JAKARTA, GRESNEWS.COM - Tim Densus 88 Mabes Polri menangkap empat warga negara asing (WNA) yang masuk ke Indonesia menggunakan paspor palsu. Keempatnya diduga akan bertemu dengan orang-orang jaringan kelompok Santoso di Poso. Keempat WNA itu adalah A Basyit, A Bozoghlan, A Bayram dan A Zubaidan.

Penangkapan empat warga dilakukan di Desa Marantale, Kabupaten Parigi Moutong, sekitar 80 kilometer arah Timur Kota Palu, Sulawesi Tengah bersama dengan WNI yang diduga akan menghubungkan kelompok Santoso. Empat WNA masuk Indonesia melalui Malaysia menuju Bandung. Dari Bandung mereka langsung ke Makassar. Di Makassar empat WNA dan tiga WNI terdeteksi keberadaannya hingga pada Sabtu (13/9) WITA.

Dalam penjelasannya pihak Kepolisian mengatakan keempat WNA yang dicokok tersebut merupakan anggota ISIS. "Mereka menggunakan paspos palsu," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Ronny F Sompie, Senin (15/9). Saat ini keempat WNA tersebut tengah diperiksa di MAKO Brimob Kelapa Dua Depok. Belum ada keterangan tentang status keempat WNA ini. Sementara tiga WNI diperiksa di Polda Sulawesi Tengah.

Pengamat terorisme dari Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) Johan Wahyudi mengatakan penangkapan empat WNA asal Turki tidak buru-buru dikait-kaitkan dengan gerakan ISIS global. Sebab saat ini isu ISIS memang jadi isu global yang seksi.

Johan mengatakan belum melihat indikasi keterlibatan kelompok Santoso dengan kelompok ISIS global. Jika dikaitkan dengan visi misi gerakan serta penyandang dana baru bagi kelompok Santoso, Johan mengaku melihat hubungan tersebut. Sebab kelompok Santoso merupakan alumni Afghanistan yang punya penyandang dana sendiri dalam kegiatan terornya.

Namun seiring perkembangan, Johan tak menampik jika kelompok Santoso mulai menjalin kontak dengan jaringan ISIS. Sebab ISIS sendiri juga sedang membutuhkan jaringan yang bisa menyebarkan paham dan visi misinya. "Mereka punya cita-cita sendiri untuk diakui di berbagai negara lain," kata Johan kepada Gresnews.com.

Sedangkan peneliti terorisme pada Kajian Stratejik Intelejen dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, mengatakan penangkapan ini membuka hubungan baru kelompok teroris pimpinan Santoso di Poso dengan ISIS di Irak/Suriah. Penangkapan ini juga menghantarkan informasi baru terhadap kelompok teroris .

"Mereka diduga kuat akan memberikan dana sekaligus melihat langsung peta kekuatan kelompok teroris di Indonesia Timur sebagai bahan laporan untuk Abu Bakr Baghdady (pemimpin ISIS)," kata Ridlwan melalui siaran pers, Senin (15/9).

Hingga saat ini, kelompok Santoso diketahui telah mengirimkan sebagian anggotanya ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

BACA JUGA: