SELAMA ini asap knalpot, aktivitas industri, serta industri peternakan skala besar dituding sebagai biang keladi yang memicu pemanasan global (global warming). Namun, riset Profesor Graeme Ruxton dari St Andrews University, Skotlandia, mementahkan anggapan yang sudah dianut selama beberapa dekade terakhir.

Riset Profesor Ruxton menyimpulkan bahwa dinosaurus adalah penyumbang terbesar timbulnya perubahan iklim di muka bumi. Pasalnya, selama hidupnya, dinosaurus menciptakan gas yang luar biasa besarnya di dalam perut selama hidupnya. Hal itu sebagai konsekuensi dari aktivitas metabolik di tubuh hewan purba tersebut.

Menurut Profesor Ruxton, selama 150 tahun hidupnya, hewan raksasa itu memancarkan gas metana yang berpotensi menimbulkan pemanasan global.

Dinosaurus pemakan tumbuhan, Sauropods, diperkirakan sebagai hewan purba yang memproduksi gas metana terbesar. Hal itu karena jumlah tanaman hijau yang dikonsumsinya.

Tim peneliti menghitung, hewan itu akan secara aktif memproduksi lebih dari 520 juta ton metana per tahun. Jumlah itu jauh lebih besar ketimbang metana yang diproduksi oleh seluruh sumber yang memproduksi gas metana pada saat sekarang ini.

"Jumlah yang sangat besar karea dengan mudah untuk menghangatkan planet ini," kata Profesor Ruxton.

Salah satu spesies dinosaurus itu, argentinosaurus, dengan bobot 90 ton akan memakan sedikitnya setengah ton makanan setiap hari. Setelah diolah di dalam perutnya, menu diet tersebut akan menghasilkan ratusan liter gas rumah kaca setiap hari. Bandingkan dengan sapi modern yang hanya memproduksi 200 liter gas metana per hari.

Pendapat senada disampaikan asisten peneliti David Wilkinson, dari Liverpool John Moores University. Menurut Wilkinson, metana yang dihasilkan manusia di era modern ini hanya seperlima dari yang dihasilkan saat dinosaurus masih berjalan di muka bumi.

"Bahkan, perhitungan kami menunjukkan bahwa dinosaurus mungkin telah menghasilkan metana lebih dari semua sumber modern, alam dan manusia secara bersama-sama," ujar Wilkinson, seperti dikutip Sunday Times.

Selama ini, orang berpandangan bahwa manusia telah memicu produksi gas rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global. Bahkan, aktivitas manusia di era modern bertanggung jawab terhadap 20 persen dari pemanasan global yang terjadi saat ini.

Berbagai aktivitas manusia, seperti tempat pembuangan sampah, gas alam, sumber minyak bumi, serta kegiatan pertanian dicap sebagai pemicu peningkatan produksi gas metana. Gas ini 20 kali lebih efektif dalam memerangkap panas di atmosfer ketimbang karbon dioksida (CO2).

Terbetik pertanyaan atas temuan ilmiah tersebut, akankah kita manusia modern ini bakal seenaknya ´menyakiti´ bumi tercinta ini?

BACA JUGA: