Pembangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 164 di Jalan Dharma Putra Raya No 10, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan terhenti. Pada 2013, dengan biaya belasan miliar rupiah, sekolah ini sempat dibangun ulang namun rehab sekolah tersebut tak juga rampung.

Wakil Kepala Sekolah Uus Rusliana yang ditemui gresnews.com, belum lama inidi lokasi sekolah, mengeluhkan macetnya pembangunan sekolah. "Kalau di rapat orang tua murid sudah sering dengar keluhan, ya kami gak bisa jawab karena untuk urusan pembangunan sekolah kan urusan pusat, kami gak dilibatkan," ujar Uus.

Menurut Uus, memang sering pejabat ataupun pegawai suku dinas pendidikan yang datang untuk melihat atau memantau pembangunan sekolah, namun mereka tidak bicara banyak dan hanya bisa menjanjikan pembangunan gedung sekolah secepatnya diselesaikan. "Mereka bilang Desember 2016 selesai, cuma itu saja mereka bilang, tugas kami kan cuma ngingetin orang-orang suku dinas," ujar Uus.

Akibat mangkraknya pembangunan gedung sekolah ini, kurang lebih 811 murid SMPN 164 terpaksa mengungsi dan menumpang belajar di empat sekolah dasar. "Ya terpaksa pindah belajar, mangkrak gini ya proses belajar jadi gak optimal apalagi penyebaran belajar murid-murid membuat kontrol jadi lebih sulit, hak belajar anak-anak jadi gak optimal," keluhnya.

Ia berharap pembangunan sekolah bisa cepat selesai sehingga murid-murid bisa belajar di gedung sekolah mereka sendiri dan memperoleh pendidikan yang lebih optimal. "Kasihan kalau numpang, namanya numpang pasti kan gak enak," tegas Uus.

Pantauan gresnews.com, nampak sekolah berlantai empat tersebut, tengah dalam masa pembangunan. Di lokasi, beberapa material bangunan, seperti batu bata, pasir, hingga kayu-kayu dan besi terhampar di depan sekolah tersebut. Di bagian atap sekolah, terlihat masih dalam proses pembangunan. Hanya terlihat kerangka dan belum dipasang atap.

Sementara, ketika memasuki gerbang sekolah itu, beberapa ruangan sudah berbentuk. Hanya saja, di bagian dalam sekolah, tepatnya di lantai dasar masih amburadul atau dipenuhi material bangunan. Beberapa ruangan kelas yang sudah jadi kini dijadikan gudang tempat menyimpan barang-barang milik sekolah. Lamanya proses penyelesaian pembangunan gedung pun membuat barang-barang milik sekolah seperti buku dan alat-alat tulis menjadi rusak dan lapuk. (Edy Susanto/gresnews.com)

BACA JUGA: