Revitalisasi permukiman penduduk yang terendam bertahun-tahun di Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, dipastikan hampir pasti tidak akan dilanjutkan. Keputusan itu membuat upaya pengeringan yang dilakukan sebelumnya menjadi sia-sia.

Pemprov DKI Jakarta malah berencana menggusur kampung tersebut karena mengacu pada rencana tata ruang 2015, Kementerian Pekerjaan Umum akan memperluas jalan arteri Pondok Indah-Kedoya-Bandara Soekarno-Hatta. Dengan masuknya Kampung Apung dalam rencana pembangunan jalan itu, maka pembebasan tanah akan dilakukan. Wajah Kampung Apung bertambah murung karena akan digusur.

Rencana itu dinilai mengingkari janji pemprov yang pada awalnya akan merapikan kawasan tersebut. Bahkan kini Pemprov DKI Jakarta malah sedang giat melakukan peninggian Jalan Kapuk Raya yang membuat kawasan ini menjadi semakin rendah yang bukan tidak mungkin bila intensitas hujan tinggi akan membuat kampung yang sebelumnya terkenal dengan nama Kampung Teko ini semakin terendam.

Untuk mengatasi persoalan banjir, warga Kampung Apung yang berjumlah 177 kepala keluarga ini memilih untuk meninggikan bangunannya sendiri. Pembenahan di kawasan Kampung Apung sebenarnya sudah digadang-gadang sejak Presiden Jokowi saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Jokowi sendiri yang memerintahkan revitalisasi kampung apung. Namun sepeninggal Jokowi, rencana tersebut tinggal sekadar janji-janji. Pada 2014 anggaran miliaran rupiah digelontorkan untuk merevitalisasi kampung seluas 3 hektare itu. Pompa juga diaktifkan untuk menyedot air yang menggenangi permukiman warga serta tempat pemakaman umum (TPU) selama tiga dekade.

Setelah kawasan tersebut kering, rencananya lahan akan diuruk agar tidak tergenang lagi. Sebanyak 3.810 makam yang berada di TPU setempat bakal dipindahkan ke TPU Tegal Alur. Upaya pengeringan terhenti dan awal 2015 dan air kembali merendam permukiman dan TPU.

Berdasarkan pantauan, Kampung Apung saat ini tidak ubahnya sebuah kawasan rawa. Seluruh permukaan genangan air dipenuhi tanaman eceng gondok. Kecuali jalan selebar 1 meter dengan panjang hampir 50 meter menuju permukiman yang membelah genangan air tersebut.

Pompa mobile yang dahulu sempat beroperasi siang malam untuk mengeringkan permakaman tidak ada lagi. Ketinggian air yang menggenangi TPU diperkirakan mencapai 1,5 meter. Kampung Apung sendiri merupakan korban pembangunan pesat industri di wilayah tersebut sejak akhir 1980-an.

Akibat terbangunnya industri dan perumahan disana, kampung itu jadi lokasi terendah dan jadi wilayah buangan air. Sebab seluruh pabrik disana meninggikan lokasinya masing-masing. (Edy Susanto/Gresnews.com)

BACA JUGA: