Ribuan pegawai PT Bank Tabungan Negara (BTN) dari sejumlah kantor cabang berunjuk rasa di Kantor Pusat BTN, Jakarta Pusat, Minggu (20/4). Mereka menolak keras rencana akuisisi BTN oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), seperti dirancang oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan. Sebelumnya Dahlan berencana menggabungkan BTN menjadi anak perusahaan Bank Mandiri, alasannya karena Dahlan berdalih penjualan itu untuk menolong BTN agar lebih besar dan dapat mengatasi kebutuhan rumah murah bagi rakyat. Alasan lain penggabungan itu karena saat ini performance kinerja keuangan BTN melemah dan masih belum mampu menyediakan rumah murah untuk rakyat. Awalnya BTN diproyeksikan akan disatukan dengan dua bank BUMN lainnya, diantaranya Bank BRI dan Bank Mandiri. Belakangan Kementerian BUMN sepakat agar BTN menjadi anak usaha Bank Mandiri.

"BTN harus dapat kuda yang besar, jangan ingin lari kencang tapi naiknya keledai. Jangan dituntut membangun perumahan yang cukup tapi kemampuannya tidak memadai. Itu tidak cocok," kata Dahlan,  Kamis (17/4).

Mantan Direktur Utama PLN ini menjelaskan untuk skemanya BTN tidak dilebur dengan Bank Mandiri tetapi BTN akan menjadi anak usaha Bank Mandiri. Alasannya, Bank Mandiri saat ini memiliki kinerja keuangan yang mampu sehingga negara memiliki keuntungan yang lebih kuat dalam perumahan.

Di satu sisi jika BTN menjadi anak usaha Bank Mandiri maka Indonesia akan memiliki perbankan yang lebih besar dari Malaysia. Saat ini negara yang memiliki perbankan terbesar adalah Singapura, Malaysia, Thailand, dan terakhir Indonesia. Penggabungan dua bank itu juga sempat menyeruakkan isu politis. Di antaranya untuk penggalangan dana untuk pemilu. Namun aksi penggabungan itu ternyata ditentang oleh ribuan karyawan BTN, dengan aksi unjuk rasa. (foto ANTARA/Teks: Gresnews.com)

BACA JUGA: