Perhelatan olah raga terbesar di asia semakin dekat, Indonesia yang didaulat menjadi tuan rumah penyelenggara Asian Games 2018 terus berbenah. Kerja keras dan kerja sama semua instrumen pemerintahan dan swasta tentunya sangat diperlukan untuk bisa menyukseskan pesta olahraga multicabang yang berlangsung pada 18 Agustus hingga 2 September 2018 ini.

Namun renovasi sejumlah venue yang digunakan sebagai tempat berlaganya para atlet-atlet di asia ini belum bisa dibilang siap. Seperti yang terlihat di Kompleks Olah Raga Gelora Bung Karno, perbaikan atau renovasi sejumlah gelanggang olahraga di kawasan ini baru mencapai 40 persen menjelang perhelatan Asian Games 2018.

Sejumlah gelanggang yang mencapai 40 persen proses renovasinya adalah Stadion Istora dan Lapangan Sepak Bola A, B, dan C. Sedangkan gelanggang lain mencapai 30-35 persen. Gresnews.com beberapa waktu lalu berkesempatan mengunjungi renovasi dua sarana yang dipersiapkan untuk Asian Games 2018 yaitu Stadion Utama Gelora Bung Karno dan stadion akuatik GBK.

Pengerjaan renovasi pada Stadion Utama di perkirakan baru mencapai 31 persen dengan pengerjaan pelapisan cat tribun dan pemasangan kursi tribun atas pada awal Maret. Sedangkan progres pengerjaan rumput stadion GBK sendiri terlihat belum banyak tersentuh.

Untuk renovasi Stadion Renang (aquatic center) yang di klaim menjadi salah satu stadion renang terbesar di Asia, dengan desain megah dan standarisasi internasional pembangunannya baru mencapai 40persen. Stadion Renang (aquatic center) ini akan di pugar total. Namun sebagai salah satu dari enam bangunan cagar budaya di GBK, proses renovasi yang dilakukan harus memenuhi kaidah-kaidah pelestarian bangunan cagar budaya dan harus selaras dengan standart persyaratan fasilitas olahraga renang yang di berikan oleh induk cabang olahraga renang internasional FINA.

Stadion Renang GBK nantinya bertransformasi menjadi bangunan semi-indoor, dengan dinaungi atap raksasa dengan bentang hingga 86 meter.Bentuk bangunan ini nantinya akan berbentuk atap  ikonik dengan mengambil bentuk transformasi gelombang air, sesuai dengan fungsi bangunan sebagai sebuah sarana olahraga renang. Bentang atap yang begitu besar mengakibatkan adanya kebutuhan kekuatan struktur yang tinggi sehingga menghasilkan bentukan kolom dengan ukuran yang besar.

Secara keseluruhan, renovasi kompleks GBK sendiri terbagi menjadi 7 paket pekerjaan konstruksi dengan total nilai kontrak sebesar Rp 1,77 triliun. Paket pembangunan dan renovasi venue olahraga di kompleks GBK terdiri dari renovasi Stadion Utama GBK (AG-1) senilai Rp 770 miliar dengan kontraktor PT Adhi Karya (Persero) dengan kerja sama operasi (KSO) dengan PT Penta Rekayasa.

Sementara itu, pembangunan Training Facility GBK (AG-2) senilai Rp 154 miliar dikerjakan oleh kontraktor PT Pembangunan Perumahan (Persero). Sementara itu, renovasi Stadion Renang (Aquatic) (AG-3) senilai Rp 275 miliar juga dikerjakan oleh kontraktor PT Waskita Karya (Persero). Sedangkan renovasi Lapangan Hoki, Sepak Bola A/B/C dan Lapangan Panahan GBK (AG-4) senilai Rp 96 miliar dikerjakan oleh kontraktor PT Jaya Konstruksi kerja sama operasi dengan PT Yodya Karya (Persero).

Selanjutnya ada renovasi Istana Olahraga GBK (AG-5) dengan nilai kontrak Rp 132 miliar yang dikerjakan kontraktor PT Adhi Karya (Persero) dengan kerja sama operasi PT Atelir Enam. Ada juga renovasi Stadion Tenis Indoor dan Outdoor Centercourt GBK (AG-6) senilai Rp 93 miliar yang dikerjakan kontraktor PT Brantas Abipraya. Lalu renovasi Stadion Madya, Gedung Basket, Lapangan Baseball dan Softball GBK (AG-7) ) senilai Rp 213 miliar dikerjakan kontraktor PT Wijaya Karya (Persero) kerja sama operasi dengan PT Arkonin.

Meski secara keseluruhan progres renovasi sarana olah raga untuk even Asian Games di Kompleks GBK baru mencapai 30-40persen, Kementerian PUPR optimis beberapa venue sudah rampung pada Juni 2017. (Edy Susanto/gresnews.com)

BACA JUGA: