JAKARTA, GRESNEWS.COM - Mungkin Ketua DPR Setya Novanto memang memiliki kesaktian tertentu. Bayangkan saja, ketika ditetapkan sebagai tersangka kasus E KTP oleh KPK, dia mendadak sakit. Dalam sakitnya, sempat-sempatnya "Papa" Setnov melayangkan gugatan praperadilan atas penetapan dirinya sebagai tersangka, dan menang pula. Dipanggil sebagai saksi dia mangkir meski kerap hadir sebagai saksi di persidangan.

Kemudian, ketika ditetapkan sebagai tersangka untuk kedua kalinya, dia kabarnya sempat sakit lagi. Kini, saat akan dijemput paksa oleh penyidik KPK, sang "Papa" menghilang entah kemana. Seperti diketahui, setelah terus mangkir dari pemanggilan untuk pemeriksaan baik sebagai saksi maupun tersangka, pada Rabu (15/11) malam, sekitar pukul 21.30, belasan penyidik KPK dikawal anggota Brimob Polri mendatangi

Belasan penyidik KPK dengan dikawal anggota Brimob akhirnya mendatangi rumah Novanto di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Penyidik datang dengan membawa surat penangkapan Novanto dan surat penggeledahan rumah.

Penyidik mencari keberadaan Novanto. Namun, Novanto tidak ditemukan di kediamannya. Kemudian, penyidik KPK melakukan penggeledahan selama 5 jam. Mereka pun pulang dengan membawa koper dan CCTV yang berada di pos sekuriti.

Meski tak menemukan Novanto, namun penyidik KPK sempat melakukan penggeledahan di rumah Ketua Umum Partai Golkar itu. Pengacara Setya Novanto, Fredrich Yunadi, menyebut penyidik KPK menggeledah kamar hingga lemari kliennya. Fredrich pun menegaskan Novanto tak punya rahasia yang disembunyikan.

"Kita tak ada rahasia. Beliau tidak punya rahasia. Sampai kamarnya, sampai lemari bajunya. Silakan nggak ada. Memang nggak sesuatu yang rahasia. Silakan diperiksa. Foto-foto diperiksa silakan nggak ada masalah apa-apa," kata Fredrich di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jaksel, Kamis (16/11).

Fredrich menyebutkan pihaknya sangat terbuka terhadap penggeledahan yang dilakukan oleh KPK. Namun dirinya tetap mengawasi jalannya penggeledahan tersebut. "Akhirnya sampai lama, mereka bilang boleh nggak saya geledah. Silakan tapi kita awasi," terangnya.

Fredrich juga menegaskan kliennya itu tidak sedang bersembunyi. Menurutnya, Novanto adalah orang yang sangat patuh terhadap hukum "Yang jelas saya kasih tahu neliau itu bukan sembunyi, saya dipersilakan mau cari kolong bawah, cari sono," ujarnya.

Sementara itu, menurut Fredrich, istri Novanto yakni Deisti Astriani Tagor merasa risau dengan adanya penangkapan tersebut. Fredrich sebagai pihak yang mewakili keluarga juga sempat meminta waktu penggeledahan dipercepat.

"Ya sangat khawatir. Ibu (Deisti) sangat risau. Ibu nggak bisa berbuat apa apa. Saya mendesak KPK. Bisa nggak dipercapat? Ibu itu kan sakit, juga anak kecil, saya bilang kalau mau geledah. Jangan sampai mengganggu anak," tuturnya.

KEMANA NOVANTO? - ´Menghilangnya´ Novanto menyisakan tanda tanya besar. Pengacara Novanto, Fredrich Yunadi, mengaku Novanto terakhir terlihat rapat paripurna pembukaan masa sidang di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.

Fredrich bahkan membuat janji bertemu dengan Novanto pukul 19.00 WIB. Saat Fredrich tiba di kediaman kliennya pukul 18.40 WIB, Novanto sudah tidak ada. Ternyata dia dijemput orang entah siapa. "Ajudan bilang Bapak pergi dijemput sama tamu," kata Fredrich.

Fredrich yakin kliennya masih berada di Jakarta."Saya yakin 100 persen di Jakarta. Beliau bukan pengecut, cuma beliau tidak ikhlas diperkosa," ujarnya.

Fredrich mengaku tak tahu keberadaan Novanto. Dia juga mengaku tak bisa berkomunikasi dengan kliennya itu. "Beliau itu sejak saya tiba di sini (rumah Novanto, red), sebelum tiba di sini saya masih telepon, beliau sudah nggak ngangkat telepon, ajudannya, bukan beliau, nggak diangkat. Mungkin 18.30 WIB (kemarin petang, red). Kurang lebih. Saya tanya kok Bapak pergi. Kok ajudannya nggak angkat telepon ya. Wah nggak tahu," kata Fredrich.

Fredrich yakin Novanto masih berada di Indonesia. Bahkan Novanto, sebelum menghilang dan harus dicari aparat KPK, sempat pulang kerumah dari Gedung DPR untuk sekadar ganti baju. "Oh ya, definitely yes," kata dia. Dia hanya tahu, ada satu ajudan Novanto yang ikut dibawa Novanto. Asisten pribadi tak dibawa Novanto.

Fredrich mengatakan, Ketua DPR itu ingin bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi). "Yang jelas, langkah selanjutnya kita akan menemui pimpinan negara, yang pasti Presiden kami minta waktu untuk bertemu," kata Fredrich.

Dia hendak bertanya ke Jokowi perihal kasus Ketua DPR yang dikenai proses hukum ini. Menurut Fredrich ada hak imunitas yang dimiliki Novanto sehingga aparat penegak hukum tak bisa sembarangan memroses. "Kami akan tanya sama Presiden, marwah negara, Undang-Undang Dasar, apakah Undang-Undang Dasar dilecehkan kalau ada sebagian...," tutur Fredrich.

Wakil Ketua MPR dari Fraksi Golkar Mahyudin yang mengaku sudah berada di rumah Novanto sejak petang pun tak bertemu dengan tuan rumah, hingga dia keluar sekitar pukul 23.34 WIB. Mahyudin mengaku hanya melihat istri dan para asisten rumah tangga.

Terakhir kali terlihat, Novanto hadir di sidang paripurna pembukaan masa sidang DPR. Sebagai Ketua DPR, Novanto berpidato, pidato pembukaan masa sidang. Novanto setelah itu berdiam di kantornya. Namun tak pernah terlihat dia meninggalkan Gedung DPR, setidaknya tidak dari pintu utama. Selain di DPR, Ketum Golkar itu bak hilang ditelan bumi.

Hingga pagi ini, tak terlihat Novanto berada di rumah. Kantor DPP Golkar di Jl Anggrek Neli Murni juga terlihat sepi pagi ini. Novanto yang kini hilang masih dicari keberadaannya. KPK mengatakan belum terlambat bagi Novanto untuk menyerahkan diri. Sedangkan Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie yakin Setya Novanto bakal mematuhi proses hukum.

Ical mengatakan, soal masa depan, diyakini Golkar tetap kuat. "Insya Allah Golkar akan tetap kuat," kata Ical, Menurut Ical, Partai Golkar yang diketuai Novanto itu sebenarnya juga dipimpin oleh segenap kepengurusan, tak hanya terpusat di satu orang saja.
Inilah sebabnya Golkar akan tetap kuat meski ada kasus yang menimpa Novanto. "Karena kepemimpinan Partai Golkar berada dari pusat sampai tingkat kelurahan," kata Ical.

Dia yakin Novanto bakal mengikuti proses hukum yang berlaku. Bila saja posisi Ketua Umum Partai Golkar menjadi terpengaruh, maka gelaran Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) bisa terjadi bila syarat terpenuhi. Namun, Ical menegaskan Munaslub hanya bisa terjadi jika ada permintaan dari pengurus daerah. "Yang bisa memutuskan adanya Munaslub adalah keputusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) atau dua per tiga Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I," kata Ical. (dtc)

BACA JUGA: