Pengerjaan sarana angkutan massal Mass Rapid Transit/MRT terus berlanjut. Mesin bor bawah tanah proyek MRT Jakarta yang bernama Mustikabumi II telah menembus Dukuh Atas menyusul Mustikabumi I pada Juni 2016 lalu berhasil menembus di titik yang sama. Ini berarti mesin bor raksasa Mustikabumi II telah melakukan pengeboran untuk pembuatan terowongan sepanjang ± 678 meter.

Dengan diameter ± 6,79 meter, total panjang ± 59 meter dan bobot mencapai ± 300 ton,Tunnel Boring Machine Mustikabumi II bekerja siang dan malam melakukan pengeboran dari arah depan, setelah pengeboran tahap selanjutnya adalah pemasangan potongan-potongan precast berbentuk cincin yang memiliki lebar 1,5 meter setebal 30cm. Pengeboran untuk pembuatan tunnel MRT yang menggunakan 4 buah mesin bor ini pengoperasiannya di bagi dalam dua bagian.

Mesin bor pertama yakni Antareja I mulai beroperasi sejak bulan September 2015 dan Antareja II telah dioperasikan sejak bulan November 2015 bertugas melakukan pengeboran dari titik selatan yaitu Patung Pemuda menuju arah utara, sedankan mesin bor Mustikabumi I dan II melakukan pengeboran dari arah sebaliknya yaitu titik utara atau Bundaran HI menuju arah Selatan.

Mustikabumi I dan Mustikabumi II telah dioperasikan mulai dari titik Bundaran HI sejak Februari 2016. Ke empat mesin bor ini nantinya bertemu di Stasiun Setiabudi. Direncanakan seluruh pekerjaan tunneling akan selesai pada akhir tahun 2016. Bor Antareja telah melakukan pekerjaan pembuatan terowongan sepanjang 1752 meter, sedangkan untuk Bor Antareja II telah melakukan pekerjaan pembuatan terowongan sepanjang 1.503 meter.

Saat ini keduanya tengah melakukan melakukan pengeboran dari Stasiun Istora menuju Stasiun Bendungan Hilir. Mass Rapid Transit atau MRT Jakarta fase pertama sendiri adalah moda transportasi yang di gadang-gadang mampu mengatasi problem kemacetan Jakarta yang di rasa semakin akut. Dibangun sepanjang 15,7 kilometer, membentang dari Lebak Bulus hingga Bundaran Indonesia, terdiri dari 13 Stasiun, 6 diantaranya berada di dalam tanah (underground).

Kedalaman stasiun bawah yang membentang di bawah Jalan Jenderal Sudirman-Jalan MH Thamrin bervariasi. Rata-rata stasiun berada pada kedalaman 22 meter sampai 25 meter di bawah permukaan jalan. Posisi terdalam berada di Stasiun Dukuh Atas karena terowongan kereta dibangun di bawah Banjir Kanal Barat.Untuk struktur bangunan stasiun MRT bawah tanah rata-rata terdiri dari 2 lantai yang terdiri dari lantai concourse (area publik/komersial) dan lantai untuk platforom (peron kereta).

Area publik berada pada lantai setelah calon penumpang memasuki area stasiun bawah tanah, sedangkan area plaform merupakan lokasi kedatangan dan keberangkatan kereta. Lokasinya berada 1 lantai di bawah lantai area publik. Berbeda dengan stasiun MRT bawah tanah lainnya, Stasiun Dukuh Atas karena merupakan stasiun bawah tanah dengan posisi terdalam, area publik ada 3 lantai. 2 lantai area publik dan 1 lantai area platform.

Untuk jalur layang (elevated), posisi stasiun dibangun di atas pondasi yang menjulang belasan meter di atas tanah. Rata-rata, ketinggian stasiun berada pada posisi 12 sampai 15 meter di atas tanah. Jalur tertinggi berada di Stasiun Fatmawati karena jalur kereta harus dibangun di atas Tol JORR I yang juga dibangun melayang. Posisi Stasiun Fatmawati berada pada ketinggian 22 meter. Berbeda dengan jalur bawah tanah, area komersial atau area publik pada jalur stasiun layang berada pada lantai dasar sedangkan area kedatangan dan keberangkatan berada pada lantai 2 atau di atas area komersial. Berikut ini nama-nama stasiun MRT Jakarta fase I, antara lain Stasiun Lebak Bulus-Stasiun Fatmawati-Stasiun Cipete Raya-Stasiun Haji Nawi-Stasiun Pasar Blok A-Stasiun Blok M-Stasiun Sisingamangaraja-Stasiun Bundaran Senayan-Stasiun Gelora Bung Karno-Stasiun Benhil-Stasiun Setiabudi-Stasiun Dukuh Atas-Stasiun Bundaran HI.

 

 

BACA JUGA: