Pendidikan Anak Usia Dini Bintang Ceria, namanya. Sekolah yang dikhususkan bagi anak-anak usia pra sekolah dasar ini, terbilang unik lantaran berdiri di bawah kolong jembatan daerah Pejagalan, Tambora, Jakarta Barat. Namun yang membuat sekolah ini istimewa adalah lantaran PAUD Bintang Ceria menggratiskan semua biaya pendidikan untuk anak-anak kebanyakan berasal dari keluarga yang tidak mampu.

"Kita nggak ada uang pangkal atau bayaran, hanya uang kas Rp2000 per hari dulu malah hanya Rp1000, itu digunakan untuk membetulkan kondisi PAUD kalau ada yang rusak kayak bocor atau apa," kata Farah seorang pengajar saat ditemui gresnews.com di lokasi.

Menurut Farah, semua biaya operasional di PAUD ini memang benar-benar berdasarkan swadaya atau hasil "iuran", dari orang tua murid. "Meski berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja tapi mereka masih mau menyisihkan uang untuk pendidikan anak," tambah wanita yang sehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini. Farah menyesalkan kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap pendidikan anak-anak di PAUD tempatnya mengajar.

Menurutnya orang-orang yang duduk di pemerintahan sebenarnya mengetahui keberadaan PAUD Bintang Ceria namun mereka terkesan tidak peduli dan bahkan mempersulit terkait perizinan. "Dulu pernah ada dari pemerintah bantuan tapi sekarang nggak ada, malah kadang dipersulit, lagian juga saya milih nggak usah dapat bantuan dari pemerintah karena percuma banyak potongannya, potong sana potong sini ya habis," keluhnya.

Berdiri sejak tahun 2011, PAUD ini memang mampu mengubah kawasan kolong jembatan Tambora yang dulunya terkesan angker dan seram menjadi kawasan yang ramah anak. "Lingkungan di sini kurang baik untuk perkembangan anak, narkoba atau pergaulan yang nggak baik, dulu tempat ini digunakan untuk hal-hal yang negatif seperti nongkrong-nongkrong, minum, narkoba dan sejenisnya tapi sejak ada PAUD, mereka yang begitu-begitu sudah pindah, mungkin malu, sudah lebih positif sekarang disini," jelas Farah.

Kondisi PAUD Bintang Ceria memang persis berada di bawah kolong jembatan, namun berbeda dengan kondisi kolong jembatan yang biasanya terkesan kumuh, jorok dan angker, kondisi dimana PAUD Bintang Ceria berada tertata rapi dan terlihat nyaman, bersih. Berukuran tidak lebih dari 60x50 meter lingkungan PAUD di cat warna-warni dan dipenuhi oleh mural-mural mengenai dunia anak.

Di samping kiri bangunan utama PAUD terdapat arena bermain untuk anak. Ada kurang lebih 59 murid aktif yang belajar di tempat ini. Seorang warga Pejagalan yang tengah menunggu anaknya yang belajar di PAUD Bintang Ceria mengaku cukup terbantu dengan adanya PAUD Bintang Ceria. "Murah, kadang serelanya kita ngasih duit, anak-anak juga aman bisa maen di sini, lega kalau di rumah sumpek, sempit nggak ada tempat main," katanya.

Dengan dibantu 3 orang tenaga pengajar lainnya, Farah membagi proses belajar dalam 3 waktu belajar setiap harinya yaitu pukul 8.30-9 pagi, lalu pukul 9 pagi hingga 11.30 dan yang terakhir pukul 11.30 hingga pukul 12 siang. "Untuk gaji tenaga pengajar kita ambil dari uang les anak-anak yang mau dapat pelajaran tambahan usai jam mengajar di tempat ini," jelasnya.

Kolong jembatan memang bukan tempat ideal untuk anak-anak menempuh ilmu. Debu, bising suara mesin kendaraan yang lalu-lalang membuat proses belajar menjadi terganggu dan tidak efektif, namun setidaknya apa yang dilakukan Farah dan beberapa orang pengajar di PAUD Bintang Ceria patut mendapat apresiasi. Mereka memilih bertindak nyata, memberikan pendidikan bagi yang kurang mampu dari sekadar hanya berwacana mencerdaskan kehiudpan bangsa.

"PAUD bertujuan membentuk karakter anak, memberikan pendidikan akademis kepada anak mungkin bisa dilakukan cepat namun untuk membentuk karakter anak yang baik itu yang sulit," ujar Fara menutup pembicaraan. (Edy Susanto/Gresnews.com)

BACA JUGA: