Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memang tengah berupaya keras mengatasi masalah banjir yang selalu menjadi problem sepanjang tahun. Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan merevitalisasi Sungai Ciliwung, sungai terbesar di ibukota.

Revitalisasi dilakukan dengan melakukan pengerukan, pelebaran, dan pembangunan turap (sheet pile), serta melakukan betonisasi kanan kiri bantaran sungai terus dilakukan. Pembetonan dimulai dari kawasan Jalan TB Simatupang hingga Manggarai sepanjang 19 kilometer.

Seperti yang saat ini tengah dikebut pengerjaannya yaitu pembangunan turap di kawasan Kali Sentiong, Kelurahan Paseban, Senen, Jakarta Pusat. Turap di kawasan ini sebenarnya telah rampung namun sempat longsor beberapa waktu lalu akibat derasnya air saat musim hujan datang.

Proyek Pembangunan turap di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung sebenarnya masih menjadi perdebatan, terutama dikalangan pemerhati lingkungan. Seperti dua sisi mata uang, di satu sisi pembangunan turap menurut pemerintah provinsi DKI Jakarta merupakan solusi untuk mengatasi masalah banjir yang selalu terjadi di ibukota saat intensitas hujan tinggi, selain itu pembangunan turap dapat mempercantik wajah bantaran sungai yang selama ini terlihat semrawut dan kumuh.

Tetapi di sisi lain menurut kalangan masyarakat atau pemerhati lingkungan pembangunan turap yang berupa pemasangan beton itu diduga dikerjakan tanpa memiliki izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) sehingga berimplikasi pada habitat alam yang terganggu serta air dari dataran yang akan sulit masuk ke dalam sungai. Pemasangan turap dikhawatirkan bakal mengganggu ekosistem yang sudah terbangun di sungai sehingga pembangunan turap berpotensi menurunkan kualitas ekosistem Ciliwung.

Bahkan, tak dapat dimungkiri, bisa saja hewan-hewan endemik dan penghuni Ciliwung malah punah. Selain itu upaya betonisasi dalam proyek tersebut akan berdampak terhadap peresapan air di bantaran kali Ciliwung. Beton yang dibangun di sepanjang Kali Ciliwung tersebut di tengarai akan mengakibatkan penurunan muka tanah dan berujung pada keringnya pasokan air untuk warga bantaran sungai.

Normalisasi Kali Ciliwung dengan menggalakkan penghijauan di sepanjang bantaran sungai agar dapat lebih menyerap air saat banjir datang dianggap merupakan solusi yang lebih baik. (Edy Susanto/Gresnews.com)

BACA JUGA: