Senyum Yuli (52) mengembang, dengan wajah sumingrah ketika berkaca usai menjalani pemasangan mata palsu di sebuah klinik kawasan Kebon Jeruk Jakarta Barat. Yuli senang, beban rasa minder bertahun-tahun kini terobati berkat mata palsu yang baru saja di perolehnya.

Kecelakaan kerja yang di alaminya 7tahun lalu membuat buruh pabrik beranak 3 ini harus kehilangan bola matanya sebelah kiri. "Awalnya di kucek kayak iritasi terus bola mata yang hitam berubah jadi merah," kata Yuli kepada gresnews.com beberapa waktu lalu.

Yuli enggan berobat ke dokter meski kondisi matanya sudah sangat menggangu. "Cuma berobat ke alternatif,"ujar Yuli.

Karena tidak di tangani dengan benar, bola matanya bertambah parah, berubah menjadi putih dan semakin terasa hingga akhirnya Yuli memutuskan untuk berobat ke dokter namun semua terlambat, dokter memutuskan untuk mengangkat bola mata sebelah kiri untuk menghindari infeksi menjalar ke bagian lain di kepalanya.

"Dua kali operasi nah yang terakhir diangkat, sehabis operasi di pinjemin dulu mata palsu oleh dokter lalu di sarankan untuk bikin sendiri,"jelasnya.

Meski harus memakai mata palsu, Yuli senang dan tetap merasa bersyukur."Rasa minder sebenarnya masih ada karena makai mata palsu tapi saya sudah ikhlas sekarang,"ujarnya sembari tersenyum.

Adalah Abadi Wijaya, seorang spesialis pembuat mata palsu (okularis) yang membantu Yuli menemukan kembali rasa percaya dirinya. Pria setengah baya lulusan lembaga kedokteran gigi angkatan laut jurusan teknik gigi yang membuka klinik pembuatan mata palsu sejak tahun 2009.

"Waktu kuliah saya hanya belajar membuat gigi palsu, hidung palsu," ujar pria yang akrab disapa Abadi ini. Keahliannya membuat bagian-bagian tubuh palsu pun bertambah, berawal saat Abadi mendapatkan dosen pembimbing yang ahli membuat mata palsu ( okularis) terkemuka di Jakarta. Dosen itu mengajarinya untuk membuat mata palsu.

"Saat bimbingan ke rumahnya saya lihat beliau bikin mata palsu saya tertarik, jadi sekalian bimbingan sekalian belajar bikin mata palsu," ujar Abadi tertawa.

Ketertarikan Abadi untuk menjadi ahli pembuat mata palsu (Okularis) pun semakin kuat setelah menyelesaikan studi Abadi bekerja sebagai Okularis di sebuah rumah sakit di Jakarta pada medio 2011 hingga 2014.

Dari pengalaman bekerja di rumah sakit sebagai spesialis pembuat mata palsu tersebut akhirnya Abadi memutuskan untuk mandiri yaitu dengan membuka klinik sendiri. Menurut Abadi, pasien yang menderita kelainan pada mata hingga terpaksa harus di angkat bola matanya kebanyakan di sebabkan oleh kecelakaan dan kelainan dari lahir.

"Dari pengalaman saya dua faktor itu adalah penyebab terbesar selain kanker dan faktor human error,"jelasnya.

Proses pembuatan mata palsu sendiri menurut Abadi memakan waktu kurang lebih 49 jam terhitung mulai dari proses pengukuran mata pasien hingga selesai dengan biaya Rp2jt per satu bola mata. Abadi mengakui hal tersulit dari profesi yang di jalaninya sekarang ini adalah menumbuhkan kembali rasa percaya diri dari pasiennya.

Menurutnya kalau tidak di tangani akan berdampak buruk terhadap psikologis si pasien selain itu juga akan mempersulit hidup pasien dalam hal bersosialisasi dan melamar pekerjaan atau nafkah. "Pekerjaan saya ini seperti tukang gali kubur, ibaratnya saya mengais rejeki dari sesuatu yang orang tidak harapkan untuk terjadi namun itu harus dilakukan," tutur Abadi.

BACA JUGA: