautan ini. (pusatgidi.org)

TEGAKKAN HUKUM - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan kasus ini akan ditangani cepat.

"Sudah ditangani, Wakapolda (datang) ke sana. Saya berharap ini tidak berkembang. Diharapkan tokoh-tokoh dikumpulkan bersama," kata Badrodin saat datang halal bihalal ke kediaman Megawati Soekarnoputri di Menteng, Jakpus, Jumat (17/7).

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla berharap masyarakat Papua bisa melakukan proses komunikasi lebih baik dalam setiap penyelesaian.

"Mungkin butuh komunikasi lebih baik lagi untuk acara-acara seperti itu. Kepolisian dan pimpinan setempat bisa menyelesaikan masalah itu sesuai hukum," ujarnya.

Dia mengimbau agar masyarakat Papua bisa mengedepankan toleransi antar umat beragama. Ia meminta agar dua kepentingan tidak saling bertabrakan.

"Masyarakat dapat mengetahui dua kepentingan yang bertepatan. Satu Idul Fitri, satu karena speaker, saling bertabrakan. Mestinya kedua-duanya menahan diri. Masyarakat yang punya acara keagamaan lain harus memahami," tuturnya.

Ketua DPR Setya Novanto pun berharap agar kasus tersebut tidak dikaitkan dengan permasalahan politik maupun SARA.

"Kita mengimbau seluruh pihak-pihak, keluarga yang ada di Papua jadikan masalah ini hati-hati. Jangan dikaitkan dengan politik, agama, suku dan arah-arah sosial," ungkap Novanto di rumah dinasnya, Jl Widya Chandra III, Jakarta, Jumat (17/7).

Novanto pun meminta agar jajaran kepolisian mengusut tuntas kasus ini. Kapolda Papua diminta segera mengupayakan untuk mengungkap jelas mengenai peristiwa tersebut.

"Kebakaran ini saya minta pihak kepolisian menindaklanjuti. Karena ini terjadi di hari raya, tentu kita harapkan kebakaran ini Kapolda mencari jalan untuk mengungkap penyebabnya. Mudah-mudahan ini murni kebakaran bukan karena disengaja," tutur Novanto.

Semua pihak diharapkan Novanto dapat menahan diri dan tidak tersulut emosi. Jangan sampai permasalahan akan berujung pada hal-hal yang berbau sensitif.

"Agar ada kenyamanan antara agama satu yang lain supaya tercipta bersatu demi kebangkitan bangsa dan negara," ucap politisi Golkar itu. (dtc)

BACA JUGA: